Telaga
Menjer : Cantik, Sunyi dan Alami
WISATA di
Wonosobo selalu diidentikkan dengan Dieng Plateau. Padahal di daerah berhawa
sejuk ini, Anda bisa mengeksplorasi
tempat wisata lain, seperti Telaga Menjer, Bukit Seroja, Perkebunan Teh
Tambi, dan Lubang Sewu.
Saat Anda
melakukan perjalanan menuju Dieng Plateau, tak ada salahnya mampir ke Telaga Menjer.
Danau yang terbentuk secara alami ini telah dibuka menjadi objek wisata dan
dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Garung. Minimnya
informasi dan papan petunjuk arah membuat banyak wisatawan tidak mengetahui
tempat ini. Sehingga mereka langsung menuju ke Dataran Tinggi Dieng tanpa
mampir di telaga ini padahal berada pada jalur yang sama. Rute perjalanan menuju
Telaga Menjer ini cukup mudah. Carilah
Pasar Garung di antara jalan raya penghubung kota Wonosobo dengan Dataran
Tinggi Dieng. Dari Pasar Garung, carilah jalan ke kiri yang terdapat sebuah
gapura bertuliskan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Garung.
Pemandangan
Telaga Menjer tidak terlihat dari tepi jalan karena berada di balik bukit kecil
yang mengelilingi telaga. Untuk masuk ke tempat ini, wisatawan harus membayar tiket
Rp 3000 rupiah/orang. Dari pintu gerbang masuk, Anda bisa menuruni sejumlah
anak tangga untuk menuju ke tepian telaga. Tidak sampai 10 menit, Anda dapat
menikmati hamparan air telaga yang jernih dan merasakan segarnya udara khas
pegunungan. Anda juga bisa menyusuri
telaga dengan menaiki perahu yang disewakan oleh warga sekitar. Hanya dengan membayar
sebesar 10.000 rupiah, Anda sudah bisa berkeliling Telaga Menjer serta melihat
bentangan gunung Sindoro yang mempesona selama kurang lebih 30 menit. Anda juga bisa
menghabiskan waktu dengan memancing ikan di sini. Jika tak ada event, suasana
sekitar kawasan wisata Telaga Menjer tampak sepi dan sejuk. Anda bisa
menyaksikan aktivitas warga sekitar yang sedang melakukan kegiatan
sehari-hari seperti bertani dan mencari ranting kayu.
Sebenarnya
untuk sekadar berfoto di area Telaga Menjer saja sudah terlihat keren. Namun,
penduduk Desa Moron membuat inovasi pariwisata, dengan membuat tempat selfie khusus di Telaga
Menjer, yakni Bukit Seroja. Sejak awal tahun 2017, foto-foto yang diambil
dari Bukit Seroja mulai mewarnai media sosial. Bukit Seroja sendiri berada
tepat di atas Telaga Menjer. Para pengunjung bisa menyaksikan keindahan Telaga
Menjer dari sini. Seperti halnya di Bukit Sikunir, wisatawan juga bisa menyaksikan
kemolekan sunrise (matahari terbit). Bila
cuaca sedang cerah, Anda bisa
menyaksikan keindahan kota Wonosobo dari atas Bukit Seroja.
Untuk
mencapai bukit ini, Anda harus berjalan kaki sejauh 1,2 km dari tempat parkir
kendaraan. Sebetulnya posisi Bukit Seroja persis di atas Telaga Menjer, namun
jalurnya memutar, sehingga Anda harus berjalan menuju ke tempat ini. Di sekitar
Bukit Seroja, Anda bisa melihat perkebunan sayur milik penduduk setempat, dan
tentunya pemandangan apik Telaga Menjer.
Selain
menawarkan pemandangan alam yang indah, Anda juga bisa mendirikan tenda/camping ground di sekitar bukit untuk
menikmati sunset ataupun sunrise di
bukit ini. Waktu yang pas untuk melihat sunset
sekitar pukul 17.45 WIB sedangkan untuk melihat sunrise sekitar pukul 05.00
WIB.
Menikmati Teh Hitam
Dari Telaga Menjer dan Bukit Seroja,
Anda bisa bergeser melanjutkan perjalanan ke agrowisata Kebun Teh Tambi
terletak di Desa Tambi, kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Dari Kota
Wonosobo berjarak sekitar 18 km sedang dari Dieng sekitar 16 km. Popularitas
Kebun Teh Tambi sendiri cukup terbantu
dengan keberadaannya di jalur utama menuju Dataran Tinggi Dieng, sehingga wisatawan
cukup mudah menemukan agrowisata ini.
Di sini, Anda bisa melihat hamparan
kebun teh seluas 800 hektar, dengan pemandangan pegunungan di sekelilingnya
menjadi daya tarik tersendiri dari tempat wisata ini. Namun yang paling difavoritkan para pengunjung adalah aktivitas tea walking di area perkebunan. Dengan didampingi pemandu, wisatawan bisa menyaksikan
proses pemetikan hingga pengolahan Teh Tambi secara langsung.
Kebun teh ini merupakan peninggalan
zaman Belanda yang saat ini masih diusahakan oleh sebuah perusahaan milik
pemerintah. Dulunya (1885) perkebunan ini
merupakan milik Belanda dengan nama Bagelen Thee & Kina Maatschappij yang
dikelola oleh NV John Peet berkantor di Jakarta. Setelah Indonesia merdeka,
diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia, yang selanjutnya setelah
Konferensi Meja Bundar kembali diserahkan kepada pemilik semula. Tahun 1954
perkebunan dijual kepada NV Eks PPN (Pegawai Perkebunan Negara) Sindoro
Sumbing. Tahun 1954 NV Eks PPN Sindoro Sumbing bekerja sama dengan Pemerintah
Daerah Wonosobo mendirikan sebuah perusahaan baru bernama NV Tambi dan sekarang
telah berganti nama menjadi PT Tambi.
Saat di sini, Anda harus mencicipi
teh hasil olahan Kebun Teh Tambi, karena produk Perkebunan teh Tambi hampir 80%
dijual ke perusahaan lokal maupun Internasional yang tentunya akan dijual
kembali dengan merek mereka sendiri. Sisanya, hasil perkebunan teh dijual
dengan merk Teh Tambi. Anda bisa mendapatkan produk kemasan teh hitam dan teh hijau
dengan lambang Punokawan sebagai ciri khasnya. Teh hitam grade 1
ala Teh Tambi konon memiliki kualitas yang terbaik.
Jika menyusuri kebun
teh pada pagi hari, pengunjung akan mendapati para pemetik teh yang sebagian
besar adalah perempuan sedang memetik teh menggunakan gunting berukuran besar
yang telah dimodifikasi. Pengelola Tambi menyediakan beragam paket wisata
kepada wisatawan, mulai dari paket standar yaitu wisatawan akan diajak
mengelilingi perkebunan teh, proses pengolahan teh di pabrik, hingga menikmati
teh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar