Gardu Pandang Batu Layar dan Bukit
Malimbu
Melihat Keindahan Alam Lombok Dari Sudut
Pandang Lain
Panorama alam di Lombok rasanya tak
pernah habis untuk dieksplorasi. Deretan
pantai cantik, rangkaian gili yang indah,
gunung Rinjani yang berdiri tegak, rasanya sayang untuk dilewatkan salah
satu. Jika Anda tak punya banyak waktu dan ingin melihat semua keindahan alam
Lombok sekaligus, ada solusinya. Anda bisa melihatnya dari sudut kejauhan tanpa
mendatangi langsung.
Pantai Senggigi misalnya. Biasanya
para wisatawan datang melihat langsung pantai
yang indah ini, bermain pasir dan air, atau melakukan kegiatan wisata
air lainnya. Namun, Anda bisa melihat
pantai Senggigi bukan dengan ‘’bersentuhan’’ langsung dengan air serta pasirnya.
Ada bisa menikmati keindahan pantai dari ketinggian. Ada sebuah tempat bernama
Gardu Pandang Batu Layar, di mana turis
bisa menyaksikan hampir keseluruhan pantai Senggigi dari atas. Seperti namanya,
gardu ini berada di desa Baru Layar. Gardu pandang ini berjarak sekitar 9
kilometer dari kota Mataram, di daerah perbatasan memasuki area Senggigi.
Dari arah Kota Mataram, gardu pandang
akan terlihat persis di sebelah kiri jalan atau tepatnya di area tikungan. Deretan
kursi bambu dan meja kecil berjejer di tepian pantai menambah kenyamanan
pengunjung untuk menikmati keindahan alam. Area parkirnya cukup luas.
Beberapa tahun lalu pemerintah Lombok memang
membangun gardu pandang di bibir pantai berbatu ini. Jika ingin menyaksikan
pesona alam nan eksotis, masuklah ke gardu pandang yang menjorok ke laut. Anda akan melihat Pantai Senggigi bagaikan lukisan di atas
kanvas. Deretan pohon kelapa, pasir pantai yang putih dan air laut yang
kebiruan berpadu dengan pinggir pantai
Senggigi yang cekung.
Tempat ini biasanya ramai dikunjungi
pada sore hari. Wisatawan datang untuk menatap langit sore yang menawan sambil
menunggu matahari tenggelam yang menghadirkan semburat warna yang indah.
Jika beruntung, di garis horizon, Anda
bisa menyaksikan gunung Agung. Di sekitar gardu juga ada beberapa pedagang
makanan dan minuman, Anda bisa bersantai melihat indahnya pemandangan sambil
menikmati jajanan yang ada. Asyiknya lagi, tidak ada jam tutup di gardu pandang, sehingga Anda
bisa datang ke sini kapanpun.
Setelah melihat keindahan pantai Senggigi
dari gardu pandang, Anda jangan buru-buru melanjutkan perjalanan. Karena di
seberang gardu pandang, ada komplek Makam Batu Layar yang dikeramatkan warga
sekitar yang bisa Anda kunjungi. Di sini, konon dimakamkan seorang pemuka agama
Islam di Lombok yakni Sayid Duhri Al Hadad Al Hadrami atau disebut Syekh
Sayid.
Di desa Batu Layar muncul cerita
bahwa Syekh Sayid yang berasal dari Baghdad
ingin pulang ke negaranya. Ia pun pergi ke tepian pantai di kawasan Batu Layar
dan duduk di sebuah batu. Kemudian, ada hujan lebat disertai petir dan
tiba-tiba Syekh Sayid menghilang. Cerita yang beredar pun menyebutkan bahwa
yang dikubur di Makam Batu Layar bukanlah jasad Syekh Sayid, melainkan hanya
beberapa benda miliknya. Jadi makam Batu Layar hanya menunjuk tempat di mana Sayid
Duhri pernah singgah di tempat ini. Walaupun begitu, makam ini tetap dianggap
keramat oleh warga Lombok.
Makam Batu Layar sendiri cukup luas
dengan pintu masuk di bagian depan dan belakang. Tempat ini akan ramai peziarah
saat Lebaran Topat, sekitar 1 minggu setelah Idul Fitri. Lebaran ini umumnya
memang diawali dengan ziarah ke makam yang dikeramatkan, termasuk Batu Layar. Para peziarah yang datang ke sini ada yang
datang untuk membayar nazar atau janji dari seseorang ketika permohonannya
dikabulkan.
Masih di sekitar
Senggigi, Anda bisa berkunjung ke lokasi wisata lainnya, yaitu Pura Batu Bolong.
Jika Anda melakukan perjalanan darat dari Mataram menuju pelabuhan Bangsal
(tempat penyeberangan reguler ke Gili Trawangan) melalui jalur pantai, Anda
akan melewati pura ini. Tiket masuk ke pura ini Rp.10.000. Seperti halnya pura
yang ada di pulau Bali, pura ini juga mengharuskan pengunjung untuk menggunakan
kain berwarna kuning di pinggang selama berada di dalam area pura, juga menjaga
kesopanan karena sejatinya pura merupakan tempat ibadah keagamaan. Selain itu
terdapat peraturan bahwa wanita yang sedang berhalangan dilarang memasuki area
pura.
Pura Batu Bolong berlokasi di Jalan
Raya Senggigi kurang lebih 13 Km dari kota Mataram dan dibangun diperkirakan
pada pertengahan abad ke‑XV oleh Danghyang Nirartha. Danghyang datang ke Lombok
untuk kedua kalinya pada tahun 1533 Masehi menggunakan perahu layar milik
seorang nelayan suku Sasak yang terdampar di pantai Ponjok Batu Desa,
perbatasan antara Kabupaten Buleleng dan Karangasem‑Bali.Danghyang Nirartha sendiri
merupakan tokoh yang cukup terkenal
terlebih lagi di kalangan sejarawan. Beliau dikenal sebagai pengarang besar
yang produktif dan memiliki wawasan luas tentang Phalekerta (hukum),
Kalpasastra (kesenian dan sastra), Tattwa (filsafat), Nittisastra (ilmu
kepemimpinan) dan bidang‑bidang sosial relijius.
Nama Pura Batu Bolong itu sendiri
diambil dari sebuah batu besar dengan lubang di tengahnya, tempat pura itu
berdiri. Salah satu pura yang terdapat di dalam area Pura Batu Bolong bernama
pura Ratu Gede Mas Mecaling, letaknya di depan, dekat dengan pintu masuk pura. Dari
pura ini, kita bisa melihat pemandangan pantai Senggigi yang indah. Pada waktu-waktu
tertentu kita bisa melihat pemancing-pemancing tradisional yang sedang mencari
ikan dengan cara menceburkan diri ke dalam laut. Menurut legenda masyarakat
setempat, dahulu kala sering diadakan pengorbanan seorang perawan untuk dimakankan
kepada ikan hiudi yang ada tempat
ini. Legenda lain mengatakan dahulu banyak para wanita yang menerjunkan diri
dari tempat ini ke laut karena patah hati. Dari pura ini, jika Anda beruntung
bisa melihat Gunung Agung yang ada di Pulau Bali.
Stop
Over Bukit Malimbu
Ada satu tempat lagi yang tak boleh
Anda lewatkan untuk melihat keindahan alam Lombok, yaitu Bukit Malimbu. Bukit
Malimbu merupakan tempat yang tepat untuk mengakhiri hari Anda yang penuh
petualangan setelah menjelajah seharian Gili Trawangan, Gili Meno,
dan Gili Air, menikmati pemandangan sunset di stop over Bukit Malimbu merupakan penutup yang sempurna. Jika Anda
ingin mengunjungi ketiga gili tersebut dari Mataram, Anda pasti akan melewati
bukit ini. Bukit Malimbu terletak sekitar 24 Kilometer dari pusat Kota Mataram,
atau sekitar 10 kilometer sebelah Utara Pantai Senggigi. Jalan untuk
mencapai bukit ini cukup menantang, sehingga Anda akan menempuh perjalanan
sekitar 45 Menit dengan kendaraan pribadi.
