Kamis, 04 Januari 2018

Rumah Teletubbies/Rumah Dome Sleman

Ada Rumah Teletubbies di Sleman

Tak jauh dari Taman Tebing Breksi, ada rumah dome/teletubbies terletak di desa New Ngelepen, desa Sumberharjo, kecamatan Prambanan, kabupaten Sleman. Rumah Domes atau Domes for The World pada awalnya dibangun sebagai tempat tinggal pengganti dan sementara bagi korban bencana gempa yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya pada tahun 2006. Gempa besar tersebut menghancurkan satu desa dan sudah tidak dapat dibangun lagi karena kondisi tanahnya amblas. Arsitektur rumah berbentuk kubah ini dirancang tahan terhadap gempa dan tahan terhadap api bila terjadi kebakaran. Dana pembangunan rumah ini berasal dari luar negeri dan rumah ini diberikan secara cuma-cuma kepada warga satu desa yang kehilangan tempat tinggalnya.





            Seluruh bangunan yang berada di kampung tersebut menggunakan desain rumah yang sama berbentuk separuh bola atau dome (kubah). Bentuk rumah tersebut memiliki kemiripan dengan rumah boneka dalam serial anak-anak yang pernah diputar di televisi nasional yaitu Teletubbies. Saat ini Domes for The World dibuka menjadi desa wisata. Ada sekitar 82 dome yang disulap menjadi desa warna-warni dan dihias gambar-gambar lucu dan unik.  Rumah dome ini berupa hunian, fasilitas umum, dan homestay. Dan Anda bisa berkunjung ke kampung teletubbies, satu-satunya yang ada di Indonesia.





            Pengunjung desa wisata Rumah Domes dapat berkeliling kawasan pemukiman untuk melihat keunikan bangunan rumah setengah bola tersebut.  Rumah ini terdiri dari dua lantai dengan luas bangunan sekitar 38 meter persegi. Ruang bawah biasanya digunakan untuk ruang tamu, ruang makan, kamartidur sebanyak 2 ruang dan dapur. Sedangkan lantai atas digunakan untuk ruang keluarga. Rumah ini memiliki desain dua pintu yaitu bagian depan dan belakang, dua pintu kamar, serta empat buah jendela yang terletak di bagian depan dua buah dan kamar tidur dua buah. Selain itu pada bagian puncak domes terdapat ventilasi yang berfungsi untuk mengalirkan udara ke dalam rumah.
            Setiap rumah domes dilengkapi dengan sarana saluran air di dapur. Namun kekurangan dari rumah tipe ini adalah karena kamar mandi terletak di luar rumah. Kamar mandi terletak pada lokasi yang berbeda yang terdiri dari 8 kamar mandi untuk digunakan secara bersamaan. Lokasinya berada di tengah-tengah blok dan berfungsi melayani 12 unit rumah di sekitarnya.




            Paket wisata yang ditawarkan di antaranya adalah permainan seperti badut teletubbies, permainan tangkap belut, estafet air, bakiak, snow ball. Selain itu pengunjung juga bisa tracking ke peternakan, Belik Wunut, dan tanah ambles. Berbagai kegiatan edukasi seperti pemutaran video gempa, melihat proses pembuatan roti brownis, pembuatan cindera mata, outbond hingga kesenian seperti; ronda tek-tek, karawitan, jatilan, jingga campursari. Kompleks Rumah Dome juga menyediakan kereta kelinci. Kereta kelinci ini akan membawa wisatawan berkeliling komplek menyaksikan keunikan perumahan di sini.


River Tubing Little Ubud

Sensasi River Tubing di Little Ubud




SAAT ini wisata petualangan semakin diminati. Di antaranya,  aktivitas wisata air seperti tubing, yang semakin hari kian banyak penggemarnya. Di beberapa daerah di Jawa Tengah, seperti Kudus, Kendal, Boyolali dan Magelang bermunculan beberapa tempat wisata yang menyediakan wahana river tubing. Ada yang dikelola oleh penduduk setempat, ada pula yang dikelola secara profesional. Meski menjadi tren, masih banyak orang yang bingung membedakan antara rafting dan tubing.
            Dua jenis olahraga air itu punya persamaan sekaligus perbedaan. Rafting sendiri sejenis olahraga mengendalikan perahu karet yang menyusuri bagian jalur sungai yang cukup dalam, berarus deras, berbatu-batu dan memiliki jeram-jeram yang menantang untuk ditaklukkan. Rafting dilakukan secara berkelompok sekitar 4-6 orang dalam satu perahu karet dan masing-masing membawa dayung sebagai alat kemudi. Sementara itu, river tubing bisa diibaratkan single rafting. Jika rafting menggunakan perahu karet, berbekal dayung dan dilakukan secara berkelompok dalam satu perahu karet, maka river tubing menggunakan alat ban besar dan dilakukan secara individu. Bila rafting mengandalkan kekompakan tim untuk mempertahankan kestabilan dan keselamatan perahu, maka river tubing mengandalkan keterampilan individu saat menyusuri sungai. Biasanya sungai yang dipilih untuk aktivitas tubing tidak dalam, dan jeram-jeramnya tidak terlalu ekstrem





            Jika Anda berkeinginan menguji adrenalin dengan olahraga air tubing, Anda bisa berkunjung ke daerah Magelang, khususnya di kecamatan Candimulyo yang memiliki banyak aliran sungai dengan beberapa penyedia jasa river tubing yang memiliki keunggulan masing-masing. Untuk river tubing dengan sensasi jeram yang cukup deras dan menantang serta mampu menguji adrenalin, Anda bisa menggunakan provider Little Ubud yang berada di desa Tampir Wetan Kecamatan Candimulyo.
            Di sini Anda bisa menyusuri aliran air sungai Gono sekitar kurang lebih 1,5 jam. Airnya masih jernih karena terletak di daerah hulu mata air. Sungai ini juga memiliki pemandangan yang menyenangkan karena dikelilingi sawah yang subur, udara yang bersih dan lingkungan desa yang asri.  Untuk mencapai tempat ini, Anda bisa menuju jalan yang mengarah ke Ketep Pass di belakang pabrik kertas Blabak, atau dari arah Armada Town Square Magelang. Lokasinya mudah dijangkau dan memiliki jalan aspal yang cukup baik.
            Sebelum melakukan pengarungan mandiri dengan ban, pemandu akan melakukan safety briefing. Banyak peserta yang khawatir ikut tubing karena tidak bisa berenang, takut tenggelam atau terbawa arus. Nicky, pengelola wahana Little Ubud River Tubing memberikan penjelasan, river tubing cukup aman, bisa dilakukan oleh anak-anak maupun orang dewasa, pemula maupun sudah berpengalaman. Bahkan bagi orang yang tidak bisa berenang sekalipun masih cukup aman selama perlengkapan safety dan pemandu bisa diandalkan. Batasan tinggi badan yang boleh mencoba river tubing adalah 100 cm, dengan berat badan maksimal 120 kg. Tujuannya agar tetap aman dan nyaman, sesuai dengan kedalaman sungai dan tingkat derasnya arus sungai berikut kondisi alamnya.  Selain itu, gunakan pakaian yang simpel dan nyaman,  jangan lupa sarapan, melakukan pemanasan atau  senam ringan secukupnya agar kaki tidak mengalami kram akibat suhu air yang dingin dan pengaruh gerakan ban mengikuti arus sungai.




            Langkah selanjutnya, peserta harus memilih ban sesuai dengan besar badan, mengecek kondisi ban dan memastikan pengamannya kuat. Ban pengaman standar internasional memiliki 2 pegangan tangan di bagian kanan dan kiri. Di Indonesia sendiri masih banyak yang mengandalkan penggunaan ban bagian dalam yang sudah dilengkapi webing (tali khusus untuk pengaman bagian pantat wisatawan dari kemungkinan terbentur bebatuan).

Luwes Seirama Arus Sungai

            Petualang dimulai saat Anda diangkut naik mobil bak terbuka dari pos atau meeting point yang berjarak sekitar 500 meter menuju titik start.  Turun dari mobil, Anda harus berjalan kaki sekitar 500 meter menuju tepi sungai, sambil membawa ban yang akan digunakan untuk tubing. Perjalanan terasa menyenangkan karena Anda akan melewati pematang sawah sambil menikmati hamparan tanaman padi yang hijau membentang.
            Pemandangan yang ada mengingatkan pada desa Ubud di pulau Bali. Setelah mencapai tepian kali Gono, ban-ban mulai diapungkan. Anda bisa membasahi diri dengan air sungai yang dingin untuk penyesuaian. Hati-hati bebatuan di sini sangat licin. Anda akan dibantu pemandu menaiki ban. Kedalaman air sungai di sini umumnya berkisar antara 40 cm hingga 1 meter. Mungkin karena curah hujan di bulan September (sewaktu tubing dilakukan) sudah sangat berkurang. Sehingga debit air tidak begitu besar, tapi cukup untuk menghanyutkan ban yang Anda kendarai.





            Perjalanan river tubing dimulai saat ban yang menopang tubuh Anda akan bergerak melintasi sungai yang berkelak kelok, terhanyut oleh arus sungai yang deras di beberapa tempat. Suara tawa bercampur teriakan saat melewati jeram yang mewarnai sepanjang perjalanan. Ada sekitar 17 jeram yang harus dilewati pada lintasan sungai sepanjang 2 kilometer. Sisata air akan lebih menyenangkan jika Anda mengajak keluarga atau  teman karena Anda bisa membuat berbagai formasi dan bermain air bersama sehingga suasana menjadi lebih meriah.
            Di sepanjang lintasan tubing, deretan bebatuan besar dan kecil, bertaburan menghadang,  membuat ban yang Anda kendarai bergerak berputar-putar, terbentur-bentur ke kanan dan ke kiri. Kadang badan Anda menghadap ke depan, kadang berbalik arah menghadap ke belakang.  Anda tak selalu bisa melihat ke depan searah arus sungai. Namun, ikuti saja arusnya. Ada kalanya ban terhenti karena gagal melewati hambatan batu besar. Sering pula peserta terlepas dari ban saat melewati jeram. Tak usah takut dan panik karena ada tim pemandu yang sigap mendorong ban kembali ke lintasan atau membantu Anda menaiki ban. Yang terpenting, luwes mengikuti arus, menyeimbangkan badan, dan menikmati perjalanan hingga akhir tercapai. Namun, jika Anda takut melewati jeram dengan naik ban, Anda bisa turun dan berjalan kaki hingga ke tempat yang tak berjeram untuk kembali naik ke ban.  
            Perjalanan menyusuri sungai, seru sekaligus menegangkan. Anda harus waspada menjaga kepala, tangan, dan kaki dari kemungkinan terluka akibat tergores tebing atau terbentur bebatuan yang ada. Di sinilah Anda belajar untuk tidak melawan alam, melainkan bergerak luwes, selaras dengan alam. Anda harus tahu bagaimana mengatur posisi badan saat melewati jeram maupun bebatuan. Saat melewati jeram, atur posisi badan condong ke belakang agar ban tidak terbalik. Posisi tangan harus selalu ada di bagian dalam lingkaran ban untuk menghindari cidera tergores bebatuan.  Anda bisa memberi tanda pada pemandu saat menemui hambatan di sungai.







            River tubing  merupakan olahraga berisiko sedang. Tetap saja ada risiko terbentur, tergores atau terluka bila Anda kurang waspada. Bagaimanapun juga, bermain di alam punya konsekuensi yang perlu dipahami. Anda harus bertanggung jawab atas keselamatan diri, para pemandu hanya membantu mengurangi risikonya.
            Dalam perjalanan hingga ke finish, Anda akan melewati beberapa jeram. Namun ada kalanya, Anda akan mendapatkan aliran sungai yang tenang. Sebelum mencapai titik akhir river tubing, Anda akan mendapat instruksi dari tim pemandu agar berhenti dan turun dari ban. Ternyata itu adalah bagian atas dari sebuah dam atau bendungan air. Di bawahnya ada air terjun buatan setinggi kira-kira 2 meter. Di sini, Anda bisa uji nyali. Caranya dengan terjun dari ketinggian menuju hamparan air sedalam 1,5 hingga 3 meter. Bagi yang tidak berani terjun, disediakan anak tangga untuk turun menuju kolam di bawahnya. Sambil beristirahat, Anda bisa berenang-renang di kolam yang tenang. Menikmati aliran air terjun yang bisa digunakan untuk pijat refleksi badan. Tinggal duduk atau berdiri di bawah aliran air terjun. Air terjun ini adalah salah satu ikon untuk mengambil foto selfie dan wefie bersama teman dan keluarga.  
            Dari air terjun ini, Anda kemudian melanjutkan perjalanan menuju ujung lintasan river tubing. Kembali ke basecamp, ada beberapa toilet bersih yang sudah siap digunakan untuk mandi dan membersihkan diri.  Untuk biaya pengarungan adalah Rp 40.000 per orang dengan perlengkapan keselamatan pelampung, helm, pelindung siku, dan pelindung lutut serta pengantaran dan penjemputan kembali ke titik awal. 


Rabu, 03 Januari 2018

Lubang Sewu Wonosobo

Lubang Sewu
Grand Canyon Ala Wonosobo




Selain Telaga Menjer, Bukit Seroja dan Perkebunan Teh Tambi, saat berada di Wonosobo, Anda bisa mengunjungi tempat wisata Lubang Sewu yang berada di Desa Erorejo Kecamatan Wadaslintang Wonosobo. Untuk menuju ke destinasi ini Anda harus menuju ke area perbatasan antara Wonosobo dan Kebumen.  Lubang Sewu dibuka sebagai tempat wisata di tahun 2015. Kemunculannya di peta wisata Wonosobo terbilang belum lama, namun popularitas melampaui tempat-tempat wisata yang sudah ada sebelumnya. Semuanya berawal dari foto-foto indah yang tersebar di media sosial, cerita dari mulut ke mulut, hingga jadilah Lubang Sewu seperti saat ini.


Lubang Sewu sendiri sebenarnya merupakan salah satu bagian dari tepian waduk Wadaslintang yang berada di desa Erorejo. Ada satu pesona tersembunyi yang ternyata tersimpan di tempat ini. Saat musim kemarau tiba dan air waduk akan surut, maka terlihatlah bongkahan batu-batu putih nan eksotik, dengan banyak sekali lubang di permukaannya. Itulah Lubang Sewu. Masyarakat menamainya demikian karena begitu banyak lubang ada di batu-batu putih itu, Lubang Sewu artinya adalah Lubang Seribu.
Sejak awal, waduk Wadaslintang adalah surga bagi para pemancing. Saat air waduk pasang, lubang-lubang batuan kapur adalah habitat yang menyenangkan bagi ikan. Jenis ikan yang paling banyak ditemui di Waduk Wadaslintang adalah ikan nila, meskipun ada juga jenis ikan lain seperti patin dan red devil.


Saat musim kemarau tiba dan air waduk surut, pesonanya kian bertambah dengan bongkahan-bongkahan batuan alami yang saat difoto akan terlihat indah. Tak heran jika tempat ini kerap dijadikan lokasi foto pranikah atau pre-wedding photo. Batu-batuan alam yang berwarna putih indah ini juga yang menjadikan Lubang Sewu dijuluki Grand Canyon mini ala Wonosobo.
Jadi, jika anda tertarik berkunjung ke sini, sebaiknya lakukan kala air waduk sedang surut, kala musim kemarau. Agar anda tak hanya menyaksikan waduk Wadaslintang tetapi juga Lubang Sewu yang eksotis.


Telaga Menjer

Telaga Menjer  : Cantik, Sunyi dan Alami




            WISATA di Wonosobo selalu diidentikkan dengan Dieng Plateau. Padahal di daerah berhawa sejuk  ini, Anda bisa mengeksplorasi tempat wisata lain, seperti Telaga Menjer, Bukit Seroja, Perkebunan Teh Tambi,  dan Lubang Sewu.
            Saat Anda melakukan perjalanan menuju Dieng Plateau, tak ada salahnya mampir ke Telaga Menjer. Danau yang terbentuk secara alami ini telah dibuka menjadi objek wisata dan dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Garung. Minimnya informasi dan papan petunjuk arah membuat banyak wisatawan tidak mengetahui tempat ini. Sehingga mereka langsung menuju ke Dataran Tinggi Dieng tanpa mampir di telaga ini padahal berada pada jalur yang sama. Rute perjalanan menuju Telaga Menjer ini cukup mudah.  Carilah Pasar Garung di antara jalan raya penghubung kota Wonosobo dengan Dataran Tinggi Dieng. Dari Pasar Garung, carilah jalan ke kiri yang terdapat sebuah gapura bertuliskan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Garung.
            Pemandangan Telaga Menjer tidak terlihat dari tepi jalan karena berada di balik bukit kecil yang mengelilingi telaga. Untuk masuk ke tempat ini, wisatawan harus membayar tiket Rp 3000 rupiah/orang. Dari pintu gerbang masuk, Anda bisa menuruni sejumlah anak tangga untuk menuju ke tepian telaga. Tidak sampai 10 menit, Anda dapat menikmati hamparan air telaga yang jernih dan merasakan segarnya udara khas pegunungan. Anda  juga bisa menyusuri telaga dengan menaiki perahu yang disewakan oleh warga sekitar. Hanya dengan membayar sebesar 10.000 rupiah, Anda sudah bisa berkeliling Telaga Menjer serta melihat bentangan gunung Sindoro yang mempesona selama  kurang lebih 30 menit. Anda juga bisa menghabiskan waktu dengan memancing ikan di sini.  Jika tak ada event, suasana sekitar kawasan wisata Telaga Menjer tampak sepi dan sejuk. Anda bisa menyaksikan aktivitas warga sekitar yang sedang melakukan kegiatan sehari-hari seperti bertani dan mencari ranting kayu.


            Sebenarnya untuk sekadar berfoto di area Telaga Menjer saja sudah  terlihat keren. Namun, penduduk Desa Moron membuat inovasi pariwisata,  dengan membuat tempat selfie khusus di Telaga Menjer, yakni Bukit Seroja. Sejak awal  tahun 2017, foto-foto yang diambil dari Bukit Seroja mulai mewarnai media sosial. Bukit Seroja sendiri berada tepat di atas Telaga Menjer. Para pengunjung bisa menyaksikan keindahan Telaga Menjer dari sini. Seperti halnya di Bukit Sikunir, wisatawan juga bisa menyaksikan kemolekan sunrise (matahari terbit). Bila cuaca sedang cerah,  Anda bisa menyaksikan keindahan kota Wonosobo dari atas Bukit Seroja.



            Untuk mencapai bukit ini, Anda harus berjalan kaki sejauh 1,2 km dari tempat parkir kendaraan. Sebetulnya posisi Bukit Seroja persis di atas Telaga Menjer, namun jalurnya memutar, sehingga Anda harus berjalan menuju ke tempat ini. Di sekitar Bukit Seroja, Anda bisa melihat perkebunan sayur milik penduduk setempat, dan tentunya pemandangan apik Telaga Menjer.
            Selain menawarkan pemandangan alam yang indah, Anda juga bisa mendirikan tenda/camping ground di sekitar bukit untuk menikmati sunset ataupun sunrise di bukit ini. Waktu yang pas untuk melihat sunset sekitar pukul 17.45 WIB sedangkan untuk melihat sunrise sekitar pukul 05.00 WIB.

Menikmati Teh Hitam

            Dari Telaga Menjer dan Bukit Seroja, Anda bisa bergeser melanjutkan perjalanan ke agrowisata Kebun Teh Tambi  terletak di Desa Tambi, kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Dari Kota Wonosobo berjarak sekitar 18 km sedang dari Dieng sekitar 16 km. Popularitas Kebun Teh Tambi sendiri  cukup terbantu dengan keberadaannya di jalur utama menuju Dataran Tinggi Dieng, sehingga wisatawan cukup mudah menemukan agrowisata ini.


            Di sini, Anda bisa melihat hamparan kebun teh seluas 800 hektar, dengan pemandangan pegunungan di sekelilingnya menjadi daya tarik tersendiri dari tempat wisata ini. Namun yang paling difavoritkan para pengunjung adalah aktivitas tea walking di area perkebunan. Dengan didampingi pemandu, wisatawan bisa menyaksikan proses pemetikan hingga pengolahan Teh Tambi secara langsung.
            Kebun teh ini merupakan peninggalan zaman Belanda yang saat ini masih diusahakan oleh sebuah perusahaan milik pemerintah. Dulunya (1885) perkebunan ini merupakan milik Belanda dengan nama Bagelen Thee & Kina Maatschappij yang dikelola oleh NV John Peet berkantor di Jakarta. Setelah Indonesia merdeka, diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia, yang selanjutnya setelah Konferensi Meja Bundar kembali diserahkan kepada pemilik semula. Tahun 1954 perkebunan dijual kepada NV Eks PPN (Pegawai Perkebunan Negara) Sindoro Sumbing. Tahun 1954 NV Eks PPN Sindoro Sumbing bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Wonosobo mendirikan sebuah perusahaan baru bernama NV Tambi dan sekarang telah berganti nama menjadi PT Tambi.


            Saat di sini, Anda harus mencicipi teh hasil olahan Kebun Teh Tambi, karena produk Perkebunan teh Tambi hampir 80% dijual ke perusahaan lokal maupun Internasional yang tentunya akan dijual kembali dengan merek mereka sendiri. Sisanya, hasil perkebunan teh dijual dengan merk Teh Tambi. Anda bisa mendapatkan produk kemasan teh hitam dan teh hijau dengan lambang Punokawan sebagai ciri khasnya. Teh hitam grade 1 ala Teh Tambi konon memiliki kualitas yang terbaik.
            Jika menyusuri kebun teh pada pagi hari, pengunjung akan mendapati para pemetik teh yang sebagian besar adalah perempuan sedang memetik teh menggunakan gunting berukuran besar yang telah dimodifikasi. Pengelola Tambi menyediakan beragam paket wisata kepada wisatawan, mulai dari paket standar yaitu wisatawan akan diajak mengelilingi perkebunan teh, proses pengolahan teh di pabrik, hingga menikmati teh.

Hutan Pinus Kragilan

Berfoto Hits di Hutan Pinus Kragilan



            Magelang masih menyimpan potensi wisata alam yang lain.  Top Selfie Pinusan Kragilan adalah salah satu objek wisata di lereng Merbabu yang akhir-akhir ini banyak diperbincangkan.  Lokasi tempat wisata ini berjarak 5 kilometer dari Ketep Pass. Jika, Anda melakukan perjalanan dari Ketep Pass arahnya masih terus naik, menuju arah ke Kopeng. Tempat ini resmi dibuka untuk umum pada Mei 2015.


            Terletak di Dusun Kragilan, Desa Pogalan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang tempat wisata ini menawarkan keindahan dan kesejukan hutan pinus di lereng Merbabu. Top Selfie Pinusan Kragilan ini diserbu wisatawan yang sebagian besar adalah remaja yang hobi selfie atau berfoto-foto.  Spot yang paling banyak disukai pengunjung adalah di sepanjang jalan turunan selepas pintu masuk menuju tempat parkir, berupa jalan panjang dengan pohon-pohon pinus pada sisi kanan dan kiri jalan.
            Sementara lokasi lainnya ada di tengah- tengah hutan pinus. Sejumlah fasilitas seperti ayunan dan rumah panggung juga menjadi tempat menarik untuk foto-foto serta bersantai menikmati keindahan dan kesegaran tempat wisata ini. Jika tidak ingin hanya duduk-duduk, Anda dapat berjalan menjelajah hutan ini.

            Pada awalnya hutan pinus ini tidak terlampau populer dan nyaris tidak terlihat dari jalan raya. Warga Kragilan yang berinisiatif untuk bersama mempromosikan tempat ini, sementara pengelola memberinya nama Top Selfie untuk lebih banyak menarik pengunjung. Warga sendiri yang membuat struktur organisasi pengelola, di mana mereka yang termasuk pengelola mengenakan semacam seragam berwarna biru-hitam dan kemudian berbagi tugas, mulai dari mengatur jalan, menjaga loket masuk, menjaga tempat parkir dan bahkan ada yang menjadi pemandu di lokasi ini.
            Lokasi ini dibuka mulai pukul 06.00 WIB hingga 18.00 WIB. Warga melarang pengunjung untuk menginap atau mendirikan tenda di lokasi ini.  Pengunjung hanya perlu membayar Rp.10.000,00 jika membawa mobil dan Rp.3.000,00 jika membawa motor. Di sini Anda juga bisa melakukan kegiatan flying fox hanya dengan biaya sebesar Rp.10.000,00.


Rafting Sungai Elo

Menaklukkan Jeram Sungai Elo





MAGELANG punya banyak destinasi wisata. Salah satunya wisata arung jeram (rafting) menyusuri sungai Elo yang cukup memacu adrenalin.  Lokasi sungai Elo terletak di desa Pare, Blondo Mungkid, Magelang.  Meski kalah seru dibanding arung jeram di kali Progo, menyusuri keindahan sungai Elo dapat menjadi penawar rindu bagi pecinta wisata air. Anda tak perlu takut untuk mencoba rafting di Elo karena aliran arus sungai cukup mudah ditaklukkan. Jeram-jeram yang dimiliki masuk kategori 2 sampai dengan 3, artinya memiliki tingkatan bahaya yang rendah. Sehingga rafting di Elo cukup ramah bagi pemula, bahkan bagi yang belum pernah melakukan arung jeram sekalipun. Anda bisa mengajak keluarga, termasuk anak berumur minimal 7 tahun.
            Sebelum berarung jeram, para pemandu atau skipper dari operator rafting yang Anda pilih akan mempersiapkan segalanya.  Sebelum naik perahu peserta diberikan briefing singkat tentang cara menggunakan perlengkapan mulai dari helm, rompi pelampung serta cara menggunakan dayung. Peserta wajib melapor kepada pihak operator apabila menderita penyakit khusus, seperti asma, jantung dan sebagainya. Peserta tidak diperkenankan membawa peralatan lain, kecuali obat atau barang penting setelah mendapat izin dari pemandu. Untuk barang-barang tersebut, pihak operator telah menyediakan drybag, yaitu sebuah tas anti air. Semua operator arung jeram memulai rute dari bawah jembatan Blondo yang juga merupakan starting point.  Satu perahu  dapat diisi oleh 4-6 orang dewasa dan satu pemandu, jika ada anak-anak maka akan disesuaikan dengan berat tubuh serta keseimbangan perahu.
            Anda akan merasakan sensasi keseruan saat menyusuri sungai dengan jarak 12 kilometer, dan waktu yang dibutuhkan untuk pengarungan sekitar 2,5-3 jam. Sungai Elo sendiri merupakan anak sungai Progo yang berkarakter penampang sungai sempit dengan debit air cukup stabil sepanjang tahun. Sepanjang jalur sungai pada trip ini, didominasi air tenang atau flat, namun beberapa jeram cukup mampu menggoncang perahu.
            Selain track yang panjang, sungai ini mempunyai tingkat keekstreman arus aliran sungai yang berbeda-beda. Di sisi lain, Anda juga dapat menikmati keindahan panorama di sekelilingnya  berupa pepohonan di kanan kiri yang menghadirkan suasana adem. Selain itu aliran-aliran air kecil yang mengalir di dinding tebing bukit sekitar sungai, menambah asri suasana di sekitar sungai. Setelah perahu karet mulai berjalan, Anda bisa melihat beragam satwa yang ada di sekitar sungai, seperti burung, bebek dan jika Anda beruntung ikan sebesar telapak tangan manusia kadang terlihat melompat ke permukaan air, dan bisa masuk ke perahu karet.  Anda juga dapat berinteraksi dengan penduduk sekitar yang sedang memancing di pinggir sungai. Saat kail mereka disambar ikan bisa menjadi pemandangan yang menarik.  
            Saat Anda memilih rafting pada sore hari, cahaya matahari yang mulai menguning, menembus celah dahan pepohonan dan menerpa dinding-dinding tebing di sekitar lokasi sungai, menjadi pemandangan yang eksotis.

Permainan Jeram

Memasuki lokasi-lokasi ‘’ekstrem’’ di sungai Elo menghadirkan pengalaman tersendiri. Arus air yang deras dengan batuan-batuan yang besar akan membuat perahu karet tergoncang dan membuat Anda akan merasakan sensasi wahana air yang menyenangkan. Gelak tawa dan ekspresi riang dari para pengunjung akan terlihat dan menambah keseruan saat melewati jeram yang deras dan perahu sengaja ditabrakkan ke batu besar atau tebing sungai oleh skipper.



            Jeram pertama yang Anda lalui setelah melewati starting point adalah jeram Sesek. Air beriak yang cukup panjang ini lumayan menggoyang-goyang perahu karet yang awalnya tenang. Ini merupakan jeram selamat datang, yang artinya masih ada banyak jeram yang menanti di sepanjang sungai Elo. Ada sekitar 5 jeram di sungai Elo yang terbilang menantang adrenalin bagi pemula. Mengarungi jeram-jeram tersebut bisa dibilang sebagai pemanasan atau pengenalan bagi peserta sebelum mencoba arung jeram di sungai Progo. Di jeram-jeram ini, biasanya perahu terjebak di antara bebatuan sehingga perahu berhenti tak bisa berjalan. Di sini peserta rafting bisa mempelajari bagaimana melepaskan perahu jika terjebak pada bebatuan, mengarahkan perahu, dan sebagainya. Kondisi medan yang tergolong aman bagi pemula memungkinkan bagi peserta mendapat arahan dari pemandu secara santai.
            Selain memberikan pelajaran tentang bagaimana mengatasi perahu yang terjebak di bebatuan, pemandu arung jeram biasanya akan mengajak Anda melakukan permainan air atau ‘’mengerjai’’ peserta. Kondisi air sungai Elo pada musim kemarau yang nampak jernih dan berarus tenang memang cukup ideal untuk melakukan berbagai permainan air. Salah satu yang asyik adalah permainan flip plop atau putar perahu. Pada permainan ini,  empat orang yang berada di bagian belakang diminta berdiri di atas perahu dan dua orang lagi mendayung perahu sehingga perahu tersebut memutar. Karena tidak mampu menjaga keseimbangan, akhirnya peserta yang berdiri jatuh ke air.
            Ada juga permainan spinning atau sekadar berenang menikmati dinginnya air kali dan menikmati manfaat pelampung arung jeram. Renang jeram berbeda dengan berenang di kolam renang atau di laut karena memiliki gerakan tertentu. Posisi  badan di air, terlentang dengan kaki berada di depan seperti sedang mengayuh sepeda. Gerakan ini berfungsi untuk menjaga tubuh supaya bisa tahu di mana ada batu atau benda lainnya sehingga tidak terantuk kepala terlebih dahulu.


            Setelah selesai mengarungi beberapa jeram serta beberapa manuver permainan, pengarungan pun  dilanjutkan. Jeram-jeram berikutnya tak kalah seru. Apalagi ketika perahu sengaja dibalikkan oleh skipper dan peserta tersebur ke sungai.  Tak jauh dari tempat perahu dibalikkan, ternyata ruas sungai menyempit. Di penyempitan ini arus tidak terlalu deras, dan Anda akan merasakan sensasi seolah menyusuri Green Canyon versi Elo.
Di tengah perjalanan atau sekitar 8 kilometer jarak yang telah ditempuh,  Anda akan diajak berhenti sejenak untuk berhenti di pos peristirahatan. Anda bisa menikmati kelapa muda atau wedang jahe serta snack tradisional sebagai pelepas lelah dan dahaga. Setelah cukup beristirahat, Anda kembali melanjutkan perjalanan.
            Mendekati finish point di jembatan Mungkid, ada satu hal menarik yang bisa Anda temui. Di  antara bebatuan besar yang ada di pinggir sungai, ada satu batu unik. Pada batu tersebut, sebuah jejak besar terlihat. Konon, itu adalah tapak Buddha. Ternyata setelah rafting selesai dan kembali ke meeting point, tapak Buddha itu bukan hal yang aneh. Karena batu bertapak kaki tersebut berada tepat di belakang Vihara Buddha Mendut.
Berapa biaya yang harus Anda keluarkan untuk bisa menikmati wisata petualangan ini? Biaya yang dipatok akan disesuaikan dengan paket trip yang disediakan serta jarak tempuh yang akan diambil. Mulai dari Rp.750.000 hingga Rp.1.500.000 untuk 6 orang. Biaya tersebut meliputi semua peralatan dan paket konsumsi

Topkapi Palace

Topkapi PalaceSaksi Kejayaan Kesultanan Turki



            Topkapi Sarayi atau Topkapi Palace menjadi salah satu destinasi wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi di Turki. Letaknya tidak jauh dari Hagia Sophia dan Blue Mosque yang merupakan kesatuan dari Old City Istanbul. Siapkan uang TL 40 untuk membeli tiket jika Anda tak memiliki museum pass atau muzekart.
            Topkapi Sarayi mempunyai arti ‘’Istana Pintu Gerbang Meriam’’. Nama ini disematkan karena di depan pintu gerbang istana pada masa lalu terdapat meriam raksasa. Istana ini menjadi kediaman resmi para penguasa kekhalifahan Turki Utsmani selama sekitar 400 tahun (869-1272 H/1465-1856 M). Sebelum menempati istana ini, sang sultan tinggal di sebuah istana kecil yang terletak di Distrik Beyzit (tidak jauh dari Grand Bazaar, antara Universitas Istanbul dan Masjid Sulaimaniyyah). Istana Topkapi mengalami perluasan dan pemugaran, antara lain pada masa Sultan Sulaiman Al-Qanuni (927-974 H/1520-1566 M).  Topkapi Palace mulai kehilangan posisi penting setelah Sultan Majid I pindah ke Dolmabahce Palace, sebuah istana berarsitektur Eropa di Beskitas yang berada di tepi Selat Bosphorus. Seiring terbentuknya Republik Turki, Dekrit Presiden tanggal 3 April 1924 mengakhiri sejarah panjang Topkapi Palace sebagai istana dan menetapkannya sebagai museum. Istana ini kemudian ditetapkan sebagai situs cagar budaya oleh UNESCO pada tahun 1985. Pengelolaannya berada di bawah naungan Departemen Budaya dan Pariwisata pemerintah Turki dan dijaga oleh tentara militer Turki.

Tiga Gerbang

            Komplek bangunan Istana Topkapi dikelilingi oleh benteng sepanjang 5 kilometer dengan total luas 70 hektar. Tak heran jika Topkapi dinobatkan sebagai istana terluas kedua di dunia setelah Istana Versailles di Prancis. Areal istana terletak di dataran agak tinggi sehingga pengunjung bisa melihat indahnya pemandangan laut Marmara, Golden Horn, dan Selat Bosphorus. Sebelum memasuki istana, tepat di sudut jalan terdapat sebuah air mancur Sultan Ahmed III (Sultan Ahmet Cesmesi) yang dibangun pada tahun 1140 H/1728 M yang tidak lagi memancarkan air. Air mancur itu dahulu dibangun sebagai sebil (tempat air minum gratis bagi para musafir).  


            Desain Topkapi tidak sama seperti istana yang dibangun di benua Eropa yang berbentuk bangunan raksasa dengan taman yang sangat luas. Istana ini terdiri dari sejumlah paviliun, dapur, barak, ruang pertemuan, kamar, taman, dan ruang istirahat yang didirikan di seputar gedung utama.
            Terdapat 3 buah gerbang istana. Gerbang pertama bernama Bab-i-Humayyun (Imperial Gate) yang berarti “pintu gerbang kesultanan”.  Selepas melewati gerbang ini,  Anda akan melihat sebuah taman luas berhias bunga dan pohon rindang. Di sini, Anda bisa berfoto dengan latar indahnya Laut Marmara dan Hagia Sophia. Dahulu, di taman inilah pasukan elit Dinasti Utsmaniyyah, yaitu pasukan Janissary, kerap melakukan parade.


            Setelah melewati taman, Anda bisa melintasi pintu gerbang kedua bernama Bab-as Salam (Salutation Gate) yang dibangun Sultan Sulaiman Al-Qanuni pada tahun 930 H/1524 M.  Salutation Gate berupa tembok dengan dua menara besar di sisi kiri dan kanan. Desain gerbang dipengaruhi gaya arsitektur Byzantin. Jika dilihat bentuknya, mirip dengan gerbang istana magic kingdomnya Walt Disney. Dahulu dua menara tersebut difungsikan untuk menggantung para terhukum.



            Pada bagian kedua dari istana ini, Anda akan menemui dapur istana, istana harem (hareem section), dan gudang penyimpanan senjata. Bangunan dapur kerajaan memiliki 20 cerobong asap yang amat tinggi, dibuat abad ke-15 terdiri dari 10 bangunan besar. Konon dapur ini dapat menyiapkan makanan untuk 4.000 orang yang disiapkan pelayan dapur yang jumlahnya bisa mencapai 1.000 orang.
            Istana Harem, tempat tinggal para selir dan para pelayannya juga berada di zona kedua ini. Di zaman kesultanan Ottoman, kekuasaan tertinggi di Harem berada di tangan Valide Sultan atau Ibu kandung Sultan yang berkuasa. Valide Sultan berhak mengatur kehidupan para selir dan penghuni Harem serta tidak jarang juga berperan dalam intrik istana. Harem memiliki pasukan kasim berkulit hitam yang berasal dari Afrika sebagai penjaga kompleks istana.
            Bangunan Harem sangat luas dan penuh dengan ornamen khas Ottoman yang bergambar bunga dan tanaman. Warna biru indigo serta emas juga menghiasi ruangan di sana. Selain dibangun untuk menjadi tempat tinggal para selir dan keluarga Sultan, para pangeran juga “dipaksa” untuk tinggal di sini untuk menghindari perebutan tahta dan mempersempit ruang gerak mereka. Oleh karena itulah, Harem terkadang juga disebut sebagai sangkar emas. Terhitung ada sekitar 300 kamar yang ada di dalam istana harem ini, mirip seperti apartemen. Letak istana ini sebenarnya hanya beberapa meter dan hampir berseberangan dengan bangunan dapur.


            Dari Harem ada bisa menuju Mediciye Pavilion. Di sini Anda bisa melihat pemandangan selat Bosphorus dan jembatan Eropa-Asia. Dari balkon paviliun berjalanlah sekitar 10 meter, Anda akan menemui sebuah bangunan istana kecil dengan interior full keramik dan terdapat kolam renang. Dari sini, pemandangan selat Bosphorus, Galata Bridge, Galata Tower dengan bangunan di sekitarnya, juga masjid Sulaymaniye terlihat cukup jelas. Sepertinya istana kecil ini adalah tempat bersantai para anggota keluarga kerajaan.
            Selesai menjelajah bagian kedua istana, Anda bisa menuju gerbang ketiga, Bab-i Sadeet disebut juga Akagalar Gate atau Felicity Gate sebagai pintu masuk ke bagian utama istana. Di bagian ketiga dari istana inilah letak beberapa bangunan-bangunan penting. Di area ini, Anda dilarang memotret.


            Salah satu area penting dari bagian ketiga istana adalah lokasi di mana para sultan Dinasti Utsmaniyyah menerima duta besar asing. Lokasi tersebut dinamakan Arz Odasi, di mana sultan duduk di atas tahta berhias emas dan permata. Ketika prosesi penerimaan para duta berlangsung pada masa itu, air mancur di dekat lokasi, dinyalakan. Tujuannya agar orang yang tidak berkepentingan tidak bisa mendengar pembicaraan antara Sang Sultan dengan para duta besar. Saat ini, tempat itu digunakan untuk menampilkan koleksi senjata pasukan Dinasti Utsmaniyyah.
            Di area ini, Anda juga bisa melihat barang-barang peninggalan sejarah, khususnya sejarah Islam di Sacred Relics atau dikenal juga sebagai Holy Relics. Di sini Anda seperti dibawa ke zaman Rasulullah SAW dan sahabatnya. Di ruang ini, Anda bisa mendengarkan lantunan tilawah Al-Qur’an secara live. Konon, dulu ayat-ayat Al-Qur’an dilantunkan tanpa henti selama 24 jam nonstop dan terus menerus selama lebih dari 407 tahun antara tahun 1517-1924 M. Di tempat ini Anda bisa melihat benda-benda terkait Rasulullah SAW dengan hiasan kaligrafi yang sangat cantik. Selain itu, terdapat cetakan tapak kaki Nabi Muhammad pada batu yang patah dan disambung kawat. Terdapat pula pedang dan panah milik Nabi Muhammad dan para sahabat, juga peninggalan lainnya. Peninggalan bersejarah lainnya adalah manuskrip Al Quran pertama yang ditulis di atas lembaran kulit binatang. Manuskrip tersebut merupakan lembaran Al Quran sebelum disatukan menjadi sebuah kitab utuh. Salah satu yang tersimpan di Topkapi ialah Surat Al-Qadar.