8 Kuliner
Khas Lombok Wajib Dicoba
Ayam Taliwang
Masakan ayam
taliwang berasal dari nama kampung (karang) di Lombok yaitu Karang Taliwang,
kecamatan Cakranegara, Mataram. Dalam penyajiannya, ayam taliwang biasanya dimasak dengan
beberapa pilihan yakni digoreng, dipanggang atau dibakar. Para penjual ayam taliwang di Lombok biasanya
memasak menggunakan kayu bakar dengan kualitas kelas satu seperti kayu kopi
atau kayu nangka. Kayu jenis ini memberikan aroma lebih enak dan nyala api yang
lebih lama. Untuk ayam taliwang yang digoreng, mereka menggunakan minyak kelapa
asli dalam jumlah banyak dengan api besar. Kelezatan ayam taliwang terletak
pada bumbunya yang super pedas. Dua jenis bumbu yang digunakan untuk hidangan
ini adalah “pelecingan” dan “pelalah”. Pelecingan adalah bumbu yang agak pedas
dibuat dari cabai merah dan cabai rawit. garam, terasi dan kemiri. Sedangkan
pelalah menggunakan santan dan sedikit terasi, digoreng bersama ayam yang sudah
dipotong. Bumbu ini rasanya tidak terlalu pedas. Ayam yang baru beranjak dewasa
atau yang baru dipisah dengan induknya pada usia tiga atau empat bulan yang paling
pas untuk dimasak. Ayam yang masih muda akan terasa lebih manis tanpa menambahkan
gula ke dalam masakan, atau tanpa proses macam-macam untuk menjadikannya empuk.
·
Plecing
Kangkung
Plecing kangkung terdiri dari
kangkung yang direbus dan disajikan dalam keadaan dingin dan segar ditambah
sambal tomat. Sambal tomatnya dibuat dari racikan cabai rawit, garam, terasi, dan
tomat. Plecing kangkung dihidangkan
dengan tambahan sayuran seperti tauge, kacang panjang, kacang tanah goreng
ataupun urap. Kangkung yang digunakan untuk memasak plecing ini sangat khas. Tidak
seperti tanaman kangkung yang biasa tumbuh di pulau Jawa, kangkung khas Lombok berupa
kangkung air yang biasanya ditanam di sungai yang mengalir dengan metode
tertentu sehingga menghasilkan kangkung dengan batang yang besar dan renyah.
Kangkung di daerah ini memang sangat terkenal, teksturnya lembut sehingga tidak
terasa alot walaupun dimakan hingga ke batangnya. Selain kangkungnya yang khas,
sambal plecing yang menghadirkan rasa enak dikarenakan memakai terasi Lengkare
yang rasanya lebih gurih dan manis. Plecing kangkung sendiri biasanya disajikan
dengan bentuk lingkaran. Dimulai dengan lingkaran besar kemudian di atas ada lingkaran yang lebih
kecil seterusnya mengerucut hingga ke atas. Tujuan penyajian seperti ini agar
bahan sayur dan sambal bisa terlihat semua dari atas. Susunannya, kangkung di
lingkaran paling besar, kemudian di atasnya ada tauge, kemudian kacang goreng,
dan yang terakhir diletakkan sambal plecing menutupi kacang tanah. Kacang tanah
goreng ini fungsinya untuk menetralisir pedas dan penyeimbang rasa antara
kangkung dan tauge yang
mempunyai banyak serat.
Beberuk Terung
Beberuk
adalah lalapan khas Lombok, bahan
dasarnya berupa irisan terung dan kacang panjang yang disiram sambal tomat. Jenis
terung yang dipakai untuk beberuk adalah terung gelatik yang mempunyai tekstur
renyah dan rasa langu tetapi tidak getir atau sepet. Terung dan tomat dipotong
kemudian dicampur dengan bumbu halus yang terdiri dari cabai merah keriting,
cabai rawit, bawang putih, bawang merah, kencur, terasi bakar, gula pasir dan
garam dengan minyak jelantah atau minyak goreng. Beberuk ini menghasilkan rasa manis, pedas,
asam dan segar.
Ares
Ares
adalah sayuran khas Lombok yang bahan utamanya berasal dari pelepah atau
gedebok pisang yang masih muda. Rasa hidangan yang diolah dengan santan ini
cukup unik, manis dan gurih. Cara pembuatan ares dengan cara mengupas batang
pisang hingga menyisakan sedikit bagian dalamnya. Pohon pisang yang dipakai
adalah batang yang belum memiliki bunga. Bagian inilah yang diiris tipis diberi
garam, diremas-remas dan dicuci hingga bersih sebelum akhirnya diolah. Bumbu
yang digunakan mirip untuk masakan kare
yakni ketumbar, jintan, lengkuas, bawang putih, bawang merah, jahe, kemiri dan
kunyit. Bumbu tersebut dimasak dengan pelepah pisang yang sudah dipotong-potong
ditambah garam dan gula secukupnya. Sayur ares juga bisa ditambahkan dengan
daging. Ares yang merupakan makanan tradisional Suku Sasak ini pada awalnya
hanya disajikan saat acara begawe
yakni acara makan-makan setelah berlangsungnya pernikahan.
Sate Bulayak
Inilah makanan khas Lombok
lainnya selain ayam taliwang dan plecing kangkung. Sate ini terbuat dari daging sapi yang
dilumuri dengan bumbu khas Lombok disajikan dengan bulayak, sejenis lontong yang dibungkus
dengan daun aren atau daun enau dengan bentuk memanjang seperti spiral,
sehingga untuk membukanya harus dengan gerakan memutar. Dalam bahasa Sasak, “bulayak”
memang berarti “lontong”. Bagi beberapa orang, rasa bulayak jauh lebih
lembut dan gurih dibanding lontong maupun ketupat. Bumbu sate terbuat dari
kacang tanah yang disangrai dan ditumbuk, lalu direbus dengan santan dalam
jumlah banyak. Setelah
itu dicampur dengan bumbu-bumbu lain seperti bawang, ketumbar, jintan dan
cabai. Sate yang sudah dilumuri bumbu kemudian dibakar di atas arang batok
kelapa. Setelah matang, sate dikucuri air jeruk nipis dan ditaruh sambal.
Racikan bumbu sate bulayak yang
sarat dengan cabai inilah yang membuat rasa sate tidak hanya gurih namun juga
super pedas, seperti citarasa makanan khas lombok lainnya. Bagi Anda yang tidak
biasa makan makanan pedas ada baiknya untuk tidak makan sambalnya terlalu
banyak. Cara menghidangkan sate bulayak juga unik. Penjual biasanya tidak
menyediakan garpu maupun sendok sehingga Anda harus menikmati sate ini dengan
cara menusuk bulayak dengan tusuk sate kemudian menyocolkannya pada bumbu yang sudah disediakan. Semula penjual sate bulayak
hanya bisa ditemui di Kecamatan Narmada Lombok Barat, namun kini sudah merambah
ke berbagai tempat, khususnya di objek-objek wisata seperti di halaman Pura Lingsar, Taman
Narmada, Taman
Suranadi, Makam
Loang Baloq hingga
di beberapa sudut Pantai
Senggigi serta di Jalan Udayana. Seporsi Sate
Bulayak terdiri atas satu piring sate yang berisi 10 tusuk dan 5 hingga 6 potong
bulayak dengan harga Rp. 12 ribu.
Sate Rembiga
Selain sate bulayak, Lombok
masih punya sate yang juga tak kalah enak dan khas, yakni sate rembiga.
Dinamakan “rembiga” karena berasal dari nama sebuah desa Rembiga yang berada di
dekat bekas bandara Selaparang. Sate yang berbahan utama sapi ini rasanya
sangat lezat, perpaduan antara gurih, manis dan pedas. Bahan yang dibutuhkan untuk
membuat sate Rembiga ini sangatlah sederhana dan mudah untuk dicari yaitu cabe
rawit, terasi, bawang putih, garam, gula dan tentu saja daging sapi. Daging
sate khas Rembiga ini dipotong kecil-kecil. Sebelum dimasak, dagingnya direndam
dengan bumbu hingga 3 jam supaya meresap. Dengan komposisi yang pas dan
kombinasi rasa yang seimbang, akan menghasilkan rasa sate yang enak walaupun
racikan bumbunya sangat sederhana. Daging sapi walaupun membutuhkan waktu yang
lama agar empuk, namun memiliki rasa yang enak jika tepat cara pengolahannya.
Para penikmat Sate Rembiga mengakui bahwa daging sate ini tidak alot. Rasanya
yang pedas plus kucuran jeruk nipis membuat rasa sate ini menjadi sangat gurih.
Sejarah sate rembiga ternyata
sudah dimulai sejak zaman kerajaan. Adalah seorang keluarga Raja Pejanggik yang
tinggal di Rembiga dan sangat ahli membuat sate. Secara turun temurun keahlian
itu diajarkan ke generasi penerusnya hingga sekarang. Kini keahlian meracik
sate rembiga tidak hanya masalah keahlian yang turun temurun namun sudah
menjadi usaha yang mengangkat perekonomian warga Rembiga dan Mataram. Tak heran
jika tidak hanya di Rembiga Anda bisa membeli sate ini. Namun seolah rasa tidak
pernah bohong, sate rembiga yang dijual di Rembiga tetap menawarkan rasa yang
paling enak dibandingkan dengan sate sejenis di tempat lain.Memang akan lebih
afdol jika Anda menikmati Sate rembiga di warung di mana sate ini pertama
dikenalkan, yaitu Warung Rembiga di Jalan Dakota Nomor 2 Rembiga Mataram yang sudah
berdiri sejak 25 tahun lalu.
Sate Tanjung
Sate tanjung
bahan utamanya ikan cakalang atau ikan langoan. Jika cakalang sedang jarang dijumpai
di pasaran, maka ikan langoan-lah yang dipakai. Selain cakalang dan langoan, ada ikan marlin yang
biasanya dipakai sebagai bahan untuk sate tanjung. Fillet ikan diiris kecil-kecil, dibasahi dan
diberikan bumbu yang dihaluskan terdiri
dari cabai rawit, kunyit, jahe, lengkuas, kemiri, garam, dan cuka. Setelah
bumbu dan daging ikan siap, tambahkan santan kelapa kental. Tiga bahan itu
diaduk hingga menjadi tepung. Jika sudah, adonan dijadikan tusukan dalam
sebilah bambu. Setiap tusuk berisi 5 biji. Setelah itu, dipanggang di atas bara
api batok kelapa. Supaya harum, jangan lupa diberi perasan daun jeruk nipis. Sate tanjung sangat nikmat dimakan
pada saat masih panas sebagai teman lontong atau nasi. Rasa gurih dari daging
dan santan serta pedas dari rempah-rempah sangat terasa. Campuran rempah-rempah
dan ikan yang dibakar ini membuat badan akan terasa bugar, hangat dan
berkeringat. Anda bisa membeli sate ini di pinggir jalan sekitar pasar Tanjung
atau sekitar Terminal Tanjung. Harga per tusuknya Rp. 500 atau jika ingin
memesan satu porsi, Anda hanya perlu merogoh kocek Rp. 10 ribu. Rata-rata
penjual sate tanjung ini akan mangkal sejak pukul 14.00 hingga 21.00 waktu
setempat.
Nasi Balap Puyung
Secara tampilan, menu nasi balap puyung ini tidak terlalu
istimewa. Hanya berisi suwiran daging ayam yang diolah bersama cabai, kacang
kedelai, taburan udang kering, abon serta belut goreng. Kekuatan makanan ini ada pada rasa pedas bumbunya yang
sederhana. Sedangkan bumbu ayamnya terdiri dari cabai, bawang putih dan terasi.
Untuk perbandingan, jika kita memasak 10 kg ayam, komposisi cabainya sekitar 1
kg dan sedikit bawang putih serta terasi.
Di Lombok, Nasi Balap Puyung
Cap Inaq Esun yang paling terkenal. Berada di Desa Puyung, Lombok Tengah, warga
sekitar menyebutnya sebagai makanan cepat saji. Untuk menjangkau tempat ini
Anda harus masuk gang-gang kecil yang gelap dan jauh. Memulai usahanya
sejak tahun 70-an, tak heran jika tempat makan ini menjadi tujuan wisatawan
domestik dan luar negeri. Kini, rumah makan yang hanya mempunyai 2 cabang yakni
di bilangan Plaza Senggigi, Lombok Barat dan Jalan Sriwijaya Mataram ini
dikelola oleh Hj. Syarifa yang merupakan anak dari Inaq Esun. Rata-rata setiap
harinya terjual 600 hingga 700 bungkus nasi dengan harga bervariasi dari Rp. 7
ribu hingga Rp. 10 ribu. Jika malam semakin larut, tempat makan ini semakin
ramai pembeli. Keistimewaan nasi milik Inaq Esun ini adalah karena tidak
memakai bahan pengawet alias bahan-bahannya alami dan diproses dengan bumbu
tradisional khas Sasak. Selain pedas, sajian nasi balap puyung ini juga gurih. Terasa saat Anda
mengunyah campuran suwir ayam dan kacang kedelai goreng. Paduan pedas dan gurih
inilah yang membuat pembeli ketagihan. Pada awalnya, nasi super pedas ini
bernama “nasi balap” saja. Dinamakan nasi balap karena konon makanan ini hanya
disajikan di pelabuhan dan terminal saja. Karena dijual di tempat itu, maka
penjajanya selalu terburu-buru melayani pembeli karena berlomba dengan laju bus
dan kapal yang akan berangkat. Ada juga yang mengatakan bahwa Inaq Esun pertama
menjual makanan khas ini di Pasar Kebon Roek, Mataram dengan sistem barter.
Yaitu menukar masakannya dengan kebutuhan lainnya. Barulah sejak tahun 90-an
diberi nama nasi balap puyung karena salah satu cucu Inaq Esun yang merupakan
pembalap lokal
sering memenangi perlombaan. Setiap usai perlombaan balapan dan menang, ia
selalu mengajak teman-temannya untuk makan di warung kecil milik neneknya yang
berada di Desa Puyung itu. Sehingga tercetuslah nama “nasi balap puyung”. Dalam
perkembangannya, kini banyak sekali rumah makan di Lombok yang menggunakan
titel “balap puyung” atau “nasi puyung”.