Minggu, 28 Mei 2017

Museum Hagia Sophia dan Blue Mosque Turki

Hagia Sophia & Blue Mosque
Destinasi Sejarah dan Religi di Istanbul




Banyak orang mengira Ibukota Turki adalah Istanbul. Padahal yang tepat adalah Ankara. Istanbul memang lebih populer karena merupakan gerbang utama masuknya turis ke Turki. Kota ini juga memiliki keunikan berada di dua benua, Asia dan Eropa. Kedua bagian darat kota terbesar di Turki ini terpisahkan oleh Selat Bhosphorus dan keduanya dihubungkan dengan jembatan. Hal inilah yang membuat wisatawan tertarik untuk merasakan sensasi melintas dua benua dalam satu negara bahkan kota.




            Di luar itu, Istanbul yang dulu bernama Konstantinopel memang menarik karena memiliki sejarah peradaban yang kaya. Banyak bukti sejarah dan bangunan megah bercitarasa seni berdiri di sana, seperti Museum Hagia Sophia, Blue Mosque dan Topkapi Palace.  Tiga bangunan tersebut berada di kawasan Sultan Ahmed Square. Jika Anda sedang berada di Istanbul, tiga bangunan ini wajib Anda kunjungi. Dan saat berkunjung ke Istanbul, carilah penginapan di kawasan Sultan Ahmed Square karena Anda bisa leluasa menjangkau tiga bangunan tersebut hanya dengan berjalan kaki. Namun, jika Anda tak menginap di kawasan Sultan Ahmed Square, Anda bisa naik trem, sarana transportasi paling mudah dan murah menuju stasiun Sultan Ahmet. Kemudian Anda bisa berjalan kaki sekitar 3 menit menuju tiga bangunan bersejarah tersebut. Waktu terbaik untuk mengunjungi kawasan ini, pada saat musim semi di mana suhu udara sangat sejuk dan bunga tulip bermekaran.








Dialihfungsikan

            Tempat bersejarah pertama yang bisa Anda kunjungi adalah Museum Hagia Sophia (dalam bahasa Yunani), atau Sancta Sophia (Latin) dan The Church of the Divine Wisdom (Inggris). Sementara itu, orang Turki menyebutnya Aya Sofya. Jika kebetulan Anda pernah menonton film 99 Cahaya di Langit Eropa, pasti tak asing dengan museum ini karena menjadi tempat syuting film tersebut. Lokasi Hagia Sophia berada tepat berseberangan dengan Blue Mosque. Tiket masuk seharga 40 TL (Lira)  atau setara Rp 150 ribu. Namun jika ingin berhemat, Anda bisa membeli museum pass atau muzekart. Pada pagi hari, saat bus wisatawan berdatangan, Anda harus antre panjang untuk bisa memasuki area museum. Jika tak ingin terjebak antrean, datanglah pagi hari sekitar pukul 09.00 waktu Istanbul, saat museum baru dibuka, atau sore hari, saat rombongan tur sudah meninggalkan Hagia Sophia. Saat memasuki kawasan ini, barang-barang bawaan Anda harus masuk pemeriksaan X-Ray.





            Menelusuri bangunan ini, Anda akan dibuat kagum. Hagia Sophia dibangun di atas tanah dengan lebar 70 meter dan ketinggian 75 meter dengan dome (kubah) berdiameter 31 meter, bangunan ini bisa dibilang sangat megah. Dilansir dari situs resmi Museum Hagia Sophia, sebelum menjadi museum, Hagia Sophia pertama kali dibangun sebagai sebuah gereja Ortodoks. Tak heran jika Hagia Sophia memiliki gaya arsitektur khas Byzantium. Setelah kota Konstantinopel jatuh ke tangan Dinasti Usmaniyah pada tahun 1453, Hagia Sophia dialihfungsikan sebagai masjid, mengingat ekspansi dinasti ini membawa napas Islam yang kental di dataran Eropa.




            Saat difungsikan sebagai masjid, pernak-pernik Kristen dicopot dan lukisan-lukisan pada dinding ditutupi cat. Pada tahun 1937, Mustafa Kemal Atatürk,  seorang perwira militer dan negarawan Turki mengubah status Hagia Sophia menjadi museum. Beberapa bagian dinding dan langit-langit dikerok hingga ditemukan kembali lukisan-lukisan sakral Kristen.  Jadi jangan heran jika Anda akan melihat paduan ornamen-ornamen Islam dan Kristen sekaligus menghias seluruh isi bangunan ini, mulai dari ukiran, lukisan dinding hingga perabotan. Anda akan melihat tulisan-tulisan Arab bernuansa Ketuhanan dan Nabi Muhammad berdampingan dengan simbolik Kristen,  Bunda Maria dan Jesus Christ.








            Dari lantai satu, Anda akan bisa melihat dengan jelas keindahan langit-langit bangunan dan detail kaligrafi Islam dan simbol Kristen yang berdampingan. Setelah itu, naiklah ke lantai dua melewati lorong batu yang unik. Di lantai ini, Anda akan menemukan satu mosaik bergambar Jesus Christ di upper galleries. Dari lantai dua ini, Anda juga bisa melihat Blue Mosque dari  jendela di antara kubah yang ada di Hagia Sophia.  Di dalam museum ini tersimpan sekitar 10.000 surat-surat dari khalifah Utsmaniyah untuk menjamin, melindungi, dan memakmurkan warganya ataupun orang asing pembawa suaka.

Salah Dengar

            Puas menelusuri jejak sejarah Kristen dan Islam di Hagia Sophia, Anda bisa menyeberang menuju Blue Mosque. Masjid ini sebenarnya bernama Sultan Ahmed Camii diambil dari sang empu-nya, yaitu Sultan Ahmed I dari dinasti Ottoman yang berkuasa pada tahun 1603-1627. Blue Mosque dibangun untuk menyaingi kemegahan Hagia Sophia. Sultan Ahmed I memerintahkan Mehmed Aga, seorang arsitek kenamaan pada masa itu untuk merancang sebuah masjid yang sangat megah tepat di seberang Hagia Sophia.






            Konon Sultan Ahmed I meminta untuk dibuatkan masjid dengan 4 menara yang terbuat dari emas. Namun yang berdiri bukanlah masjid dengan 4 menara emas, melainkan 6 menara yang bukan dari emas. Itu karena sang perancang salah mendengar permintaan sang Sultan. Emas yang dalam bahasa setempat disebut ‘altin’, justru malah terdengar ‘alti’ yang berarti enam. Maka dibangunlah masjid sesuai dengan permintaan versi pendengaran si arsitek. Mehmed Aga panik dan berpikir akan dipenggal karena kesalahannya. Tapi yang terjadi, Sultan Ahmed justru terpesona dengan keindahan 6 menara yang mengitari masjid yang dibangun selama tujuh tahun tersebut. Meski bangunan ini sempat membuat sang Sultan mendapat kritik karena jumlah menaranya sama dengan Masjidil Haram di Makkah namun Blue Mosque justru menjadi terkenal di seluruh dunia.



            Keindahan masjid ini terlihat bukan hanya dari eksterior yang dihias 6 menara menjulang, namun juga kubah-kubah biru yang seolah saling bertumpu di ketinggian dengan ukuran yang berbeda. Kubah tertinggi memiliki diameter 23,5 meter dan tinggi 43 meter. Taman indah  juga turut menghiasi bagian luar masjid. Interiornya juga sangat memesona, dindingnya dilapisi keramik handmade dengan 50 desain bunga tulip yang berbeda. Keramik pada lantai bawah memiliki desain khas motif tradisional Turki, sementara keramik pada lantai galeri berdesain bunga dan buah-buahan. Keramik-keramik tersebut didesain oleh seorang ahli  dari Iznik, Ksap Haci dan Baris Efendi dari Avanos, Cappadocia. Keramik di sekitar Blue Mosque sempat direstorasi setelah terjadi kebakaran pada tahun 1574.
            Pada lantai atas masjid ini, interiornya didominasi oleh cat biru. Lebih dari 200 kaca hias dipakai sebagai jendela masjid yang bisa memberi jalan bagi cahaya untuk menerangi ruangan. Lampu-lampu indah digantung menyinari kaligrafi-kaligrafi buatan Seyyid Kasim Gubari yang terukir pada dinding masjid. Bagian dalam dari masjid tak bisa sembarangan dimasuki. Wisatawan yang tidak akan beribadah hanya boleh masuk hingga saf  bagian belakang karena yang di depan digunakan untuk ibadah. Saat masuk pun terdapat aturan di mana pengunjung harus berpakaian sopan seperti yang diisyaratkan dalam agama Islam.
            Di sekitar masjid dibangun sekolah, istana peristirahatan bagi Sultan, tempat pemandian, air mancur, rumah sakit, serta kamar-kamar yang disewakan.  Dari dulu hingga sekarang, masjid ini tetap berfungsi sebagai tempat beribadah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar