Mengunjungi Kamar Bujang Bung Hatta
Setelah melihat keindahan alam
Ngarai Sianok, Anda bisa melanjutkan berwisata sejarah dengan mengunjungi Rumah
Kelahiran Bung Hatta yang berada di Jalan Soekarno-Hatta No. 37. Sesuai
namanya, rumah ini merupakan tempat di mana Bung Hatta dahulu dilahirkan dan
tinggal di sana sampai berusia 11 tahun. Pada usia itu beliau pergi ke Padang
guna meneruskan pendidikan di Meer Uitgebred Lager Onderwijs (MULO). Bung Hatta
tinggal di rumah kelahirannya dari tahun 1902-1913, bersama ibu, kakek, nenek
dan pamannya. Rumah Kelahiran Bung Hatta ini memang rumah milik sang nenek.
Karena itu di sana ada kamar Mamak Idris, ada kamar bujang, ruang baca, serta
perabotan rumah yang kebanyakan asli.
Tampak depan Rumah Kelahiran Bung
Hatta terlihat cukup asri. Griya dua lantai ini sebagian besar materialnya berupa bilah-bilah
papan kayu. Sebagian dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang kuat. Sebuah
papan memberitahu pengunjung bahwa rumah ini dari Senin s/d Minggu, mulai pukul
08.00 pagi. Pemugaran rumah diprakarsai oleh Azwar Anas dan pemda setempat,
dimulai pada awal 1995 dan diresmikan pada 12 Agustus 1995, bertepatan dengan
hari lahir Bung Hatta.
Setelah mengisi buku tamu, Anda bisa
masuk ke ruang utama. Di dalam rumah terdapat cukup banyak dokumentasi foto
yang ditempel pada dinding ruangan. Ada foto Syekh Djamil Djambek, guru agama
Bung Hatta. Beberapa benda peninggalan keluarga juga disimpan di rumah ini,
seperti mesin jahit tua milik sang nenek.
Perabotan kayu Rumah Kelahiran Bung
Hatta dibuat dari kayu surian (sejenis kayu jati) semuanya masih asli, demikian
juga lampu dan karpet. Hanya tikar yang telah diganti baru, namun, disamakan jenis dan bentuk aslinya.
Dari pintu depan rumah, di sebelah
kiri ruang tamu, Anda bisa melihat sebuah kamar yang berisi satu buah dipan dan
meja. Inilah kamar bujang Bung Hatta. Kamar ini menghadap ke halaman dan jalan.
Sementara Bung Hatta sendiri dilahirkan pada 12 Agustus 1902 di sebuah kamar di
lantai 2. Si Bung, putradari pasangan H. Muhammad Djamil dan Saleha ini merupakan
keturunan kedua dari Syech Adurrachman, atau Syech Batuhampar. Di dalam Rumah
Kelahiran Bung Hatta Bukittinggi ada pula dipasang bagan silsilah keluarga,
baik dari pihak Ibu maupun pihak ayah Bung Hatta.
Pada sebuah bagian dinding terlihat
dokumentasi foto saat Bung Hatta masih berumur 10 tahun dan sedang duduk di
atas bendi ditemani seorang kusir. Mereka masih berada di depan rumah sang
nenek, siap untuk berangkat ke sekolah. Koleksi lain adalah sebuah ceret
peninggalan neneknya yang disimpan di meja dekat dapur. Tutup ceret antik ini
telah lama hilang.
Koleksi menarik lainnya di rumah ini
adalah bugi atau sejenis bendi yang dahulu sering digunakan Bung Hatta untuk
pergi berangkat ke sekolah sewaktu kecil. Bugi itu disimpan di bagian belakang
rumah, di dekat istal kuda yang kini sudah kosong. Jika tidak naik bendi dengan
diantar kusir, Beliau biasanya naik sepeda untuk pergi menuju ke sekolah.
Ada
sebuah sumur lama yang lubangnya telah ditutup dengan papan. Aslinya sumur ini
berada di belakang rumah, dekat dapur. Sewaktu renovasi, bangunan ini
dimundurkan, sehingga sumurnya berada di dalam rumah. Umur sumur ini lebih tua
dari rumah yang pertama kali dibuat pada 1860.
Penampakan bagian belakang Rumah
Kelahiran Bung Hatta Bukittinggi dengan dinding yang dilapis dengan anyaman
bambu sangat rapi. Beranda luar di bagian atas belakang menjadi tempat tanaman gantung
yang mempersegar suasana rumah. Di belakang rumah itu terdapat Lumbung Padi
Aminah, dam lumbung Saleh yang adalah paman Bung Hatta. Di depan lumbung padi
terdapat lesung batu untuk menumbuk gabah.
Di ruangan lantai dua Rumah
Kelahiran Bung Hatta Bukittinggi terdapat beberapa lampu gantung antik yang
elok. Di lantai itu juga terdapat kamar Pak Gaek yang adalah kakek Bung Hatta,
selain kamar di mana Bung Hatta dilahirkan, serta meja makan keluarga yang
masih asli. Lukisan foto bung Hatta dalam ukuran besar dengan wajah tersenyum
tampak menempel pada dinding di ujung ruangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar