Selasa, 02 Januari 2018

Desa Sirince Turki

Desa Sirince
Potongan Surga Yang Jatuh ke Bumi

TURKI, negara ini seperti tak ada habisnya untuk diekplorasi keindahan alam dan budayanya. Jika ingin mendapatkan pengalaman yang berbeda, Anda bisa merapat ke kota Selcuk (baca : sel juk) di provinsi Izmir. Berjarak 6 kilometer dari Selcuk, Anda bisa mengunjungi sebuah desa kecil yang terkenal akan keindahannya, Sirince (baca : shi ren jay). Keindahan desa ini pernah digambarkan oleh  Dido Sotiriou, seorang novelis besar dari Yunani dalam Farewell Anatolia. Dido menggambarkan desa itu sebagai potongan surga yang jatuh ke bumi.


            Jika Anda melakukan tur mandiri, untuk sampai ke Sirince, Anda bisa naik angkutan umum.  Dari terminal bus Otogar, Anda bisa naik dolmus (sejenis angkot) tujuan Sirince. Dolmus berangkat tiap 20 menit, namun biasanya dolmus akan berangkat jika kursi penumpang sudah penuh. Perjalanan menuju Sirince hanya menempuh waktu 15 menit. Sepanjang perjalanan Anda dapat menikmati pemandangan di sekitar Selcuk yang indah. Pepohonan yang rindang, bukit-bukit yang menjulang serta rumah-rumah khas Yunani yang berdiri di lembah membuat perjalanan menuju desa kecil ini sangat menyenangkan.
            Sirince sendiri merupakan desa yang tersembunyi di balik pegunungan dan dikelilingi perkebunan yang membentang hijau.  Daerah ini pada awalnya dihuni oleh orang Turki keturunan Yunani. Dulunya desa ini bernama “Cirkince” yang artinya “buruk rupa”. Nama yang sungguh kontras dengan keindahan desa tersebut. Penduduk desa pada masa itu sengaja memberi nama demikian supaya orang asing tidak datang berkunjung. Namun, setelah perang kemerdekaan Turki, seluruh penduduk Turki keturunan Yunani dimigrasikan ke Yunani dan penduduk Yunani keturunan Turki dimigrasikan ke Turki. Kisah tentang pertukaran penduduk inilah yang kemudian melatarbelakangi Dido Soutiriou menulis novel ‘’Farewell Anatolia’’.
            Meski penduduknya sudah berganti, bangunan-bangunan di desa ini tetap dipertahankan. Anda masih bisa melihat rumah-rumah khas Yunani. Paduan antara bentang perbukitan yang mengelilingi Sirince serta susunan rumah-rumah inilah yang membuat Sirince dianggap sebagai ‘potongan surga di bumi’. Sebutan lain untuk desa ini adalah pretty old Orthodox Village.
            Sepanjang tahun 2012, desa Sirince pernah menjadi sorotan dunia. Banyak pengikut prediksi kalendar Maya percaya bahwa akhir dunia terjadi pada 21 Desember 2012 dan desa ini diyakini sebagai satu-satunya tempat yang aman.  Dusun ini dianggap memiliki energi positif menurut peneliti fenomena akhir dunia. Para spiritualis Era Baru mengatakan bahwa area ini dekat dengan tempat yang dipercaya umat Kristiani sebagai tempat naiknya Bunda Maria ke surga. Gara-gara ramalan kalender Suku Maya tersebut, desa tersebut menjadi tempat wisata yang menarik kunjungan mencapai 60 ribu wisatawan. Mereka percaya jika energi positif Sirince akan menyelamatkan mereka dari bencana saat kiamat.  Bahkan Erkan Onoglu, seorang pengusaha Turki, tak mau ketinggalan memanfaatkan kesempatan itu. Erkan memproduksi anggur khusus yang disebutnya "Wine of the Apocalypse".

Tiga Bagian

            Mengunjungi Sirince, Anda akan melihat kesederhanaan Turki. Penduduknya sangat ramah. Mereka akan menyapa dengan kata ‘’merhaba’’ yang dalam bahasa Indonesia berarti : hai/halo. Anda bisa berjalan menyusuri jalan berbatu ke bagian lebih dalam dari desa ini. Rumah-rumah khas Yunani tampak berdiri di kiri dan kanan jalan. Rumah-rumah itu, kini telah beralih fungsi menjadi toko atau kafe yang ramai dikunjungi turis. Suasana asri masih terasa, kendaraan bermotor tidak diperbolehkan masuk.

            Susunan rumah-rumah tradisional di sini cukup rapi. Fasad bangunannya mengingatkan pada bangunan di Mediterania, bersusun-susun dengan bentuk yang seragam. Seluruh rumah di Sirince berwarna putih. Bentuk rumah ini sebenarnya sudah bertahan sejak era kekhalifahan Usmani dan masih dipertahankan hingga sekarang. Bahkan oleh pemerintah Turki, rumah-rumah tersebut, kini,  benar-benar dijaga keasliannya karena menjadi daya tarik wisata. 

            Lorong-lorong di Sirince hanya selebar kurang lebih dua meter. Lorong tersebut hanya merupakan jalan dengan susunan batu alam yang seolah ditaruh sembarangan, tidak ditata dengan rapi. Terkadang bahkan dirambati tumbuhan liar.  Jalanan di Sirince hampir semuanya merupakan jalur setapak sempit yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki.

            Di sekitar tempat parkir bus-bus wisata, ada area bazaar kecil yang menjual aneka pakaian, buah kering, kerajinan tangan dan tentu saja wine, minuman beralkohol yang diproduksi di desa itu juga. Penjual wine dengan ramah mempersilakan wisatawan untuk mencicipi dagangan mereka. Tak ada keharusan membeli setelah mencicipi wine mereka secara gratis. Sirince terkenal akan anggur buahnya. Penduduk Sirince mengolah buah-buahan seperti pisang, mulberry,cherry, apel, peach dan buah-buahan lain.
            Setelah sepuluh menit berjalan di desa ini,  pertama kali yang akan Anda jumpai  adalah Sirince Market. Di sini Anda akan menemukan barang-barang khas Sirince seperti minyak zaitun, sabun dan body lotion.  Penduduk desa ini memang pandai mengolah minyak zaitun. Selain minyak zaitun, produk yang terkenal di sini adalah wine. Di Sirince Market, Anda juga bisa membeli pernak pernik khas Turki seperti aksesoris yang berhias mata biru (nazar bocungu).



            Selain Sirince Market, di desa ini Anda akan menemukan Gereja St John the Baptist yang sekarang hanya menjadi objek wisata. Gereja yang dulunya menjadi tempat ibadah penduduk Sirince ini berarsitektur Yunani dengan mosak-mosaiknya yang sedikit tersisa. Anda dapat masuk dengan bebas dan menikmati keindahan interiornya.  Puas menjelajah, Anda bisa mampir ke Say Artemis Restaurant. Restoran ini menempati bangunan batu dengan arsitektur khas Yunani. Anda bisa masuk ke dalam dan melihat-lihat interior bangunan serta ruang bawah tanahnya yang juga menjadi restoran. Restoran outdoor-nya menawarkan pemandangan indah ke lembah Sirince. Anda bisa menikmati makan siang di bawah teras yang berhiaskan tumbuhan rambat yang membuat sejuk suasana.



            Secara garis besar Sirince dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, bagian bawah yang berisi rumah-rumah yang sudah dialihfungsikan menjadi toko, restoran, dan pension (penginapan kecil). Di bagian bawah ini pula menjadi area yang paling ramai dari Sirince, di sini pula terdapat pasar tradisional yang menjual komoditas perkebunan dan juga buah tangan khas Sirince. Sementara, bagian kedua adalah bagian tengah, kawasan hunian. Rumah-rumah di sini biasanya dimiliki oleh penduduk asli Sirince yang berprofesi sebagai petani. Ciri khasnya pada kandang ternak, lumbung, dan traktor serta alat pertanian yang diletakkan di halaman.
Kemudian bagian terakhir ada di bagian yang paling tinggi dari kontur desa ini. Rumah-rumah yang ada berukuran besar, sebagian ada paviliun, sebagian memiliki halaman dan kebun yang luas. Mungkin dulunya adalah rumah para pembesar atau rumah orang kaya. Semakin masuk ke dalam desa, pengunjung akan semakin menemui pemandangan yang berbeda-beda. Pengunjung akan serasa masuk ke labirin, suatu kali akan tiba-tiba bertemu jalan buntu atau beberapa saat kemudian bisa berjumpa pemandangan perbukitan yang membentang di sekitar Sirince. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar