Kamis, 28 Desember 2017

The House of The Virgin Mary (II)

Surat Untuk Tuhan di Dinding Harapan



Di halaman depan House of Virgin Mary terdapat tembok panjang yang biasa digunakan orang-orang untuk menggantung surat-surat untuk Bunda Maria. Surat itu biasanya berupa harapan dan doa yang digulung-gulung kemudian digantungkan atau  diaitkan dengan dengan peniti.
 Surat-surat itu ada yang ditulis di sebuah kain, ada pula yang ditulis disebuah kertas. Berbagai bahasa terlihat diuntai dengan kata, nampak tersembul sedikit di antara  surat yang diikat, dan "dikirim" kepada-Nya. Berharap Tuhan "membaca"  surat itu. dengan menuliskannya di secarik kertas, lap tangan, tisu toilet, kertas tiket masuk, kertas kupon, selembar kain dan media lain yang mungkin bisa digunakan.
Sayang surat-surat itu tidak bisa terbaca dengan sepenuhnya. Apalagi saat itu musim dingin, yang menyebabkan kertasnya terkulai tertimpa dingin, sehingga mirip sampah kertas yang terikat.
Selain doa agar diberikan kesehatan, kekayaan, kebahagian dan kedamaian, banyak juga doa-doa yang unik. Misalnya pada tahun 2015 ada doa agar klub sepakbola Besiktas menjadi juara dan doa agar diberikan mobil yang tidak panas dan nyaman dikendarai.



Associated professor jurusan filsafat Universitas Katip Celebi Izmir, Muhammet Ozdemir, mengatakan dirinya telah berkunjung ke Meryem Ana Evi bersama para mahasiswanya untuk memberikan pelajaran perkenalan kepada mereka tentang filsafat. Menurut Ozdemir, pakar-pakar sosiologi dapat mengkaji tentang harapan-harapan masyarakat melalui doa yang mereka titipkan di dinding tempat ziarah itu.

Ozdemir mengatakan doa-doa yang ditulis dalam bahasa asing kebanyakan meminta kesehatan dan kehidupan yang lebih baik. Sedangkan doa yang dituliskan pengunjung dalam bahasa Turki kebanyakan meminta kekayaan dan supaya bisa melangsingkan tubuh. 

The House of The Virgin Mary/ Meryem Ana Evi (I)




Bertamu ke Rumah Bunda Maria di Bukit Bulbul


Tempat peristirahatan Bunda Maria tak hanya ada di Yerusalem. Di kota Selcuk (baca Seljuk) provinsi Izmir Turki juga ada tempat yang diyakini sebagai peristirahatan Maria, bernama The House of The Virgin Mary atau dalam bahasa Turki disebut Meryem Ana Evi atau Panaya Kapulu (pintu masuk menuju Sang Perawan). Tempat ini berada di salah satu puncak tertinggi, pegunungan Bulbul.  Letaknya yang jauh seolah melegitimasi bahwa  dalam budaya manusia, tempat-tempat suci bersemayam di  dataran tinggi dan jauh dari keramaian. Karena mungkin semakin tinggi sebuah tempat suci, semakin dekat pula dengan langit yang menjadi simbolisasi di mana surga berada. 
            Di sini, Anda bukan sekadar menyaksikan bagaimana sejarah bergulir melalui peninggalan sejarahnya, tetapi Meryem Ana Evi juga menjadi saksi pemersatu antar dua agama. Di mana umat Muslim pun menghormati dan bahkan menjadikan Meryem Ana Evi sebagai tempat persinggahan berziarah. Tak ada gesekan yang tampak antar warga berbeda agama. Walaupun kita ketahui, Turki memiliki penduduk Muslim mencapai sekitar 80 persen, dan sisanya Katolik. Negara ini tumbuh menjadi negara di mana warganya hidup berdampingan, bertoleransi dan saling menghormati.  




            Tidak ada kendaraan umum yang bisa membawa pengunjung ke tempat ini. Ada tiga alternatif untuk bisa mencapai tempat yang buka pada pukul 08.00-19.00 waktu Turki, yaitu  naik taksi khusus yang berwarna kuning di Otogar Selcuk (60 Lira pp). Supir taksi akan menunggu selama kita berziarah atau Anda ikut day tour yang sudah termasuk mengunjungi Ephesus, bisa juga naik motor sendiri. Ikuti arah menuju pintu masuk Ephesus (upper gate) dan ikuti jalan menuju Rumah Bunda Maria (Meryem Ana Evi).
            Untuk mencapai tempat ini, Anda harus menempuh perjalanan sekitar 7 kilometer dari situs kota kuna, Ephesus. Selama dalam perjalanan, Anda akan melewati ladang dan kebun zaitun yang indah dan akhirnya naik ke dataran tinggi. Di kejauhan Anda bisa melihat uap lembab diangkat oleh efek dari matahari, tetapi masih menempel di  mountain Koressos  atau Bulbul Dagi (bahasa Turki) atau Gunung Nightengale,
Begitu memasuki tempat ini, Anda akan melewati sebuah pos jaga yang dikawal oleh seorang tentara yang berdiri dengan siaga, diperlengkapi dengan senapan. Mungkin untuk mengantisipasi kalau tempat yang merupakan objek sejarah dan tempat ziarah ini dibom oleh kaum ektremis. Setelah itu melewati jalan setapak dengan papan-papan besar di sebelah kanan yang mendukung kebenaran tempat itu sebagai rumah bunda Maria. Juga dikutib ayat-ayat dari kitab Yohannes ketika Kristus berkata “Ibu ini anakmu’’. Logikanya karena Yohannes tinggal dan dikuburkan di Ephesus, maka rumah Maria juga pasti tidak jauh karena Yohanneslah yang merawat bunda Maria.




Anda bisa masuk ke tempat ini dengan membayar tiket sekitar 20 Lira. Setelah memasuki lokasi House of Virgin Mary, ada petunjuk jalan menuju destinasi utama. Di lingkungan sekitar tampak sebuah sumur tua tanpa air. Patung Bunda Maria di jalan setapak menuju kapel seolah  menyambut Anda ke rumahnya. Pepohonan pinus tampak hijau, pohon zaitun dengan buahnya yang kecil-kecil, dan di lembah bukit, pohon-pohon maple merontokkan dedaunan yang berwarna kuning, memberikan warna pada tanah.

Penerawangan Suster Emmerich

Di House of Virgin Mary terdapat sebuah kapel (gereja kecil) dari era Bizantium yang dipercaya sebagai tempat yang pernah ditinggali oleh Maria. Ada dua kubah kecil dan dua buah jendela yang saling berseberangan. Rumah ini dinaungi pohon pelindung di bagian depan. Terdapat bagian altar yang memiliki relung dan patung Bunda Maria yang sedang menengadahkan tangan. Rumah ini terlihat sederhana, berupa bangunan batu sederhana yang dijaga oleh beberapa biarawati. Rumah batu dengan bentuk T itu terdiri atas sebuah kamar tidur (sebelah kanan) dan dapur (bagian kiri). Bagian dalamnya dipertahankan sederhana, dilengkapi hanya oleh sebuah tempat api (fireplace) altar, imaji Maria dan lilin-lilin. Seorang pendeta selalu hadir di sana untuk memberikan informasi kepada peziarah dan pengunjung.






Bangunan asli telah dipugar menjadi seperti yang tampak sekarang, dan berfungsi layaknya sebuah kapel. Di dalamnya ditambah sebuah altar dengan patung Bunda Maria, sebuah mata air yang airnya dialirkan keluar kapel dalam tiga keran air yang dapat diminum oleh para peziarah dan pengunjung.
Ketika pertama kali ditemukan, terlihat tanda-tanda pada reruntuhannya di mana bangunan ini telah dimuliakan umat Nasrani di perkampungan yang terletak cukup jauh, yang merupakan keturunan umat Nasrani Ephesus. Mereka meyakini bahwa ini rumah Bunda Maria berdasarkan bukti ditemukannya makam Yohanes dan telah dibangunnya Gereja Maria sebagai basilika pertama di dunia pada abad ke-5, keduanya terdapat di Ephesus.
Rumah kecil tersebut ditemukan diawal abad 19 yaitu ketika biarawati Anne Catherine Emmerich dalam buku hariannya menulis sejumlah penggambaran tentang sosok Bunda Maria. Emmerich menyebutkan bahwa Yohanes membangun suatu rumah batu di luar kota Ephesus di atas sebuah gunung. Emmerich menceritakan penglihatannya ini kepada seorang penulis yang bernama Clemens von Brentano. Emmerich yang seumur hidup sakit-sakitan dan tidak pernah meninggalkan Jerman ini menjelaskan secara detail bagaimana rupa rumah tersebut.
Emmerich mendeskripsikan mengenai bentuk bangunan tersebut, dikatakan bentuknya bangunan batu persegi panjang, dengan jendela yang hampir sama dengan tinggi atap bangunan tersebut. Dia juga secara detail menulis tentang letak pintu rumah dan perapian. Buku tersebut diterbitkan ditahun 1852 di kota Munich, Jerman.
Pada bulan Oktober 1881, seorang pendeta Prancis menemukan sebuah rumah di atap bukit yang menjorok ke laut Aegean. Dia mempercayai bangunan batu tersebut sebagai rumah Bunda Maria seperti penampakan yang diberitakan ke Emmerich.
Kemudian di tahun 1896, rumah tersebut mendapatkan kunjungan pertama oleh Sri Paus. Dan pada tahun 1951, rumah tersebut disahkan oleh Sri Paus Pius sebagai rumah Bunda Maria dan disakralkan oleh umat Katolik. Hingga kini rumah tersebut dijaga oleh para tentara Vatikan.
Walaupun bangunan rumah ini berasal dari abad ke 6, tapi pondasi bangunannya berasal dari abad pertama. Diyakini bahwa Bunda Maria memang pernah benar-benar tinggal di sini. Walaupun Gereja Katolik belum pernah menyatakan tempat ini adalah benar-benar Rumah Bunda Maria, beberapa Paus pernah datang berkunjung dan mengadakan Misa di sini, salah satunya adalah Paus Benedictus XVI. Saya kira rumah ini dianggap sebagai rumah asli dari bunda Maria , karena bukan saja Vatican mendelarifikasikan bahwa rumah ini merupakan tempat ziarah bagi umat Katolik . Juga sampai saat ini tempat ini telah dikunjungi oleh 3 paus.Paus Paul Vl, John Paul ll dan terakhir paus Bennedict XVl. Rumah Bunda Maria juga masih merupakan tempat ibadah. Anda dapat mengikuti Misa yang diadakan setiap hari Minggu pukul 10:30. Misa khusus juga diadakan pada peringatan hari Terangkatnya Bunda Maria Ke Surga (Anunciation) yang jatuh pada tanggal 15 Agustus setiap tahunnya. Penduduk lokal merayakan Hari Kenaikan Bunda Maria pada setiap tanggal 15 Agustus. Sampai sekarang, House of Virgin Mary dijadikan tempat berziarah



Pengunjung dapat masuk ke rumah persitirahatan ini secara bergantian. Dilarang memotret di dalam rumah. Terasa suasana hening dan spiritual di dalam rumah ini. Lilin dibiarkan menyala di pojok ruangan. Bagi umat Kristiani, tentu berziarah ke tempat ini memiliki makna tertentu.
Banyak orang yang datang untuk berziarah mengantre untuk masuk ke dalam Rumah Bunda Maria. Pengunjung tidak boleh mengambil foto ketika berada di dalamnya. Ruang dalam hanya diperuntukkan untuk berdoa dan berkunjung. Anda bisa melihat sebuah altar dengan patung Bunda Maria dan alkitab dengan bahasa Turki yang terbuka pada kitab Injil Yohanes pasal 19. Beberapa pengunjung tampak khusuk berdoa di tempat yang dikunjungi oleh umat kristiani dan juga muslim.
Anda bisa melihat beberapa wanita muslim yang masuk untuk berziarah. Ketika keluar dari bangunan rumah, Anda dapat menuruni tangga yang mengarah ke sumber air yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit dan memberikan kesuburan. Anda bisa mengisi botol minum  dan meminumnya. Dekat sumber mata air terdapat dinding harapan. 

Dekat pintu masuk ke taman Anda akan menemukan Cafe Restaurant Turco, dan pedagang lokal yang menjual suvenir, kartu pos, buku panduan. Di sekitar daerah ini Anda juga dapat melihat penjaga, tetapi mereka menolak untuk diambil gambarnya.

Minggu, 28 Mei 2017

Museum Hagia Sophia dan Blue Mosque Turki

Hagia Sophia & Blue Mosque
Destinasi Sejarah dan Religi di Istanbul




Banyak orang mengira Ibukota Turki adalah Istanbul. Padahal yang tepat adalah Ankara. Istanbul memang lebih populer karena merupakan gerbang utama masuknya turis ke Turki. Kota ini juga memiliki keunikan berada di dua benua, Asia dan Eropa. Kedua bagian darat kota terbesar di Turki ini terpisahkan oleh Selat Bhosphorus dan keduanya dihubungkan dengan jembatan. Hal inilah yang membuat wisatawan tertarik untuk merasakan sensasi melintas dua benua dalam satu negara bahkan kota.




            Di luar itu, Istanbul yang dulu bernama Konstantinopel memang menarik karena memiliki sejarah peradaban yang kaya. Banyak bukti sejarah dan bangunan megah bercitarasa seni berdiri di sana, seperti Museum Hagia Sophia, Blue Mosque dan Topkapi Palace.  Tiga bangunan tersebut berada di kawasan Sultan Ahmed Square. Jika Anda sedang berada di Istanbul, tiga bangunan ini wajib Anda kunjungi. Dan saat berkunjung ke Istanbul, carilah penginapan di kawasan Sultan Ahmed Square karena Anda bisa leluasa menjangkau tiga bangunan tersebut hanya dengan berjalan kaki. Namun, jika Anda tak menginap di kawasan Sultan Ahmed Square, Anda bisa naik trem, sarana transportasi paling mudah dan murah menuju stasiun Sultan Ahmet. Kemudian Anda bisa berjalan kaki sekitar 3 menit menuju tiga bangunan bersejarah tersebut. Waktu terbaik untuk mengunjungi kawasan ini, pada saat musim semi di mana suhu udara sangat sejuk dan bunga tulip bermekaran.








Dialihfungsikan

            Tempat bersejarah pertama yang bisa Anda kunjungi adalah Museum Hagia Sophia (dalam bahasa Yunani), atau Sancta Sophia (Latin) dan The Church of the Divine Wisdom (Inggris). Sementara itu, orang Turki menyebutnya Aya Sofya. Jika kebetulan Anda pernah menonton film 99 Cahaya di Langit Eropa, pasti tak asing dengan museum ini karena menjadi tempat syuting film tersebut. Lokasi Hagia Sophia berada tepat berseberangan dengan Blue Mosque. Tiket masuk seharga 40 TL (Lira)  atau setara Rp 150 ribu. Namun jika ingin berhemat, Anda bisa membeli museum pass atau muzekart. Pada pagi hari, saat bus wisatawan berdatangan, Anda harus antre panjang untuk bisa memasuki area museum. Jika tak ingin terjebak antrean, datanglah pagi hari sekitar pukul 09.00 waktu Istanbul, saat museum baru dibuka, atau sore hari, saat rombongan tur sudah meninggalkan Hagia Sophia. Saat memasuki kawasan ini, barang-barang bawaan Anda harus masuk pemeriksaan X-Ray.





            Menelusuri bangunan ini, Anda akan dibuat kagum. Hagia Sophia dibangun di atas tanah dengan lebar 70 meter dan ketinggian 75 meter dengan dome (kubah) berdiameter 31 meter, bangunan ini bisa dibilang sangat megah. Dilansir dari situs resmi Museum Hagia Sophia, sebelum menjadi museum, Hagia Sophia pertama kali dibangun sebagai sebuah gereja Ortodoks. Tak heran jika Hagia Sophia memiliki gaya arsitektur khas Byzantium. Setelah kota Konstantinopel jatuh ke tangan Dinasti Usmaniyah pada tahun 1453, Hagia Sophia dialihfungsikan sebagai masjid, mengingat ekspansi dinasti ini membawa napas Islam yang kental di dataran Eropa.




            Saat difungsikan sebagai masjid, pernak-pernik Kristen dicopot dan lukisan-lukisan pada dinding ditutupi cat. Pada tahun 1937, Mustafa Kemal Atatürk,  seorang perwira militer dan negarawan Turki mengubah status Hagia Sophia menjadi museum. Beberapa bagian dinding dan langit-langit dikerok hingga ditemukan kembali lukisan-lukisan sakral Kristen.  Jadi jangan heran jika Anda akan melihat paduan ornamen-ornamen Islam dan Kristen sekaligus menghias seluruh isi bangunan ini, mulai dari ukiran, lukisan dinding hingga perabotan. Anda akan melihat tulisan-tulisan Arab bernuansa Ketuhanan dan Nabi Muhammad berdampingan dengan simbolik Kristen,  Bunda Maria dan Jesus Christ.








            Dari lantai satu, Anda akan bisa melihat dengan jelas keindahan langit-langit bangunan dan detail kaligrafi Islam dan simbol Kristen yang berdampingan. Setelah itu, naiklah ke lantai dua melewati lorong batu yang unik. Di lantai ini, Anda akan menemukan satu mosaik bergambar Jesus Christ di upper galleries. Dari lantai dua ini, Anda juga bisa melihat Blue Mosque dari  jendela di antara kubah yang ada di Hagia Sophia.  Di dalam museum ini tersimpan sekitar 10.000 surat-surat dari khalifah Utsmaniyah untuk menjamin, melindungi, dan memakmurkan warganya ataupun orang asing pembawa suaka.

Salah Dengar

            Puas menelusuri jejak sejarah Kristen dan Islam di Hagia Sophia, Anda bisa menyeberang menuju Blue Mosque. Masjid ini sebenarnya bernama Sultan Ahmed Camii diambil dari sang empu-nya, yaitu Sultan Ahmed I dari dinasti Ottoman yang berkuasa pada tahun 1603-1627. Blue Mosque dibangun untuk menyaingi kemegahan Hagia Sophia. Sultan Ahmed I memerintahkan Mehmed Aga, seorang arsitek kenamaan pada masa itu untuk merancang sebuah masjid yang sangat megah tepat di seberang Hagia Sophia.






            Konon Sultan Ahmed I meminta untuk dibuatkan masjid dengan 4 menara yang terbuat dari emas. Namun yang berdiri bukanlah masjid dengan 4 menara emas, melainkan 6 menara yang bukan dari emas. Itu karena sang perancang salah mendengar permintaan sang Sultan. Emas yang dalam bahasa setempat disebut ‘altin’, justru malah terdengar ‘alti’ yang berarti enam. Maka dibangunlah masjid sesuai dengan permintaan versi pendengaran si arsitek. Mehmed Aga panik dan berpikir akan dipenggal karena kesalahannya. Tapi yang terjadi, Sultan Ahmed justru terpesona dengan keindahan 6 menara yang mengitari masjid yang dibangun selama tujuh tahun tersebut. Meski bangunan ini sempat membuat sang Sultan mendapat kritik karena jumlah menaranya sama dengan Masjidil Haram di Makkah namun Blue Mosque justru menjadi terkenal di seluruh dunia.



            Keindahan masjid ini terlihat bukan hanya dari eksterior yang dihias 6 menara menjulang, namun juga kubah-kubah biru yang seolah saling bertumpu di ketinggian dengan ukuran yang berbeda. Kubah tertinggi memiliki diameter 23,5 meter dan tinggi 43 meter. Taman indah  juga turut menghiasi bagian luar masjid. Interiornya juga sangat memesona, dindingnya dilapisi keramik handmade dengan 50 desain bunga tulip yang berbeda. Keramik pada lantai bawah memiliki desain khas motif tradisional Turki, sementara keramik pada lantai galeri berdesain bunga dan buah-buahan. Keramik-keramik tersebut didesain oleh seorang ahli  dari Iznik, Ksap Haci dan Baris Efendi dari Avanos, Cappadocia. Keramik di sekitar Blue Mosque sempat direstorasi setelah terjadi kebakaran pada tahun 1574.
            Pada lantai atas masjid ini, interiornya didominasi oleh cat biru. Lebih dari 200 kaca hias dipakai sebagai jendela masjid yang bisa memberi jalan bagi cahaya untuk menerangi ruangan. Lampu-lampu indah digantung menyinari kaligrafi-kaligrafi buatan Seyyid Kasim Gubari yang terukir pada dinding masjid. Bagian dalam dari masjid tak bisa sembarangan dimasuki. Wisatawan yang tidak akan beribadah hanya boleh masuk hingga saf  bagian belakang karena yang di depan digunakan untuk ibadah. Saat masuk pun terdapat aturan di mana pengunjung harus berpakaian sopan seperti yang diisyaratkan dalam agama Islam.
            Di sekitar masjid dibangun sekolah, istana peristirahatan bagi Sultan, tempat pemandian, air mancur, rumah sakit, serta kamar-kamar yang disewakan.  Dari dulu hingga sekarang, masjid ini tetap berfungsi sebagai tempat beribadah.


Sabtu, 06 Mei 2017

Bukit Aleaddin Konya

Masjid di Area Kastil

            


Berjarak sekitar 300 meter dari Mevlana Museum, juga terdapat makam salah satu sufi besar di kota ini, yaitu Syamsi Tabriz, guru spiritual dari Maulana Jalaluddin Al-Rumi. Dan tak jauh dari makam Syamsi Tabriz terdapat sebuah bukit bernama Bukit Aladdin (Aleaddin Tepesi) yang menjadi saksi sejarah Kesultanan Seljuk. Aleaddin merupakan nama salah satu sultan yang memerintah di Kesultanan Seljuk. Di atas bukit inilah dahulunya istana Kesultanan Seljuk didirikan. Saat ini sedang diadakan penggalian untuk mencari sisa-sisa peninggalan istana.


            Di atas Bukit Aladdin juga terdapat masjid peninggalan abad ke-13 (dibangun tahun 1235) dan masih dipakai sampai sekarang untuk tempat beribadah. Masjid Alaaddin atau Süleymaniye memang sangat sederhana. Dinding luar masjid ini tidak memakai cat. Terlihat tumpukan rapi batubata merah yang direkatkan oleh semen. Kubah dan menara yang mengukuhkan bentuk masjid ini seperti layaknya masjid-masjid Turki yang lain. Di dalam ruangan masjid yang berbentuk segi empat dengan cat polos berwarna krem ini, tak ada ornamen hiasan atau mozaik di dalamnya. Hanya ada beberapa kaligrafi yang menempel di dinding dan satu unit lampu gantung yang berfungsi untuk penerangan di malam hari.


Masjid Süleymaniye atau Aleaddin ini dikelilingi oleh area pekuburan. Terdapat sembilan makam dari para sultan Kesultanan Seljuk.   Oleh karena itu sampai sekarang masjid ini terkenal dengan nama Masjid Süleymaniye.  Karena masjid ini berada di area kale (castle), ada pula yang menamainya Masjid Kale.

            Penghijauan yang dilakukan pemerintah setempat, telah membawa Bukit Aladdin menjadi tempat rekreasi keluarga untuk melepas penat terutama di hari libur. Dari bukit ini pengunjung bisa melihat pemandangan Afra Kulesi (Afra Tower) sekaligus menikmati hidangan lokal dari restoran yang ada di sekitar Bukit.