Berpetualang Kuliner di Lorong Pecinan Semarang
Jika Anda berkunjung ke Semarang pada akhir pekan,
jangan lewatkan petualangan kuliner di Warung Semawis.
Warung Semawis adalah pasar malam makanan Semarangan yang
bertempat di sepanjang Gang Warung setiap akhir pecan : Jumat, Sabtu, Minggu,
mulai pukul 16.00-24.00 WIB. Pasar Malam tersebut diselenggarakan oleh Kopi
Semawis (Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata), didukung Pemerintah Kota
Semarang. Warung Semawis bisa menjadi
tujuan untuk berburu makanan kelangenan dan bersantai bersama keluarga dan
teman, juga tempat berlangsungnya kehidupan malam yang sehat.
Lokasinya
tak jauh dari Johar Plasa atau Plasa Semarang di Jl. KH. Agus Salim, Semarang. Dari
pusat kota, Simpanglima, tak sampai sepuluh menit perjalanan sudah sampai di
Warung Semawis. Ada beberapa jalan yang
bisa dipilih untuk mencapai tujuan. Dari jalan Gajahmada, Anda bisa masuk lewat
jalan Wotgandul Barat menuju Plampitan ke
Kranggan. Dari jalan Gajah Mada juga dapat masuk langsung ke
jalan Kranggan lewat perempatan Depok. Jalur lain adalah lewat pasar Johar atau
Jurnatan, masuk lewat jalan Pekojan dan bisa parkir di jalan Gang Pinggir. Dan,
Anda tak perlu bingung untuk memarkir
motor atau mobil. Saat Warung Semawis digelar, beberapa jalan di Pecinan
ditutup salah satu ujungnya, yaitu jalan Gang Besen, Gang Tengah, Gambiran,
Gang Belakang dan Gang Baru. Jalan - jalan tersebut dapat digunakan untuk
parkir kendaraan pengunjung Pasar Semawis.
Memasuki kawasan Warung Semawis, suasana hangat dan
kekeluargaan begitu terasa. Tak salah jika tempat ini dijadikan ajang reunian
atau kumpul-kumpul. Penataan lokasi di sini cukup nyaman, karena stan-stan yang
ada berjejer rapi di sebelah kiri, dan di sebelah kanan diselingi arena tempat
duduk yang cukup representatif untuk makan dan nongkrong. Suasana Warung
Pecinan juga cukup eksotis, karena kiri kanan Gang Warung berdiri
bangunan-bangunan tua. Semakin larut malam,
meja-meja dan kursi makan yang ada di sepanjang jalan, hampir penuh dengan
pengunjung yang asyik berbincang dan menikmati sajian. Soal pilihan makanan dan
menu, tentulah setiap orang punya selera masing-masing.
Tak cukup sehari untuk menikmati puluhan stan makanan di sini. Jenis makanan yang ditawarkan tidak
hanya terbatas pada kuliner khas Semarang tapi juga makanan yang mewakili
komunitas Arab, Pakistan, dan India, dan tentu saja China. Meski demikian, makanan
khas Ibukota Jawa Tengah tetap mendominasi. Hampir semua hidangan khas Semarang
tersedia, mulai dari ontbijtkoek dan kue almond toko Oen yang
klasik, tahu pong Peloran, es puter Cong Lik yang legendaris, sampai
sate ayam jalan Gajah Mada. dan tentu saja lunpia Semarang, pisang planet, nasi
ayam Karangturi, nasi gudeg Mbok Sireng, nasi pindang, nasi goreng babat, bakmi
Jawa, nasi pela, dan masih banyak lagi. Tak hanya itu, berbagai minuman dan
makanan ringan juga bisa dijumpai di sini seperti wedang ronde, wedang kacang tanah,
wedang tahu, aneka teh dengan berbagai merek tempo dulu. Panganan lain seperti
serabi kuah khas Kalicari, kue pukis aneka rasa (cokelat, keju, kismis, pandan)
semuanya menggoda untuk Anda nikmati. Harga makanan dan minuman berkisar Rp.
2.500,00 – Rp. 25.000,00. Bagi kaum
muslim, tenang saja, Anda tetap bisa menikmati aneka makanan di sini, karena
banyak makanan yang halal dan beberapa stan bahkan memberikan label tanda halal.
Es Conglik dan Tahu Pong
Jika ke Warung Semawis, jangan
lewatkan untuk mampir ke stan es Cong Lik, yaitu es puter yang cukup melegenda di Semarang, sudah ada sejak tahun 1944. Proses pembuatan es puter ini cukup unik, dibuat
dari adonan santan kelapa yang dimasukkan ke dalam tabung yang terbuat dari
logam dan kemudian d rendam di dalam ember yang diisi penuh pecahan es batu dan
garam. Kemudian tabung diputar-putar
hingga santan tadi membeku menjadi es yang rasanya sangat gurih.
Es conglik ini biasanya disajikan
dalam mangkuk kecil. Dalam satu piring Anda bisa menikmati dua rasa yang
berbeda.dengan berbagai macam varian rasa, durian, kelapa muda, kopyor, coklat, leci,
sirsat, blewah, klengkeng, kacang hijau, sawo, dan alpukat. Topingnya pun
bermacam-macam, kita bisa minta serutan kelapa muda, roti tawar, jeli maupun
pacar China merah. Yang istimewa dari es puter ini
selain sangat terasa buahnya, aromanya wangi dan butiran esnya lembut membelai
lidah. Hanya dengan membayar Rp 8000, Anda bisa menikmati dua varian rasa es
krim.
Selain
rasanya yang nikmat, Es Cong Lik juga punya sejarah. Penamaan es krim Cong Lik
ini konon berawal lantaran si empunya sudah berjualan es puter ini sejak belia.
Saat ia berjualan es krim dengan menggunakan gerobak dorong sehingga muncullah
sebutan dari pembelinya yaitu Cong Lik alias 'Kacung Cilik'. Kacung merupakan
bahasa Jawa untuk sebutan pembantu laki-laki kecil. Sebutan tersebut populer
hingga kini. Es puter buatan Cong Lik juga terkenal karena tidak
memakai bahan pengawet dan pewarna buatan. Jangan heran kalau es krim ini hanya
bertahan sekitar dua jam saja.
Jika Anda
ingin menikmati manis gurihnya serabi, coba saja ‘’Serabi Kuah Khas Kalicari’’.
Serabi ini disajikan unik. Bentuk serabinya kecil-kecil seukuran tutup gelas
standar, dengan rasa asin gurih. Jika ingin menikmati serabi komplit, maka
serabi akan disajikan bersama bubur sumsum, bubur candil, dan klepon, kemudian
disiram dengan kuah santan dan kinca (karamel gula merah). Namun jika tak mau
terlalu kenyang, Anda bisa menikmati serabi kuah saja, tanpa campuran bubur dan
klepon. Harga makanan ini cukup murah, Rp 5000,-.
Ya, makanan khas
Semarang memang banyak macamnya. Salah satu camilan yang tak terlalu berat
adalah ‘’Pisang Plenet’’ yang sudah ada sejak tahun 1960. ‘’Plenet’’ sendiri
merupakan sebutan orang Semarang yang artinya memencet alias memipihkan.
Jajanan ini dulu dijual di gerobak-gerobak dorong dan mangkal di sepanjang
jalan Gajah Mada Semarang pada sore hari. Biasanya sang penjual memakai pisang
kepok yang sudah matang sehingga mudah untuk dipencet-pencet dan rasanyapun
manis. Pertama-tama pisang dibakar diatas arang dengan bara api kecil. Setelah
pisang layu dan sedikit gosong kehitaman barulah diangkat dan ditaruh di atas
wadah, kemudian ditekan-tekan dengan papan kecil hingga nyaris pipih. Setelah pisang pipih
barulah si penjual mengolesi seluruh permukaannya dengan margarin. Untuk isinya
bisanya ditawarkan tiga pilihan yaitu cokelat meises, gula bubuk, atau selai
nenas buatan sendiri. Setelah dioles barulah ditangkup dengan sepotong pisang
pipih lagi sehingga mirip setangkup roti tawar. Citarasa pisang plenet tak
pernah berubah. Rasa pisang kepok yang manis, dicampur taburan gula dan coklat
atau selai nanas, terasa nikmat di lidah.
Jika ingin menikmati menu utama, coba saja
dua jenis makanan berikut: Tahu Pong dan Nasi Ayam. Menu Tahu Pong Semarang, hasil
akulturasi budaya China dan Jawa. Kuliner dengan bahan dasar utama tahu goreng
ini mulai dikenal di Semarang sejak tahun 1930-an. Nama tahu pong berasal dari
kata ‘’kopong’’ atau kosong. Tahu yang digunakan untuk membuat hidangan tahu pong
memang merupakan tahu yang kosong tidak ada isinya. Namun ada juga pendapat
yang mengatakan bahwa nama pong berasal dari kata ‘phong’ yang dalam dialek
Banlam (Hokkian Selatan) berarti menggembung. Hal ini cukup masuk akal
mengingat pada mulanya tahu adalah makanan khas China yang dalam bahasa Hokian
disebut dengan ‘tauhu’ (kedelai yang difermentasi), yang kemudian menyebar ke
wilayah Asia Timur, Asia Tenggara, hingga ke seluruh dunia.
Tahu goreng yang lezat ini kemudian
disandingkan dengan sambal petis dan acar lobak. Petis inilah yang merupakan
kuliner asli Indonesia. Berbeda dengan terasi yang dikenal hampir di seluruh
kawasan Asia Tenggara, petis hanya dikenal di Indonesia khususnya di pesisir
utara Jawa. Dua jenis makanan dari dua budaya yang berbeda ini kemudian
disandingkan dalam satu wadah sehingga terciptalah menu tahu pong yang mampu
menggugah selera. Anda yang suka pedas bisa menambahkan cabai yang telah diulek
ke dalam petis yang telah dicairkan. Kemudian makanlah tahu bersama dengan
sambal tersebut, sensasi gurih, asin dan manis segera terasa di mulut. Jangan
lupa tambahkan acar lobak yang asam dan segar sebagai penyeimbang rasa. Untuk
bisa menikmati tahu pong, Anda harus merogoh kocek Rp 10 ribu-20 ribu.
Makanan
lain yang tak kalah lexatnya adalah Nasi Ayam yang bercitarasa manis asin. Hidangan pendamping nasi
gurih berupa ayam, telur bacem, sambal
goreng jipan, tahu bacem, dan kuah santan bumbu opor. Ini adalah perpaduan yang
ciamik dalam santapan.Tambahan lauk pendampingnya adalah sate ayam, tempe, tahu
goreng atau kerupuk, yang semuanya bisa dinikmati bersama keluarga. Nasi Ayam
ini disajikan dengan daun pisang yang dibentuk seperti pincuk (lilitan).
Sekilas menu ini mirip dengan nasi liwet yang terkenal di Solo. Akan tetapi,
warga Semarang merasa memiliki cita rasa tersendiri dalam mengolah nasi ini.
Sendoknya pun hanya berupa daun pisang diganti dengan sendok logam atau sendok plastik
bebek. Nasi ayam khas Semarang ini sangat digemari karena harganya yang murah
meriah dan rasanya pas di lidah seluruh lapisan.
Karaoke Jalanan
Warung Semawis sendiri
semula merupakan sebuah kegiatan yang hanya digelar saat menjelang perayaan
Imlek. Namun atas prakarsa komunitas Pecinan Semarang, maka diadakan sebuah
pasar yang menghimpun para pedagang agar mereka mempunyai lahan strategis untuk
menarik minat wisata. Berbeda
dari pusat jajan lain, Warung Semawis dengan setting lorong Pecinan dibuka untuk tujuan yang lebih jauh, yaitu
menciptakan ruang interaksi bagi warga dengan komunitas-komunitas lain.
Jika
mengunjungi Warung Semawis menjelang perayaan Imlek, di berbagai
sudut Kawasan Pecinan dihiasi berbagai macam hiasan seperti lampion
merah atau spanduk di mana-mana. Selain itu juga ada pertunjukan kesenian
dan kebudayaan China seperti opera klasik, barongsai, wushu, wayang potehi
(wayang golek khas Tionghoa), seni kaligrafi, konsultasi Feng Shui, hingga
pengobatan tradisional khas China.
Di
samping menghadirkan aneka macam kuliner khas kota Semarang, Warung
Semawis juga diramaikan oleh berbagai stan yang menjajakan aneka ragam barang,
mainan anak. aksesoris, mulai dari pakaian, buah-buahan segar, peramal dan
tukang pijat tradisional.
Bagi Anda yang ingin memiliki aksesoris khas Tiongkok,
seperti aneka gelang, kalung giok, batu mulia, patung Budhha juga ada di
sini. Ada beberapa pedagang yang tidak bisa memakai bahasa Indonesia untuk
bertransaksi. Tapi jangan khawatir, mereka sangat pandai memakai bahasa
isyarat, kalau ingin menunjukkan kesepakatan harga mereka akan menunjukannya
memakai kalkulator.
Tak
hanya itu, Warung Semawis juga membuka tenda khusus ‘’karaoke
jalanan’’ yang bisa diikuti oleh siapa saja. Tenda
karaoke merupakan tujuan bagi yang ingin menyalurkan kegemaran atau unjuk
kebolehan tarik suara. Terutama pada malam Minggu, orang dengan sabar menunggu
giliran untuk menyanyi, sambil mengobrol. Umumnya peminat karaoke adalah
mereka yang fasih menyanyikan lagu-lagu Mandarin dan generasi tua. Jangan kaget
jika anda harus mengantri untuk bisa mandapatkan giliran. Lantunan lagu-lagu
Mandarin ini akan menjadi teman sempurna acara santap di Warung Semawis.
Eksotisme Klenteng Pecinan
Puas bersantap di Warung Semawis, jangan buru-buru
pulang. Anda bisa berkeliling di sekitar kawasan Pecinan. Anda bisa menelusur gang-gang
yang ada di Kawasan Pecinan karena hampir di setiap gang terdapat klenteng yang
masing-masing memiliki keunikan dan
nilai sejarah yang tinggi. Beberapa klenteng tersebut misalnya Klenteng
Tay Kak Sie yang terletak di Gang Lombok No 62 Semarang. Ada lagi klenteng
Siu Hok Bio (1753) di Jalan Wotgandul Timur, Kelenteng Liong Hok Bio di Gang
Pinggir, Kelenteng Tek Hay Bio, Klenteng Hoo Hok Bio (1792), Klenteng Tong Pek
Bio, Klenteng Kong Tik Soe di Jalan Gang Pinggir, Klenteng Wie Wie Kiong dan Klenteng
See Hoo Kiong di Jalan Sebandaran I, dan Klenteng Grajen.
Klenteng
Tay Kak Sie di Gang Lombok merupakan klenteng induk dari seluruh klenteng
di Semarang. Klenteng ini menjadi salah satu
obyek wisata religi di Kota Semarang. Nama kelenteng yang menyiratkan
napas Budhisme tersebut menjadi simbol heroisme etnis China di Semarang. Selain
menjadi monumen perlawanan masyarakat China terhadap penjajahan, kelenteng ini
juga menjadi simbol perlawanan masyarakat China terhadap ketamakan saudagar
Yahudi yang dulu menguasai Klenteng Sam Poo Kong.
Tay Kak Sie didirikan pada tahun 1746. Tay Kak Sie tertulis pada papan nama besar di pintu masuk
Kelenteng, dengan catatan tahun pemerintahan Kaisar Dao Guang (Too
Kong dalam bahasa Hokkian) 1821 - 1850 dari Dinasti Qing (Cing
dalam bahasa Hokkian) adalah nama yang berarti ‘’Kuil Kesadaran Agung’’. Klenteng ini pada mulanya hanya untuk memuja Dewi Kwan
Sie Im Po Sat, Yang Mulia Dewi Welas Asih, meski kemudian berkembang menjadi
Kelenteng yang juga memuja Dewa Dewi Tao lainnya. Klenteng Tay Kak Sie mempunyai dewata
tuan rumah adalah Guan Yin Pu Sa (Kwan Iem Po Sat). Selain itu, Klenteng Tay
Kak Sie merupakan klenteng terbesar (dalam arti banyaknya dewata) di kota
Semarang.
Klenteng lainnya yang tak boleh Anda lewatkan adalah klenteng
tertua Siu Hok Bio di Jalan Wotgandul Timur. Klenteng ini didirikan tahun
1753 sebagai ungkapan syukur atas rezeki yang diterima oleh penduduk sekitar
Cap Kauw King. Kelenteng ini masih mempunyai warisan yang berusia tua berupa
cincin pegangan pintu dan ukiran pada ambang atas pintu klenteng.
Sementara
itu klenteng terbesar di kawasan Pecinan adalah Wie Wie Kiong di Jalan
Sebandaran I. Klenteng ini memiliki kolam hias di atrium depannya yang menjadi
simbol bahwa semua masalah ada solusinya. Keunikan klenteng ini berupa patung
manusia yang bentuknya dipengaruhi oleh gaya arsitektur Eropa.
Satu lagi klenteng di Jalan Sebandaran I
adalah Klenteng See Hoo Kiong. Berbeda dengan klenteng lain yang memuja
dewa-dewi, klenteng ini memuja Dewa Pedang. Keunikan klenteng ini adalah
memiliki sumur yang terletak di halaman depan yang menurut legendanya merupakan
tempat ditemukannya pedang. Klenteng lainnya berada di jalan Gang Pinggir,
yaitu Klenteng Tek Hay Bio yang diartikan sebagai Kuil Penenang Samudera
sehingga klenteng ini disebut juga sebagai Klenteng Samudera Indonesia. Hal ini
dijabarkan dalam bentuk ornamen dengan dominasi unsur laut.
Selain menikmati keindahan klenteng yang berumur ratusan
tahun, kita juga bisa menikmati suasana kehidupan masyarakat Tionghoa yang
masih menjunjung tinggi tradisi. Kawasan ini terasa makin hidup saat malam hari
menjelang peringatan Imlek. Banyak ornamen dan hiasan khas China terpasang rapi
di sepanjang gang-gang dan halaman rumah warga. Mengunjungi