Sebaiknya Anda mengatur waktu perjalanan sehingga bisa tiba di stop over
Bukit Malimbu sekitar pukul 16.00 atau
17.00 WITA, sehingga bisa menikmati sunset yang indah. Namun, tak hanya di
Bukit Malimbu saja, Anda juga bisa menikmati pemandangan sunset Pulau Lombok di Bukit Serumbu, yang terletak sekitar 8
Kilometer dari Kota Mataram.
Pemandangan yang bisa Anda lihat dari
Bukit Malimbu adalah pantai dengan pemandangan bukit di sekitarnya. Anda juga dapat
melihat Gunung Rinjani, 3 gili (Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air),
bahkan Gunung Agung di Bali. Untuk melihat keindahan tersebut Anda tidak perlu
membayar tiket masuk, karena cukup berhenti di sisi jalan yang memang
disediakan untuk berhenti dan menikmati pemandangan. Kita juga bisa
beristirahat dan menikmati jajanan serta melihat monyet-monyet jinak yang
berada di pohon-pohon di Bukit Malimbu sambil menunggu matahari tenggelam
dengan anggun di lautan Lombok.
Saat pagi hari Bukit Malimbu
memberikan pemandangan alam yang luar biasa. Hamparan langit biru diterpa
cahaya matahari yang turun ke pantai memberikan efek cahaya yang sungguh indah
dilihat dari sisi tebing. Entah dari mana keluar asap-asap di sekitar pantai
dan pepohonan kelapa yang membuat pemandangan ini semakin dramatis. Tak heran
jika Bukit ini menjadi incaran para fotografer di segala penjuru kota untuk
mengabadikan keindahannya.
Bukit Malimbu
juga sering dipakai untuk tempat berkumpul berbagai komunitas, misalnya
komunitas sepeda. Begitu juga untuk para bikers motor touring, bukit ini menjadi salah satu tempat
beristirahat sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan mereka.
Anda bisa memilih dua titik untuk
melihat keelokan pemandangan, yaitu sebelah timur atau sebelah barat jalan
raya. Di sisi barat jalan, Anda akan menemui rest area sepanjang 150
meter, dengan lebar trotoarnya sekitar 2 meter. Anda akan menikmati pemandangan
sunset dari atas tebing setinggi 25 meter. Namun jangan khawatir, karena ada pagar
pembatas yang cukup kuat di tepi tebing tersebut. Tebing tersebut dipenuhi
dengan semak, dan Anda akan menemui banyak kera yang mencari perhatian para
pengunjung. Di ujung sebelah selatan biasanya digunakan sebagai tempar parkir.
Sedangkan sepanjang bagian tengah sampai ujung utara bahu jalan digunakan
sebagai tempat untuk menikmati pemandangan.
Anda juga bisa menikmati pemandangan
sunset di sisi bagian timur. sisi bagian timur ini hanya berupa tanah kosong,
yang letaknya 6 meter lebih tinggi dari jalan raya. Di bagian puncak tempat ini,
Anda akan menemukan sebuah berugak (gazebo) sekitar 6×4 meter. Untuk mencapai
tempat ini, Anda bisa melewati tangga yang ada di depan area parkir mobil.
Jika Anda tiba di Bukit Malimbu
terlalu awal, Anda bisa menunggu terbenamnya matahari sembari menikmati
beberapa makanan dan minuman yang dijual oleh penduduk setempat. Seperti jagung
bakar, bakso, rujak, makanan kecil, serta berbagai minuman dan kelapa muda.
Anda juga bisa membeli cinderamata seperti perhiasan mutiara, kaos, dan
sebagainya. Biasanya para penjual tersebut sudah bersiap mulai pukul 16.00 WITA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar