Kamis, 15 Januari 2015

Warung Semawis Semarang

Berpetualang Kuliner di Lorong Pecinan Semarang


Jika Anda berkunjung ke Semarang pada akhir pekan, jangan lewatkan petualangan kuliner di Warung Semawis.



Warung Semawis adalah pasar malam makanan Semarangan yang bertempat di sepanjang Gang Warung setiap akhir pecan : Jumat, Sabtu, Minggu, mulai pukul 16.00-24.00 WIB. Pasar Malam tersebut diselenggarakan oleh Kopi Semawis (Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata), didukung Pemerintah Kota Semarang.  Warung Semawis bisa menjadi tujuan untuk berburu makanan kelangenan dan bersantai bersama keluarga dan teman, juga tempat berlangsungnya kehidupan malam yang sehat.
Lokasinya tak jauh dari Johar Plasa atau Plasa Semarang di Jl. KH. Agus Salim, Semarang. Dari pusat kota, Simpanglima, tak sampai sepuluh menit perjalanan sudah sampai di Warung Semawis.  Ada beberapa jalan yang bisa dipilih untuk mencapai tujuan. Dari jalan Gajahmada, Anda bisa masuk lewat jalan Wotgandul Barat menuju Plampitan ke  Kranggan. Dari jalan Gajah Mada juga dapat masuk langsung ke jalan Kranggan lewat perempatan Depok. Jalur lain adalah lewat pasar Johar atau Jurnatan, masuk lewat jalan Pekojan dan bisa parkir di jalan Gang Pinggir. Dan, Anda tak perlu  bingung untuk memarkir motor atau mobil. Saat Warung Semawis digelar, beberapa jalan di Pecinan ditutup salah satu ujungnya, yaitu jalan Gang Besen, Gang Tengah, Gambiran, Gang Belakang dan Gang Baru. Jalan - jalan tersebut dapat digunakan untuk parkir kendaraan pengunjung Pasar Semawis.
Memasuki kawasan Warung Semawis, suasana hangat dan kekeluargaan begitu terasa. Tak salah jika tempat ini dijadikan ajang reunian atau kumpul-kumpul. Penataan lokasi di sini cukup nyaman, karena stan-stan yang ada berjejer rapi di sebelah kiri, dan di sebelah kanan diselingi arena tempat duduk yang cukup representatif untuk makan dan nongkrong. Suasana Warung Pecinan juga cukup eksotis, karena kiri kanan Gang Warung berdiri bangunan-bangunan tua. Semakin larut malam, meja-meja dan kursi makan yang ada di sepanjang jalan, hampir penuh dengan pengunjung yang asyik berbincang dan menikmati sajian. Soal pilihan makanan dan menu, tentulah setiap orang punya selera masing-masing.



Tak cukup sehari untuk menikmati puluhan stan makanan di  sini. Jenis makanan yang ditawarkan tidak hanya terbatas pada kuliner khas Semarang tapi juga makanan yang mewakili komunitas Arab, Pakistan, dan India, dan tentu saja China. Meski demikian, makanan khas Ibukota Jawa Tengah tetap mendominasi. Hampir semua hidangan khas Semarang tersedia, mulai dari ontbijtkoek dan kue almond toko Oen yang klasik, tahu pong Peloran, es puter Cong Lik yang legendaris, sampai sate ayam jalan Gajah Mada. dan tentu saja lunpia Semarang, pisang planet, nasi ayam Karangturi, nasi gudeg Mbok Sireng, nasi pindang, nasi goreng babat, bakmi Jawa, nasi pela, dan masih banyak lagi. Tak hanya itu, berbagai minuman dan makanan ringan juga bisa dijumpai di sini seperti wedang ronde, wedang kacang tanah, wedang tahu, aneka teh dengan berbagai merek tempo dulu. Panganan lain seperti serabi kuah khas Kalicari, kue pukis aneka rasa (cokelat, keju, kismis, pandan) semuanya menggoda untuk Anda nikmati. Harga makanan dan minuman berkisar Rp. 2.500,00 – Rp. 25.000,00.  Bagi kaum muslim, tenang saja, Anda tetap bisa menikmati aneka makanan di sini, karena banyak makanan yang halal dan beberapa stan bahkan memberikan label tanda halal.



Es Conglik dan Tahu Pong
Jika ke Warung Semawis, jangan lewatkan untuk mampir ke stan es Cong Lik, yaitu es puter yang cukup melegenda di Semarang, sudah ada sejak tahun 1944.  Proses pembuatan es puter ini cukup unik, dibuat dari adonan santan kelapa yang dimasukkan ke dalam tabung yang terbuat dari logam dan kemudian d rendam di dalam ember yang diisi penuh pecahan es batu dan garam. Kemudian tabung diputar-putar hingga santan tadi membeku menjadi es yang rasanya sangat gurih.
Es conglik ini biasanya disajikan dalam mangkuk kecil. Dalam satu piring Anda bisa menikmati dua rasa yang berbeda.dengan berbagai macam varian rasa,  durian, kelapa muda, kopyor, coklat, leci, sirsat, blewah, klengkeng, kacang hijau, sawo, dan alpukat. Topingnya pun bermacam-macam, kita bisa minta serutan kelapa muda, roti tawar, jeli maupun pacar China merah. Yang istimewa dari es puter ini selain sangat terasa buahnya, aromanya wangi dan butiran esnya lembut membelai lidah. Hanya dengan membayar Rp 8000, Anda bisa menikmati dua varian rasa es krim.
Selain rasanya yang nikmat, Es Cong Lik juga punya sejarah. Penamaan es krim Cong Lik ini konon berawal lantaran si empunya sudah berjualan es puter ini sejak belia. Saat ia berjualan es krim dengan menggunakan gerobak dorong sehingga muncullah sebutan dari pembelinya yaitu Cong Lik alias 'Kacung Cilik'. Kacung merupakan bahasa Jawa untuk sebutan pembantu laki-laki kecil. Sebutan tersebut populer hingga kini. Es puter buatan Cong Lik juga terkenal karena tidak memakai bahan pengawet dan pewarna buatan. Jangan heran kalau es krim ini hanya bertahan sekitar dua jam saja.





Jika Anda ingin menikmati manis gurihnya serabi, coba saja ‘’Serabi Kuah Khas Kalicari’’. Serabi ini disajikan unik. Bentuk serabinya kecil-kecil seukuran tutup gelas standar, dengan rasa asin gurih. Jika ingin menikmati serabi komplit, maka serabi akan disajikan bersama bubur sumsum, bubur candil, dan klepon, kemudian disiram dengan kuah santan dan kinca (karamel gula merah). Namun jika tak mau terlalu kenyang, Anda bisa menikmati serabi kuah saja, tanpa campuran bubur dan klepon. Harga makanan ini cukup murah, Rp 5000,-.
Ya, makanan khas Semarang memang banyak macamnya. Salah satu camilan yang tak terlalu berat adalah ‘’Pisang Plenet’’ yang sudah ada sejak tahun 1960. ‘’Plenet’’ sendiri merupakan sebutan orang Semarang yang artinya memencet alias memipihkan. Jajanan ini dulu dijual di gerobak-gerobak dorong dan mangkal di sepanjang jalan Gajah Mada Semarang pada sore hari. Biasanya sang penjual memakai pisang kepok yang sudah matang sehingga mudah untuk dipencet-pencet dan rasanyapun manis. Pertama-tama pisang dibakar diatas arang dengan bara api kecil. Setelah pisang layu dan sedikit gosong kehitaman barulah diangkat dan ditaruh di atas wadah, kemudian ditekan-tekan dengan papan kecil hingga nyaris pipih. Setelah pisang pipih barulah si penjual mengolesi seluruh permukaannya dengan margarin. Untuk isinya bisanya ditawarkan tiga pilihan yaitu cokelat meises, gula bubuk, atau selai nenas buatan sendiri. Setelah dioles barulah ditangkup dengan sepotong pisang pipih lagi sehingga mirip setangkup roti tawar. Citarasa pisang plenet tak pernah berubah. Rasa pisang kepok yang manis, dicampur taburan gula dan coklat atau selai nanas, terasa nikmat di lidah.







Jika ingin menikmati menu utama, coba saja dua jenis makanan berikut: Tahu Pong dan Nasi Ayam. Menu Tahu Pong Semarang, hasil akulturasi budaya China dan Jawa. Kuliner dengan bahan dasar utama tahu goreng ini mulai dikenal di Semarang sejak tahun 1930-an. Nama tahu pong berasal dari kata ‘’kopong’’ atau kosong. Tahu yang digunakan untuk membuat hidangan tahu pong memang merupakan tahu yang kosong tidak ada isinya. Namun ada juga pendapat yang mengatakan bahwa nama pong berasal dari kata ‘phong’ yang dalam dialek Banlam (Hokkian Selatan) berarti menggembung. Hal ini cukup masuk akal mengingat pada mulanya tahu adalah makanan khas China yang dalam bahasa Hokian disebut dengan ‘tauhu’ (kedelai yang difermentasi), yang kemudian menyebar ke wilayah Asia Timur, Asia Tenggara, hingga ke seluruh dunia.
Tahu goreng yang lezat ini kemudian disandingkan dengan sambal petis dan acar lobak. Petis inilah yang merupakan kuliner asli Indonesia. Berbeda dengan terasi yang dikenal hampir di seluruh kawasan Asia Tenggara, petis hanya dikenal di Indonesia khususnya di pesisir utara Jawa. Dua jenis makanan dari dua budaya yang berbeda ini kemudian disandingkan dalam satu wadah sehingga terciptalah menu tahu pong yang mampu menggugah selera. Anda yang suka pedas bisa menambahkan cabai yang telah diulek ke dalam petis yang telah dicairkan. Kemudian makanlah tahu bersama dengan sambal tersebut, sensasi gurih, asin dan manis segera terasa di mulut. Jangan lupa tambahkan acar lobak yang asam dan segar sebagai penyeimbang rasa. Untuk bisa menikmati tahu pong, Anda harus merogoh kocek Rp 10 ribu-20 ribu.



Makanan lain yang tak kalah lexatnya adalah Nasi Ayam yang bercitarasa manis asin. Hidangan pendamping nasi gurih berupa ayam, telur bacem,  sambal goreng jipan, tahu bacem, dan kuah santan bumbu opor. Ini adalah perpaduan yang ciamik dalam santapan.Tambahan lauk pendampingnya adalah sate ayam, tempe, tahu goreng atau kerupuk, yang semuanya bisa dinikmati bersama keluarga. Nasi Ayam ini disajikan dengan daun pisang yang dibentuk seperti pincuk (lilitan). Sekilas menu ini mirip dengan nasi liwet yang terkenal di Solo. Akan tetapi, warga Semarang merasa memiliki cita rasa tersendiri dalam mengolah nasi ini. Sendoknya pun hanya berupa daun pisang diganti dengan sendok logam atau sendok plastik bebek. Nasi ayam khas Semarang ini sangat digemari karena harganya yang murah meriah dan rasanya pas di lidah seluruh lapisan.






Karaoke Jalanan

Warung Semawis sendiri semula merupakan sebuah kegiatan yang hanya digelar saat menjelang perayaan Imlek. Namun atas prakarsa komunitas Pecinan Semarang, maka diadakan sebuah pasar yang menghimpun para pedagang agar mereka mempunyai lahan strategis untuk menarik minat wisata. Berbeda dari pusat jajan lain, Warung Semawis dengan setting lorong Pecinan dibuka untuk tujuan yang lebih jauh, yaitu menciptakan ruang interaksi bagi warga dengan komunitas-komunitas lain.
Jika mengunjungi Warung Semawis menjelang perayaan Imlek, di berbagai sudut Kawasan Pecinan dihiasi berbagai macam hiasan seperti lampion merah atau spanduk di mana-mana. Selain itu  juga ada pertunjukan kesenian dan kebudayaan China seperti opera klasik, barongsai, wushu, wayang potehi (wayang golek khas Tionghoa), seni kaligrafi, konsultasi Feng Shui, hingga pengobatan tradisional khas China.
Di samping menghadirkan aneka macam kuliner khas kota Semarang, Warung Semawis juga diramaikan oleh berbagai stan yang menjajakan aneka ragam barang, mainan anak. aksesoris, mulai dari pakaian, buah-buahan segar, peramal dan tukang pijat tradisional.




Bagi Anda yang  ingin memiliki aksesoris khas Tiongkok, seperti aneka gelang, kalung giok, batu mulia, patung Budhha juga ada di sini. Ada beberapa pedagang yang tidak bisa memakai bahasa Indonesia untuk bertransaksi. Tapi jangan khawatir, mereka sangat pandai memakai bahasa isyarat, kalau ingin menunjukkan kesepakatan harga mereka akan menunjukannya memakai kalkulator.
Tak hanya itu, Warung Semawis juga membuka tenda khusus ‘’karaoke jalanan’’ yang bisa diikuti oleh siapa saja. Tenda karaoke merupakan tujuan bagi yang ingin menyalurkan kegemaran atau unjuk kebolehan tarik suara. Terutama pada malam Minggu, orang dengan sabar menunggu giliran untuk menyanyi, sambil mengobrol. Umumnya peminat karaoke adalah mereka yang fasih menyanyikan lagu-lagu Mandarin dan generasi tua. Jangan kaget jika anda harus mengantri untuk bisa mandapatkan giliran. Lantunan lagu-lagu Mandarin ini akan menjadi teman sempurna acara santap di Warung Semawis.


Eksotisme Klenteng Pecinan

Puas bersantap di Warung Semawis, jangan buru-buru pulang. Anda bisa berkeliling di sekitar kawasan Pecinan. Anda bisa menelusur gang-gang yang ada di Kawasan Pecinan karena hampir di setiap gang terdapat klenteng yang masing-masing  memiliki keunikan dan nilai sejarah yang tinggi. Beberapa klenteng tersebut misalnya Klenteng Tay Kak Sie yang terletak di Gang Lombok No 62 Semarang. Ada lagi klenteng Siu Hok Bio (1753) di Jalan Wotgandul Timur, Kelenteng Liong Hok Bio di Gang Pinggir, Kelenteng Tek Hay Bio, Klenteng Hoo Hok Bio (1792), Klenteng Tong Pek Bio, Klenteng Kong Tik Soe di Jalan Gang Pinggir, Klenteng Wie Wie Kiong dan Klenteng See Hoo Kiong di Jalan Sebandaran I, dan Klenteng Grajen.
Klenteng Tay Kak Sie di Gang Lombok merupakan klenteng induk dari seluruh klenteng di Semarang. Klenteng ini menjadi salah satu obyek wisata religi di Kota Semarang. Nama kelenteng yang menyiratkan napas Budhisme tersebut menjadi simbol heroisme etnis China di Semarang. Selain menjadi monumen perlawanan masyarakat China terhadap penjajahan, kelenteng ini juga menjadi simbol perlawanan masyarakat China terhadap ketamakan saudagar Yahudi yang dulu menguasai Klenteng Sam Poo Kong.




Tay Kak Sie didirikan pada tahun 1746. Tay Kak Sie tertulis pada papan nama besar di pintu masuk Kelenteng, dengan catatan tahun pemerintahan Kaisar Dao Guang (Too Kong dalam bahasa Hokkian) 1821 - 1850 dari Dinasti Qing (Cing dalam bahasa Hokkian) adalah nama yang berarti ‘’Kuil Kesadaran Agung’’. Klenteng ini pada mulanya hanya untuk memuja Dewi Kwan Sie Im Po Sat, Yang Mulia Dewi Welas Asih, meski kemudian berkembang menjadi Kelenteng yang juga memuja Dewa Dewi Tao lainnya.  Klenteng Tay Kak Sie mempunyai dewata tuan rumah adalah Guan Yin Pu Sa (Kwan Iem Po Sat). Selain itu, Klenteng Tay Kak Sie merupakan klenteng terbesar (dalam arti banyaknya dewata) di kota Semarang.
Klenteng lainnya yang tak boleh Anda lewatkan adalah klenteng tertua Siu Hok Bio di Jalan Wotgandul Timur. Klenteng ini didirikan tahun 1753 sebagai ungkapan syukur atas rezeki yang diterima oleh penduduk sekitar Cap Kauw King. Kelenteng ini masih mempunyai warisan yang berusia tua berupa cincin pegangan pintu dan ukiran pada ambang atas pintu klenteng.
Sementara itu klenteng terbesar di kawasan Pecinan adalah Wie Wie Kiong di Jalan Sebandaran I. Klenteng ini memiliki kolam hias di atrium depannya yang menjadi simbol bahwa semua masalah ada solusinya. Keunikan klenteng ini berupa patung manusia yang bentuknya dipengaruhi oleh gaya arsitektur Eropa.
Satu lagi klenteng di Jalan Sebandaran I adalah Klenteng See Hoo Kiong. Berbeda dengan klenteng lain yang memuja dewa-dewi, klenteng ini memuja Dewa Pedang. Keunikan klenteng ini adalah memiliki sumur yang terletak di halaman depan yang menurut legendanya merupakan tempat ditemukannya pedang. Klenteng lainnya berada di jalan Gang Pinggir, yaitu Klenteng Tek Hay Bio yang diartikan sebagai Kuil Penenang Samudera sehingga klenteng ini disebut juga sebagai Klenteng Samudera Indonesia. Hal ini dijabarkan dalam bentuk ornamen dengan dominasi unsur laut. 
Selain menikmati keindahan klenteng yang berumur ratusan tahun, kita juga bisa menikmati suasana kehidupan masyarakat Tionghoa yang masih menjunjung tinggi tradisi. Kawasan ini terasa makin hidup saat malam hari menjelang peringatan Imlek. Banyak ornamen dan hiasan khas China terpasang rapi di sepanjang gang-gang dan halaman rumah warga. Mengunjungi


1 komentar: