Datanglah Ke Konya Karena Rumi Memanggilmu
‘’Bila kau berziarah mengunjungi makamku,
Engkau akan melihat batu nisanku menari-nari ...”
(Jalaludin Rumi, Mathnavi)
SALAH satu destinasi yang wajib Anda
kunjungi saat berkunjung ke Turki adalah Konya, kota yang
terletak tidak jauh dari wilayah Kurdistan, dekat perbatasan Turki-Suriah-Irak.
Sangat mudah mencapai Konya karena banyak bus ber-AC antarkota siap mengantar
Anda dari terminal bus di Istanbul maupun Ankara. Jika melakukan perjalanan
dari Istanbul ke Konya, Anda bisa menempuh perjalanan darat kurang lebih 7 jam.
Sementara dari Ankara ke Konya, hanya butuh waktu 3 jam saja.
Konya
merupakan salah satu kota tertua di dunia, berada di wilayah Turki bagian Asia,
tepatnya di pusat Anatolia. Kota ini sebelumnya dikenal dengan nama Ikonium. Di
sini terdapat tempat tinggal sekaligus makam Jalaluddin Rumi yang hingga kini
masih rutin dikunjungi oleh peziarah lokal maupun wisatawan asing. Tempat
tinggal dan makam tersebut terletak dalam satu kompleks museum yang disebut
Mevlâna Müzesi, atau Museum Jalaluddin Rumi. Mevlana atau Maulana
merupakan julukan yang diberikan oleh murid-murid Rumi, yang berarti
‘pembimbing kami’. Jalaludin Rumi sendiri merupakan tokoh terkemuka dalam ilmu
tasawuf dan kesusastraan. Kumpulan puisi Rumi yang terkenal bernama ‘’al-Matsnawi
al-Maknawi’’. Ia menyampaikan bahwa pemahaman atas dunia hanya mungkin didapat
lewat cinta, bukan semata-mata lewat kerja fisik.
Sepeninggal
Rumi semua barang, juga karya-karyanya disimpan di mausoleum yang telah
dijadikan museum sejak tahun 1926. Bukan hanya peninggalannya saja yang dapat
ditemukan di sana tapi juga makam Rumi dan keturunannya. Terdapat pula Al Qur’an
kuna yang bertintakan emas. Pandangan spiritual Rumi yang bertumpu pada
universalitas dan humanitas membawa datangnya jutaan peziarah dari semua latar
belakang, setiap tahunnya.
55
Makam
Mevlana
Museum yang terletak di seberang Bukit Aleaddin (Aleaddin Tepesi) memang
menakjubkan. Pengunjung tak hanya akan melihat goresan sejarah Rumi dan
keturunannya, namun juga akan merasakan getaran spiritualitas yang tak bisa
diungkapkan melalui kata-kata. Museum ini juga disebut ‘Istana Kebun Mawar’
atau ‘Rose Garden’. karena banyak
ditanam bunga mawar aneka warna di sekelilingnya. Pada musim semi, ribuan bunga
mawar yang mekar menghias seluruh area museum. Tempat ini sempat mengalami masa
muram ketika Musthafa Kemal Ataturk, Bapak Westernisasi Turki, melarang
kegiatan kelompok sufi di sana.
Keindahan
Mevlana Museum sudah tampak dari kejauhan. Di gerbang masuk museum, tertulis
tiket 45 Lira perorang untuk turis asing memasuki area museum. Namun, saat
hendak membayar tiket, wisatawan asing tak
dipungut biaya. Memasuki kawasan museum akan terlihat ciri khas bangunannya
berupa sebuah kerucut dari keramik berwarna turquoise (hijau kebiruan) diapit
kubah-kubah bundar. Begitu menjejakkan kaki di serambi museum, pandangan
pertama akan langsung tertuju pada sebuah halaman berhias taman dan kolam yang
dikelilingi pagar yang digunakan sebagai tempat berwudlu (airnya yang segar
bisa diminum). Ada juga air mancur yang dibangun
oleh Yavuz Sultan Selim, terletak di
tengah-tengah halaman. Taman berhias kolam yang ada di Mevlana Museum merupakan
simbol dari ‘malam penyatuan’ (Rumi menyebut kematiannya sebagai saat penyatuan
diri dengan Tuhan). Di taman itu pula, tarian Sufi dipertunjukkan setiap 17
Desember untuk memperingati hari kematian Rumi.
Museum
ini terbagi ke dalam beberapa bangunan. Di sisi kanan terdapat 17 bilik darwis
yang berjejer. Di bilik-bilik inilah terdapat koleksi Masnavis (buku puisi yang
ditulis oleh Mevlana), Al-Quran dan sajadah bergambar. Di ujung bilik yang
merupakan bangunan paling besar, terdapat diorama dan patung lilin yang dibuat
menyerupai para sufi waktu itu dengan tarian sufinya. Di sini divisualisasikan Rumi
sedang berdiskusi dengan sahabatnya. Konon, Rumi bisa menghabiskan waktu
berhari-hari lamanya untuk berdiskusi dan dari diskusi itu menghasilkan
ide-ide karyanya.
Sementara
itu area makam terletak di dalam bangunan utama sayap kanan. Sebelum memasuki ruangan, para pengunjung
harus menutupi telapak kaki dengan kantung plastik yang tersedia. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga kebersihan di dalam kompleks makam. Persis di samping
kiri sebelah pintu masuk makam terdapat sebuah kendi besar berwarna keperakan,
disebut Nisan Tasi, atau April Bowl, yang konon dulunya diisi dengan air hujan
yang jatuh pada bulan April dan dianggap suci. Para petani menggunakannya untuk
keperluan tanah pertaniannya.
Di
dalam ruangan terdapat 55 makam dari keluarga dan pengikut Rumi. Tepat di bawah
sebuah atap kerucut hijau, terdapat dua makam dari marmer biru. Itulah makam
Rumi dan anaknya, Sultan Walad. Kedua makam dibuat pada masa pemerintahan
Sultan Sulaiman. Di depan makam Rumi, para pengunjung tampak menengadahkan
tangan, berdoa bagi sang 'Maulana'. Makam bermarmer biru itu ditutupi kain yang
berhiaskan ayat-ayat suci Al Quran dalam bordiran benang emas. Kain itu
merupakan hadiah dari Sultan Abdulhamid II pada 1894. Semua makam tokoh-tokoh
sufi ini ditutupi dengan kain yang disulam dengan benang emas, akan tetapi
makam Rumi dan putranya ditandai dengan dua buah turban besar di salah satu
ujungnya, sebagai simbol penguasa dunia spiritual.
Masih
terhubung dengan ruangan makam, terdapat pula Samaahane. Secara resmi, sebagai
bagian dari kegiatan tasawuf, di sinilah tarian Samaa ditampilkan. Pada ruangan
yang sama, disediakan pula tempat untuk para pemusik. Saat ini, sejumlah alat
musik yang biasa dipakai pada tarian Samaa, dipamerkan di ruangan itu, antara
lain berupa rebab dan tambur. Beberapa pakaian Rumi juga disimpan di ruangan
yang sama.
Di
dalam bangunan ini, pengunjung juga bisa
melihat beberapa barang peninggalan para sultan kerajaan Ottoman (atau
Utsmaniyah). Karena Raja Mehmet The Conqueror serta Raja Süleyman The Great
adalah pengikut ajaran Mevlevi. Selain itu juga terdapat baju-baju yang pernah
dipakai oleh Rumi, alat-alat musik seperti flute dan baglama, Al-Qur’an
peninggalan kekaisaran Ottoman, dan kain-kain sajadah. Namun, yang paling menarik perhatian adalah
sebuah kotak kecil yang konon berisi potongan rambut Nabi Muhammad SAW. Entah
bagaimana ceritanya Rumi atau tokoh sufi lainnya bisa bertemu Nabi Muhammad
(karena minimnya informasi dalam bahasa Inggris), tetapi bisa jadi benda yang
ada di dalam kotak yang selalu wangi tersebut benar-benar rambut Rasulullah. Wallahu
a’lam.
Bangunan
makam Rumi juga dilengkapi masjid kecil yang dibangun Sultan Sulaiman. Di
masjid yang sama terdapat pula karpet sutra, karya khas Turki yang terkenal.
Salah satu karpet itu dibuat dengan kepadatan 144 titik benang setiap senti.
Keren banget
BalasHapus