Desa Sirince
Potongan Surga Yang
Jatuh ke Bumi
TURKI, negara ini seperti tak ada habisnya untuk
diekplorasi keindahan alam dan budayanya. Jika ingin mendapatkan pengalaman
yang berbeda, Anda bisa merapat ke kota Selcuk (baca : sel juk) di provinsi
Izmir. Berjarak 6 kilometer dari Selcuk, Anda bisa mengunjungi sebuah desa kecil yang
terkenal akan keindahannya, Sirince (baca : shi
ren jay). Keindahan desa ini pernah
digambarkan oleh Dido Sotiriou, seorang novelis besar dari Yunani dalam Farewell Anatolia. Dido menggambarkan
desa itu sebagai potongan surga yang jatuh ke bumi.
Jika Anda melakukan tur mandiri, untuk sampai ke Sirince,
Anda bisa naik angkutan umum. Dari
terminal bus Otogar, Anda bisa naik dolmus (sejenis angkot) tujuan Sirince. Dolmus
berangkat tiap 20 menit, namun biasanya dolmus akan berangkat jika kursi
penumpang sudah penuh. Perjalanan menuju Sirince hanya menempuh waktu 15 menit.
Sepanjang perjalanan Anda dapat menikmati pemandangan di sekitar Selcuk yang
indah. Pepohonan yang rindang, bukit-bukit yang menjulang serta rumah-rumah
khas Yunani yang berdiri di lembah membuat perjalanan menuju desa kecil ini
sangat menyenangkan.
Sirince sendiri merupakan desa yang tersembunyi
di balik pegunungan dan dikelilingi perkebunan yang membentang hijau.
Daerah ini pada awalnya dihuni oleh orang Turki
keturunan Yunani. Dulunya desa ini bernama “Cirkince” yang artinya “buruk
rupa”. Nama yang sungguh kontras dengan keindahan desa tersebut. Penduduk desa
pada masa itu sengaja memberi nama demikian supaya orang asing tidak datang
berkunjung. Namun, setelah perang kemerdekaan Turki, seluruh penduduk Turki
keturunan Yunani dimigrasikan ke Yunani dan penduduk Yunani keturunan Turki
dimigrasikan ke Turki. Kisah tentang pertukaran penduduk inilah yang
kemudian melatarbelakangi Dido Soutiriou menulis novel ‘’Farewell Anatolia’’.
Meski penduduknya sudah berganti,
bangunan-bangunan di desa ini tetap dipertahankan. Anda masih bisa melihat
rumah-rumah khas Yunani. Paduan
antara bentang perbukitan yang mengelilingi Sirince serta susunan rumah-rumah
inilah yang membuat Sirince dianggap sebagai ‘potongan surga di bumi’. Sebutan lain untuk desa ini adalah pretty
old Orthodox Village.
Sepanjang tahun 2012,
desa Sirince pernah menjadi sorotan dunia. Banyak pengikut prediksi kalendar Maya
percaya bahwa akhir dunia terjadi pada 21 Desember 2012 dan desa ini diyakini
sebagai satu-satunya tempat yang aman. Dusun ini dianggap memiliki energi positif menurut
peneliti fenomena akhir dunia. Para spiritualis Era Baru mengatakan bahwa area
ini dekat dengan tempat yang dipercaya umat Kristiani sebagai tempat naiknya
Bunda Maria ke surga. Gara-gara ramalan kalender Suku Maya tersebut, desa tersebut menjadi tempat
wisata yang menarik kunjungan mencapai 60 ribu wisatawan. Mereka percaya jika
energi positif Sirince akan menyelamatkan mereka dari bencana saat kiamat. Bahkan Erkan Onoglu, seorang pengusaha Turki, tak mau ketinggalan
memanfaatkan kesempatan itu. Erkan memproduksi anggur khusus yang disebutnya
"Wine of the Apocalypse".
Tiga Bagian
Mengunjungi
Sirince, Anda akan melihat kesederhanaan Turki. Penduduknya sangat ramah.
Mereka akan menyapa dengan kata ‘’merhaba’’
yang dalam bahasa Indonesia berarti : hai/halo. Anda
bisa berjalan menyusuri jalan berbatu ke bagian lebih dalam dari desa ini.
Rumah-rumah khas Yunani tampak berdiri di kiri dan kanan jalan. Rumah-rumah
itu, kini telah beralih fungsi menjadi toko atau kafe yang ramai dikunjungi
turis. Suasana asri masih terasa,
kendaraan bermotor tidak diperbolehkan masuk.
Susunan rumah-rumah tradisional di sini cukup
rapi. Fasad bangunannya mengingatkan pada bangunan di Mediterania,
bersusun-susun dengan bentuk yang seragam. Seluruh rumah di Sirince berwarna
putih. Bentuk rumah ini sebenarnya sudah bertahan sejak era kekhalifahan Usmani
dan masih dipertahankan hingga sekarang. Bahkan oleh pemerintah Turki, rumah-rumah
tersebut, kini, benar-benar dijaga
keasliannya karena menjadi daya tarik wisata.
Lorong-lorong di Sirince hanya selebar kurang lebih dua meter. Lorong tersebut hanya merupakan jalan dengan susunan batu alam yang seolah ditaruh sembarangan, tidak ditata dengan rapi. Terkadang bahkan dirambati tumbuhan liar. Jalanan di Sirince hampir semuanya merupakan jalur setapak sempit yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki.
Di sekitar tempat parkir bus-bus
wisata, ada area bazaar kecil yang menjual aneka pakaian, buah kering,
kerajinan tangan dan tentu saja wine, minuman beralkohol yang
diproduksi di desa itu juga. Penjual wine dengan ramah
mempersilakan wisatawan untuk mencicipi dagangan mereka. Tak ada keharusan
membeli setelah mencicipi wine mereka secara gratis. Sirince terkenal akan anggur buahnya. Penduduk Sirince
mengolah buah-buahan seperti pisang, mulberry,cherry, apel, peach dan
buah-buahan lain.
Setelah sepuluh menit berjalan di desa
ini, pertama kali yang akan Anda jumpai adalah Sirince Market. Di sini Anda akan
menemukan barang-barang khas Sirince seperti minyak zaitun, sabun dan body lotion. Penduduk desa ini memang pandai mengolah
minyak zaitun. Selain minyak zaitun, produk yang terkenal di sini adalah wine. Di Sirince Market, Anda juga bisa
membeli pernak pernik khas Turki seperti aksesoris yang berhias mata biru
(nazar bocungu).
Selain Sirince Market, di desa ini
Anda akan menemukan Gereja St John the Baptist yang sekarang hanya menjadi objek
wisata. Gereja yang dulunya menjadi tempat ibadah penduduk Sirince ini
berarsitektur Yunani dengan mosak-mosaiknya yang sedikit tersisa. Anda dapat
masuk dengan bebas dan menikmati keindahan interiornya. Puas menjelajah, Anda bisa mampir ke Say
Artemis Restaurant. Restoran ini menempati bangunan batu dengan arsitektur khas
Yunani. Anda bisa masuk ke dalam dan melihat-lihat interior bangunan serta
ruang bawah tanahnya yang juga menjadi restoran. Restoran outdoor-nya menawarkan pemandangan indah ke lembah Sirince. Anda bisa
menikmati makan siang di bawah teras yang berhiaskan tumbuhan rambat yang
membuat sejuk suasana.
Secara garis besar Sirince dibagi
menjadi tiga bagian. Pertama, bagian bawah yang berisi rumah-rumah yang sudah
dialihfungsikan menjadi toko, restoran, dan pension
(penginapan kecil). Di bagian bawah ini pula menjadi area yang paling ramai
dari Sirince, di sini pula terdapat pasar tradisional yang menjual komoditas
perkebunan dan juga buah tangan khas Sirince. Sementara, bagian kedua adalah
bagian tengah, kawasan hunian. Rumah-rumah di sini biasanya dimiliki oleh
penduduk asli Sirince yang berprofesi sebagai petani. Ciri khasnya pada kandang
ternak, lumbung, dan traktor serta alat pertanian yang diletakkan di
halaman.
Kemudian bagian terakhir ada di bagian yang paling tinggi dari kontur desa ini. Rumah-rumah yang ada berukuran besar, sebagian ada paviliun, sebagian memiliki halaman dan kebun yang luas. Mungkin dulunya adalah rumah para pembesar atau rumah orang kaya. Semakin masuk ke dalam desa, pengunjung akan semakin menemui pemandangan yang berbeda-beda. Pengunjung akan serasa masuk ke labirin, suatu kali akan tiba-tiba bertemu jalan buntu atau beberapa saat kemudian bisa berjumpa pemandangan perbukitan yang membentang di sekitar Sirince.
Kemudian bagian terakhir ada di bagian yang paling tinggi dari kontur desa ini. Rumah-rumah yang ada berukuran besar, sebagian ada paviliun, sebagian memiliki halaman dan kebun yang luas. Mungkin dulunya adalah rumah para pembesar atau rumah orang kaya. Semakin masuk ke dalam desa, pengunjung akan semakin menemui pemandangan yang berbeda-beda. Pengunjung akan serasa masuk ke labirin, suatu kali akan tiba-tiba bertemu jalan buntu atau beberapa saat kemudian bisa berjumpa pemandangan perbukitan yang membentang di sekitar Sirince.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar