Kolaborasi Alam, Sahabat dan Kopi
di Oemah Bamboo Merapi
Erupsi Merapi
pada tahun 2010 sempat memporakporandakan kawasan Selo di Boyolali yang
terkenal dengan keasriannya. Namun,
setelah berbenah, tempat ini menjadi lebih tertata. Kawasan Selo yang berada di
antara gunung Merapi dan Merbabu ini sekarang
memiliki objek wisata baru
kekinian-meminjam istilah anak muda zaman sekarang-‘’instagrammable’’ dan ‘’selfie-friendly’’,
yaitu Oemah Bamboo Merapi.
Letak Oemah Bamboo Merapi berada di
dukuh Plalangan, Lencoh, Selo, Boyolali. Berada di ketinggian 1700 mdpl, spot
wisata ini menawarkan udara sejuk dan pemandangan asri.
Sangat cocok untuk menepi dari hiruk pikuk keramaian kota. Tempat
ini juga tidak terlalu jauh bagi wisatawan yang tinggal di Semarang, Salatiga,
Magelang, Solo dan Yogya. Tempat berlibur yang berada di jalur pendakian gunung
Merapi ini sebenarnya sangat mudah dicapai. Ada beberapa jalur yang bisa
dilewati. Namun, jalur Ampel Boyolali bisa menjadi alternatif rute tercepat.
Rute jalannya cukup menanjak, jadi Anda harus berhati-hati dan waspada selama dalam perjalanan.
Mendekati lokasi yang dituju, dari kejauhan terlihat tulisan New Selo. Oemah Bamboo Merapi sendiri berada tepat di
belakang New Selo.
Untuk mencapai Oemah Bamboo, Anda
harus naik melewati jalan setapak yang merupakan jalur awal pendakian ke gunung
Merapi. Setelah 300 meter berjalan, di sebelah kiri, Anda akan menjumpai sebuah
rumah besar berbentuk gazebo dan menara dari kumpulan bambu. Anda bisa
berkeliling Oemah Bamboo hanya dengan membayar tiket seharga Rp 10 ribu/orang.
Tujuh
Gunung
Spot pertama yang akan Anda temui berupa terowongan bambu yang
didesain cukup apik. Di sini, para pengunjung biasanya menyempatkan diri
untuk berfoto. Melangkah lebih ke dalam, Anda akan menemukan gazebo dan menara
pandang yang satu sama lain saling berhubungan. Ya, seperti namanya, Oemah Bamboo, struktur
bangunannya terbuat dari bambu, ditambah
dengan kayu sebagai penguat konstruksi. Bangunan dari bambu ini cukup panjang
dan memiliki beberapa spot, seperti lorong, jembatan, gazebo, bar hingga menara.
Bangunannya dibentuk bertingkat-tingkat dengan beberapa gardu pandang yang
menawarkan pemandangan Selo 360 derajat.
Pada pagi hari saat cuaca cerah, selain
sunrise yang muncul di celah gunung, dari
puncak menara, pengunjung dapat melihat tak kurang dari tujuh gunung, yaitu Merbabu, Merapi, Ungaran, Lawu, dan Slamet,
Sindoro, Sumbing. Tentu saja rintangan
terbesar wisata di daerah seperti ini adalah saat kabut turun yang akan membuat
pemandangan di sekitar gelap gulita.
Untuk mencapai puncak menara paling
tinggi, Anda perlu menaiki empat tingkat lantai, dengan tinggi lima meter.
Puncak menara hanya berkapasitas empat orang saja. Wisatawan perlu mengantre
sebelum naik ke lantai tertinggi. Anda
tak perlu khawatir karena bambu yang digunakan untuk merangkai menara-menara
merupakan bambu tua yang kuat digunakan bertahun-tahun. Di antara menaranya pun
terdapat jaring sebagai fasilitas pengamanan jika
ada wisatawan yang terjatuh. Bagi wisatawan yang takut ketinggian, Anda bisa
berfoto di bagian bawah dengan latar perkebunan. Ada
pula spot-spot lainnya seperti jembatan bambu, batu love, dan
lainnya.
Pengunjung Oemah Bamboo sendiri rata-rata
berusia muda. Namun banyak juga pengunjung yang datang bersama keluarga.
Mereka pasti membawa kamera maupun tongsis dan sibuk mengatur agar ponselnya agar bisa
berdiri di atas lantai bambu untuk mendapatkan gambar yang bagus. Bagi yang
ingin berfoto-foto di destinasi yang
buka 24 jam ini, waktu terbaik adalah
pada pagi dan sore hari.
Kedai
Kopi
Bukan hanya gardu pandang dan gazebo
yang asyik untuk melihat pemandangan, di sini, wisatawan juga akan menemukan
kedai kopi, Oemah Bamboo Coffee. Karena
memang sebenarnya ide awal pembuatan Oemah Bamboo ditujukan untuk kedai kopi. Oemah
Bamboo sendiri dibangun oleh sukarelawan
Barameru Merapi, Bakat Setiawan, Jiyo, dan Gimar. Kebetulan Jiyo memiliki lahan
seluas 2.000 meter persegi yang kemudian dimanfaatkan untuk membuat Oemah
Bamboo. Satu persatu gazebo dibangun sejak lebaran
lalu, hingga kini sudah ada tujuh gazebo yang masing-masing berukuran 3×3
meter, 3×4 meter, dan satu gazebo aula. Di antara bangunan gazebo ada dua
gardu pandang, masing-masing setinggi 10 meter dan 8 meter.
Oemah Bamboo
Coffee mencoba mengakomodasi tren minum kopi yang
belakangan ini menjadi gaya hidup. Selain itu juga sebagai fasilitas pengunjung untuk beristirahat sekaligus memperkenalkan kopi arabica
asli Lencoh Boyolali.
Jiyo, pengelola Oemah Bamboo Coffee
menyebut, tempat ini diharapkan bisa menjadi titik kolaborasi
antara kopi, sahabat dan alam. Ada satu kesatuan antara 3 elemen penting
tersebut. Oemah bamboo akan menjadi tempat ngopi yang beda dari tempat ngopi
pada umumnya, di mana wisatawan bisa menikmati secangkir kopi hangat berlatar
belakang gunung yang fenomenal di Indonesia. Sambil ngopi Anda bisa ngobrol dan
berdiskusi tentang apa saja dengan sahabat, sekaligus mendengarkan kicauan
burung liar yang terbang bebas tanpa terbelenggu, menghirup udara segar yang
jauh dari kontaminasi.
Hingga kini,
bangunan Oemah Bamboo Merapi terus disempurnakan. Diperkirakan, bangunan ini sudah menghabiskan 4.000 batang bambu, yang
semuanya dipasok dari wilayah Mekoro, Ampel, ada bambu petung dan bambu apus.
Pembangunan rumah bambu dikerjakan sendiri oleh anggota sukarelawan Barameru. Dari
sisi kekuatan konstruksi, Oemah Bamboo Merapi mampu menampung 80 orang hingga
100 orang. Setiap bambu disuntik obat agar tidak mudah keropos dimakan rayap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar