Kamis, 25 Februari 2016

Pantai Kuta Lombok dan Pantai Seger


Menyapa Putri Mandalika Lewat Ritual Bau Nyale





Pulau Lombok di provinsi Nusa Tenggara Barat, kini tengah berbenah di sektor pariwisata. Sejak Bandara Internasional Lombok (BIL) dibuka menggantikan Bandara Selaparang,  kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri, terus meningkat. Terlebih pada hajatan The World Halal Travel Summit & Exhibition 2015 di Abu Dhabi, Lombok menyabet dua penghargaan,  yaitu World's Best Halal Honeymoon Destination dan World's Best Halal Tourism Destination.
Ya, pulau Lombok memang memiliki banyak pilihan tempat wisata, seperti pantai yang masih alami, gunung, rumah tradisional, dan tempat bersejarah. Tiga tempat yang wajib Anda kunjungi saat berwisata ke pulau Lombok adalah pantai Kuta (disebut pantai Kuta karena berada di desa Kuta) dan pantai Putri Nyale, serta Desa Sade.  Ketiga tempat ini ada di kawasan Lombok Tengah. Pantai Kuta dan pantai Putri Nyale berada pada posisi yang strategis dan mudah dijangkau dengan menggunakan berbagai sarana transportasi. Jika berangkat dari Mataram diperlukan waktu kurang lebih 1,5 jam. Sedangkan jarak dari Bandara Internasional Lombok (BIL) dibutuhkan waktu kurang lebih 20 menit saja.
Pantai Kuta Lombok sendiri, seiring dengan adanya program Visit Lombok-Sumbawa  dan keinginan untuk lepas dari brand image pantai Kuta Bali yang sangat kuat, maka disosialisasikan perubahan nama menjadi pantai Mandalika. Kawasan pantai Kuta ini masuk wilayah inti dalam pengembangan Mandalika Resort yang nantinya diharapkan menjadi pusat pariwisata terpadu kelas dunia. Pantai ini dicanangkan menjadi ikon Lombok selain pantai Senggigi yang sudah populer. Pada tanggal 9 Februari 2016 lalu, pantai Kuta juga terpilih sebagai tempat acara puncak perayaan Hari Pers Nasional.

Pintu gerbang pantai Kuta Lombok


Di pantai Kuta Lombok atau pantai Mandalika, Anda akan menemukan pesona keindahan alam yang luar biasa, perpaduan antara pemandangan laut dan perbukitan. Hamparan pasir putih yang bertekstur seperti merica dengan deburan ombak di garis pantai dan pemandangan terumbu karang yang menjorok ke laut, dipastikan akan menghipnotis wisatawan. Perbukitan yang mengepung pantai, pada saat musim penghujan terlihat menghijau, menyejukkan mata. Pada saat air laut surut, Anda akan mudah menemukan biota laut seperti ganggang, bintang laut dan teripang. Beberapa spot sangat menarik, misalnya bukit yang ditumbuhi sebatang pohon dengan ranting-ranting menjuntai yang keluar dari tumpukan karang. Dari titik ini, Anda bisa mengambil gambar lanskap yang memukau, berupa perpaduan antara garis pantai, air laut dan bukit.

Pantai Kuta Lombok

Pantai Kuta Lombok

Di sepanjang pantai selain tumbuh pohon-pohon yang rindang untuk berteduh, juga terdapat beberapa berugak (istilah sasak untuk menyebut gazebo) untuk beristirahat. Di sini, Anda bisa melakukan serangkaian kegiatan, seperti surfing, snorkeling, atau bermain air dan pasir sambil menunggu momen sunset yang indah. Jika Anda datang ke pantai Kuta untuk tujuan surfing atau snorkeling, maka waktu terbaik kunjungan pada periode bulan Juli-Agustus di mana alunan ombak cukup ideal untuk kegiatan berselancar ataupun menyelam.

Pantai Kuta Lombok

Selain mengunjungi langsung, ada alternatif lain menikmati keindahan pantai Kuta, yaitu melihatnya dari Bukit Mandalika. Dari puncak bukit, Anda dapat menyaksikan horizon indah yang terbentang di depan mata dengan lanskap seantero pantai Kuta yang berair jernih. Bahkan dari puncak bukit ini, Anda dapat melihat gugusan terumbu karang yang berdiri tegar dihempas alunan ombak laut.

Ritual Berburu Nyale

Puas menikmati pantai Kuta, Anda  bisa berjalan ke arah timur sejauh 2 kilometer. Anda akan menjumpai pantai Putri Nyale atau disebut juga pantai Seger. Pantai ini masih menjadi bagian dari pantai Kuta Lombok karena berada pada garis yang sama. Pemandangan di sini tak kalah menakjubkan dan lebih cocok untuk kegiatan surfing dan snorkeling. Seperti pantai lainnya yang ada di Lombok Tengah, pantai Seger cenderung masih sepi. Pantai ini memiliki air yang berwarna biru jernih, berpasir putih dan menampilkan panorama batu karang yang menyembul dari tengah laut yang kerap kali disebut dengan batu tengkong (batu jamur) yang dapat dicapai oleh pengunjung saat air laut surut. Pantai Seger yang indah ini ternyata juga menyimpan legenda Putri Mandalika dan tradisi berburu cacing nyale yang diadakan setiap tahun. Pesta atau upacara Bau Nyale merupakan sebuah peristiwa dan tradisi yang sangat melegenda dan mempunyai nilai sakral tinggi bagi suku Sasak, suku asli pulau Lombok. Tahun ini, upacara Bau Nyale diselenggarakan pada tanggal 28 Februari.


Pantai Putri Nyale atau Pantai Seger

Keberadaan upacara ritual Bau Nyale berkaitan erat dengan kisah tentang Putri Mandalika, anak dari pasangan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting dari Kerajaan Tanjung Bitu. Saat dewasa, Putri Mandalika tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan memesona. Kecantikannya tersebar hingga ke seluruh Lombok sehingga pangeran-pangeran dari berbagai kerajaan seperti Johor,  Lipur, Pane, Kuripan, Daha, dan Beru berniat untuk mempersuntingnya. Sang Putri menjadi gusar, karena jika dia memilih satu di antara mereka maka akan terjadi perpecahan dan pertempuran di Bumi Sasak. Setelah berpikir panjang, sang Putri memutuskan untuk mengundang seluruh pangeran beserta rakyat Tanjung Bitu untuk bertemu di pantai  Seger sebelum Subuh, pada tanggal 20 bulan ke 10 menurut perhitungan bulan Sasak. Undangan tersebut disambut oleh seluruh pangeran beserta rakyat, sehingga tepat pada tanggal tersebut mereka berduyun-duyun menuju lokasi undangan.
Saat sang Putri Mandalika muncul dengan diusung oleh prajurit-prajurit yang menjaganya, dia berhenti dan berdiri di sebuah batu di pinggir pantai. Setelah mengatakan niatnya untuk menerima seluruh pangeran dan rakyat, Putri Mandalika pun meloncat ke dalam laut. Seluruh rakyat yang mencari tidak menemukannya. Setelah beberapa saat muncul sekumpulan cacing warna-warni yang dipercaya masyarakat sebagai jelmaan Putri Mandalika. Tersohornya  legenda tersebut, membuat pemerintah setempat membangun monumen Putri Mandalika yang menggambarkan saat-saat terakhir putri cantik itu sebelum meloncat ke laut.

Monumen Putri Mandalika

Ritual berburu nyale atau cacing


Nyale hasil tangkapan


Pada saat upacara ritual Bau Nyale, ribuan warga hadir untuk berburu cacing di pantai Seger. Sebelum matahari terbit, warga mulai turun ke pantai dengan membawa jaring dan senter. Mereka menangkap cacing laut atau nyale yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika. Cacing yang berhasil ditangkap kemudian dimasak atau dimakan mentah-mentah karena dipercaya mengandung protein yang tinggi. Warga percaya dengan banyaknya jumlah nyale yang diperoleh, mereka akan mendapatkan berkah melimpah. Selain itu, nyale juga kerap disebar ke sawah dan dipercaya sebagai pupuk yang menyuburkan tanaman.

Salah satu adegan drama Putri Mandalika

Dan sejak berkembangnya pariwisata, upacara Bau Nyale selalu dirangkaikan dengan berbagai kesenian tradisional seperti Betandak (berbalas pantun), Bejamik (pemberian cindera mata kepada kekasih), serta Belancaran (pesiar dengan perahu). Dan tidak ketinggalan pementasan drama kolosal Putri Mandalika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar