Menyapa Putri Mandalika Lewat Ritual Bau Nyale
Pulau
Lombok di provinsi Nusa Tenggara Barat, kini tengah berbenah di sektor
pariwisata. Sejak Bandara Internasional Lombok (BIL) dibuka menggantikan
Bandara Selaparang, kunjungan wisatawan
dalam dan luar negeri, terus meningkat. Terlebih pada hajatan The World Halal Travel Summit &
Exhibition 2015 di Abu Dhabi, Lombok menyabet dua penghargaan, yaitu World's Best Halal Honeymoon Destination
dan World's Best Halal Tourism Destination.
Ya, pulau Lombok memang memiliki banyak pilihan tempat wisata, seperti pantai yang masih alami,
gunung, rumah tradisional, dan tempat bersejarah. Tiga tempat yang wajib Anda
kunjungi saat berwisata ke pulau Lombok adalah pantai Kuta (disebut pantai Kuta karena berada di desa Kuta) dan pantai Putri Nyale, serta Desa Sade. Ketiga tempat ini ada di
kawasan Lombok Tengah. Pantai Kuta
dan pantai Putri Nyale berada pada posisi yang strategis dan mudah dijangkau dengan menggunakan berbagai sarana transportasi. Jika berangkat dari Mataram diperlukan waktu kurang lebih 1,5 jam. Sedangkan
jarak dari Bandara Internasional
Lombok (BIL) dibutuhkan waktu kurang lebih 20 menit saja.
Pantai Kuta Lombok sendiri, seiring dengan adanya program Visit Lombok-Sumbawa dan keinginan untuk lepas dari brand image pantai Kuta Bali yang sangat kuat,
maka disosialisasikan perubahan nama menjadi pantai Mandalika. Kawasan pantai Kuta
ini masuk wilayah inti dalam
pengembangan Mandalika Resort yang nantinya diharapkan menjadi pusat pariwisata
terpadu kelas dunia. Pantai ini dicanangkan menjadi ikon Lombok selain pantai Senggigi
yang sudah populer. Pada tanggal 9 Februari 2016 lalu, pantai Kuta juga terpilih
sebagai tempat acara puncak perayaan Hari Pers Nasional.
Pintu gerbang pantai Kuta Lombok |
Di pantai Kuta Lombok
atau pantai Mandalika, Anda akan menemukan pesona keindahan alam yang luar biasa, perpaduan
antara pemandangan laut dan perbukitan. Hamparan
pasir putih yang bertekstur seperti merica dengan
deburan ombak di garis pantai dan pemandangan terumbu karang yang menjorok ke
laut, dipastikan akan menghipnotis wisatawan. Perbukitan yang mengepung pantai, pada saat musim
penghujan terlihat menghijau, menyejukkan mata. Pada saat air laut surut, Anda akan mudah menemukan biota laut seperti ganggang, bintang laut dan
teripang. Beberapa
spot sangat menarik, misalnya bukit yang ditumbuhi sebatang pohon dengan
ranting-ranting menjuntai yang keluar dari tumpukan karang. Dari titik ini, Anda bisa mengambil gambar lanskap yang memukau, berupa perpaduan
antara garis pantai, air laut dan bukit.
Pantai Kuta Lombok |
Pantai Kuta Lombok |
Di sepanjang pantai selain tumbuh pohon-pohon yang
rindang untuk berteduh, juga terdapat
beberapa berugak (istilah
sasak untuk menyebut gazebo) untuk beristirahat. Di
sini, Anda bisa melakukan
serangkaian kegiatan, seperti surfing, snorkeling, atau bermain air
dan pasir sambil menunggu momen sunset
yang indah. Jika
Anda datang ke pantai
Kuta untuk tujuan surfing atau snorkeling, maka waktu terbaik kunjungan pada periode bulan Juli-Agustus di mana alunan ombak cukup ideal untuk kegiatan
berselancar ataupun menyelam.
Pantai Kuta Lombok |
Selain mengunjungi langsung, ada alternatif
lain menikmati keindahan pantai Kuta, yaitu melihatnya dari Bukit Mandalika. Dari puncak bukit, Anda dapat menyaksikan horizon indah yang terbentang di depan
mata dengan lanskap seantero pantai Kuta yang berair
jernih. Bahkan dari puncak bukit ini, Anda dapat
melihat gugusan terumbu karang yang berdiri tegar dihempas alunan ombak laut.
Ritual Berburu Nyale
Puas menikmati pantai Kuta, Anda bisa berjalan ke arah timur sejauh 2 kilometer. Anda akan menjumpai pantai Putri Nyale atau disebut
juga pantai Seger.
Pantai ini masih menjadi bagian dari pantai Kuta Lombok karena berada pada
garis yang
sama. Pemandangan
di sini tak kalah menakjubkan dan lebih cocok untuk kegiatan surfing dan snorkeling. Seperti pantai lainnya yang ada di Lombok Tengah, pantai Seger cenderung masih sepi. Pantai ini memiliki air
yang berwarna biru jernih, berpasir putih dan menampilkan panorama batu
karang yang menyembul dari tengah laut yang kerap kali disebut dengan batu tengkong (batu jamur) yang
dapat dicapai oleh pengunjung saat air laut surut. Pantai Seger yang indah ini ternyata juga menyimpan legenda Putri Mandalika dan tradisi berburu
cacing nyale yang diadakan setiap tahun. Pesta atau upacara Bau Nyale merupakan
sebuah peristiwa dan tradisi yang sangat melegenda dan mempunyai
nilai sakral tinggi bagi suku Sasak, suku asli pulau Lombok. Tahun ini, upacara Bau
Nyale diselenggarakan pada tanggal 28 Februari.
Pantai Putri Nyale atau Pantai Seger |
Keberadaan upacara ritual Bau Nyale berkaitan erat dengan kisah tentang
Putri Mandalika,
anak dari pasangan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting dari Kerajaan Tanjung
Bitu. Saat dewasa, Putri Mandalika tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan memesona.
Kecantikannya tersebar hingga ke seluruh Lombok sehingga pangeran-pangeran dari
berbagai kerajaan
seperti Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha, dan Beru
berniat untuk mempersuntingnya. Sang Putri menjadi gusar, karena jika dia
memilih satu di antara mereka maka akan terjadi perpecahan dan pertempuran di Bumi
Sasak. Setelah berpikir panjang, sang Putri memutuskan untuk mengundang seluruh
pangeran beserta rakyat Tanjung Bitu untuk bertemu di pantai Seger sebelum Subuh, pada tanggal 20 bulan ke 10 menurut
perhitungan bulan Sasak. Undangan tersebut disambut oleh seluruh pangeran beserta rakyat, sehingga tepat pada tanggal
tersebut mereka berduyun-duyun menuju lokasi undangan.
Saat sang
Putri Mandalika muncul dengan diusung oleh prajurit-prajurit yang menjaganya,
dia berhenti dan berdiri di sebuah batu di pinggir pantai. Setelah mengatakan
niatnya untuk menerima seluruh pangeran dan rakyat, Putri
Mandalika pun
meloncat ke dalam laut. Seluruh rakyat yang mencari tidak menemukannya. Setelah
beberapa saat muncul sekumpulan cacing warna-warni yang dipercaya masyarakat sebagai jelmaan Putri
Mandalika. Tersohornya legenda
tersebut, membuat
pemerintah setempat membangun monumen Putri
Mandalika yang menggambarkan saat-saat terakhir putri cantik itu sebelum
meloncat ke laut.
Monumen Putri Mandalika |
Ritual berburu nyale atau cacing |
Nyale hasil tangkapan |
Pada saat upacara ritual Bau Nyale, ribuan warga hadir
untuk berburu cacing di pantai Seger. Sebelum matahari terbit, warga mulai
turun ke pantai dengan membawa jaring dan senter. Mereka menangkap cacing laut
atau nyale yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika. Cacing yang berhasil
ditangkap kemudian dimasak atau dimakan mentah-mentah karena dipercaya
mengandung protein yang tinggi. Warga percaya dengan banyaknya jumlah nyale
yang diperoleh, mereka akan mendapatkan berkah melimpah. Selain itu, nyale juga kerap disebar ke sawah dan
dipercaya sebagai pupuk yang menyuburkan tanaman.
Salah satu adegan drama Putri Mandalika |
Dan
sejak berkembangnya pariwisata, upacara Bau Nyale selalu dirangkaikan dengan
berbagai kesenian tradisional seperti Betandak (berbalas pantun), Bejamik
(pemberian cindera mata kepada kekasih), serta Belancaran (pesiar dengan perahu).
Dan tidak ketinggalan pementasan drama kolosal Putri Mandalika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar