Keliling ‘’Dunia’’ Sambil Belajar Otomotif
di Museum Angkut Batu Malang
Saat mendengar kata museum, mungkin
yang terlintas di benak Anda, sebuah bangunan yang berisi benda-benda kuna
bersejarah, terkesan angker dan membosankan. Namun, jika Anda berkunjung ke Museum Angkut
di Kota Wisata Batu Malang Jawa Timur, maka anggapan tersebut akan terpatahkan.
Museum Angkut Plus Movie Star Studio nama lengkap lokasi wisata keluarga yang
berada di jalan Terusan Sultan Agung No. 2 ini terbilang masih baru, dibuka pada bulan Mei 2014, satu grup dengan Jatim
Park, Batu Secret Zoo dan Batu Night Spectacular yang juga berada di kota Batu.
Museum alat transportasi pertama di Asia Tenggara ini terbilang unik, karena memadukan sejarah dan
perkembangan dunia angkutan, legenda movie
star pada masanya, dan memiliki setting berupa kota-kota dan bangunan
eksotis di Batavia, Eropa, dan Amerika.
Begitu
memasuki halaman museum, dari kejauhan, Anda bisa menyaksikan bentuk gedung yang
menarik. Terdapat bangunan dengan bentuk seperti
pesawat luar angkasa yang menjulang di salah satu sudut. Setelah membeli tiket
dan masuk ke area museum, Anda akan bisa menyaksikan berbagai alat transportasi
kuna hingga modern dari berbagai negara. Tak
seperti kebanyakan museum yang mungkin terkesan membosankan, Museum Angkut ini
mengemas koleksi barang yang dipamerkannya dengan konsep 'pintu ajaib'. Di sini, Anda diajak mengunjungi berbagai negara
di area seluas 3,8 hektar. Tak sekadar
untuk melihat-lihat, di sini Anda juga bisa melahap sejarah dan informasi dari
setiap kendaraan dengan cara yang menyenangkan. Informasi sejarah kendaraan
ditampilkan melalui tulisan maupun layar sentuh interaktif.
Karena
banyaknya moda transportasi yang dipamerkan di sini, dan Anda tak boleh
melewatkan satupun, Anda harus mengikuti alur masuk
museum dari lantai dasar yang sudah beraroma banyak alat angkutan mulai kereta
kuda yang dibuat pada masa yang kental dengan budaya animisme hingga mobil
balap beserta patung Michael Schumacher. Di lantai satu ini, juga memajang alat transportasi yang kaya dengan sejarah, seperti mobil dan
helikopter yang dipakai Presiden pertama RI, Ir Soekarno, mobil Land Rover
bertahun 1958 yang pernah digunakan Putri Diana dan Pangeran Charles, mobil listrik Tucuxi milik mantan menteri BUMN Dahlan
Iskan yang pernah mengalami kecelakaan di sebuah lereng gunung di
Magetan saat baru diujicobakan, dan masih banyak lagi.
Sebelas Zona
Dari lantai 1, Anda bisa melanjutkan
penelusuran ke lantai 2. Dari sini, Anda bisa menikmati pemandangan alam kota
Batu dari satu tempat yang bernama Appolo. Pada hari libur, perlu kesabaran
karena banyak pengunjung sementara untuk menaiki satu spot tertinggi di sini
harus antre satu persatu. Dari zona Appolo, Anda bisa menuju pameran koleksi
mobil-mobil zaman dahulu. Menyusuri jalanan ini Anda dibawa ke sebuah tempat
yang bernama Batavia. Ini seperti replika kota tua di Jakarta. Ada sketsel
Pelabuhan Sunda Kelapa dan Stasiun Jakarta Kota. Di tempat ini pengunjung bisa
berfoto dan mengambil gambar sebanyak-banyaknya karena banyak spot unik. Di sini dipamerkan alat
transportasi mulai dari kereta roda yang ditarik sapi, sepeda pengangkut kaleng,
hingga mobil tua.
Dari zona Batavia, rute
selanjutnya menuju pameran koleksi
sepeda dari zaman dahulu. Hingga kemudian Anda memasuki dimensi benua Eropa
sebagai negara penghasil mesin otomotif terbesar dunia. Ada sketsa ruangan
Italia, Jerman, Inggris, yang dipenuhi dengan koleksi kendaraan keluaran negara
tersebut lengkap dengan spot foto yang mewakili ikon masing-masing negara.
Setelah melewati itu
semua, Anda akan sampai kepada tempat yang bernama Gangster Town. Di sini, Anda
kembali bisa berfoto-foto. Arena kota ini dibuat mirip seperti sebagian jalan
dalam Universal Studios di Singapura. Gangster Town merupakan sket terakhir
dari seluruh rangkaian yang dimiliki oleh Museum Angkut.
Total ada 11 zona museum yang bisa Anda kunjungi di Museum
Angkut. Setiap pergantian zona, ditandai dengan tulisan seperti ketika berada
di bandara, sehingga seolah-olah Anda melakukan penerbangan ke tempat tersebut. Zona tersebut adalah zona
edukasi, zona Batavia, zona Jerman, zona Jepang, zona Inggris, zona Las Vegas,
zona Italia, zona Prancis, zona Hollywood dan zona Pasar Apung Nusantara.
Akhir perjalanan berkeliling museum ditutup dengan
‘’berkereta’’ ke pasar apung. Menuju zona ini, kita akan melewati lorong yang
didesain seperti gerbong kereta.
Ketika kaki menginjak lorong, akan terdengar
bunyi kereta berjalan, lorong akan bergoyang-goyang dan di kiri kanan jendela
ditampilkan tayangan yang membuat kita seolah sedang berada di kereta. Sangat
menarik!
Untuk
menuju Museum Angkut, bisa ditempuh dengan perjalanan sekitar 50 menit dengan
bermobil atau naik motor dari kota Malang. Jam
buka museum mulai pukul 12.00 - 20.00 WIB. Harga tiket masuk di luar hari libur
Rp 50.000,- dan weekend seharga Rp 75.000. Sementara itu harga tiket terusan Museum Angkut + Movie Star Studio + D’Topeng
Kingdom, Senin – Kamis : Rp. 60.000,-Jumat – Minggu : Rp. 85.000. Bagi yang membawa kamera ada biaya tambahan seharga Rp
30.000. Di sini Anda juga tidak diperkenankan membawa bekal makanan.
Jangan Lewatkan
Pasar Apung dan Museum Topeng
Berada satu kompleks dengan Museum Angkut, Anda bisa beristirahat di
Zona Pasar Apung Nusantara yang buka mulai pukul
12.00-21.00 WIB. Lokasi ini
sebenarnya merupakan arena pujasera dan pusat suvenir namun disetting ala pasar
apung. Di sini ada sekitar 80 stan kuliner dan souvenir yang
menggambarkan wilayah Nusantara, ada pulau Jawa, Kalimantan, Lombok, Nias dan
sebagainya sehingga pengunjung dapat merasakan pengalaman berleiling Nusantara.
Jika Anda berkunjung ke sini pada malam hari, suasana terasa lebih romantis
karena berhias lampu-lampu ditambah sejuknya udara malam hari di Kota Batu.
Usai melepas lelah dan mengisi
perut, Anda boleh meneruskan petualangan ke museum topeng. Karena di kawasan Pasar Apung Nusantara, ada satu museum lagi
yang harus Anda kunjungi D’Topeng Kingdom Museum. Museum ini
didirikan atas gagasan dari Reno Halsamer, seorang kolektor dari Surabaya. Pengunjung yang masuk ke Museum
D’Topeng Kingdom akan ditunjukkan berbagai benda-benda kuna dan mistik berupa ribuan topeng, ratusan keris, patung
pewayangan, patung Tao-tao Toraja, patung kematian hingga Al-Quran berusia 400
tahun. Topeng-topeng tersebut diletakkan dalam lemari kaca besar yang terpisah
berdasar asal daerahnya. Ada topeng dan pusaka khas asal Jawa Timur, Jawa
Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi,
Kalimantan hingga Papua. Khusus topeng dari Jawa dan Bali memiliki perbedaan
dengan topeng dari pulau lainnya. Topeng Jawa, misalnya, lebih bervariasi
daripada topeng dari luar Jawa. Karena pewarnaan topengnya lebih beraneka
ragam, sedangkan topeng dari luar Jawa masih lebih bercorak primitif. Selain
itu topeng-topeng dari Jawa dan Bali memiliki warna dan ukiran yang halus.
Dan yang paling mengesankanadalah sebuah topeng asal Jawa Tengah yang menggambarkan
figur Budha dan pendeta Tionghoa. Topeng ini ditemukan di sekitar Candi
Borobudur, dan merupakan satu-satunya topeng yang memiliki ciri khas
tersendiri. Namun sampai sekarang belum diketahui siapa pembuat dan
penciptanya. Topeng ini memiliki lima lapisan cat, begitu satu persatu catnya
dibersihkan ternyata bahan cat itu dari perada.
Koleksi tertua dan sangat sakral di D’Topeng Kingdom adalah topeng
kematian dari daerah Sulawesi yaitu patung Tao-tao. Menurut kepercayaan
masyarakat Toraja, patung Tao-tao diyakini sebagai patung penjaga makam. Pada
masa dahulu, raja yang meninggal wajahnya akan ditutupi Topeng Kematian ini.
Sebab raja dianggap titisan dewa sehingga wajahnya tidak boleh menyiratkan kesedihan.
Selain itu, terdapat keramik berbentuk piring dengan tulisan Arab yang
bertuliskan surat Yasin, dan beberapa jenis kaligrafi. Keramik-keramik itu
berasal dari abad XIII sampai XIX, termasuk keramik berkaligrafi Arab
peninggalan Dinasti Ming. Saat itu, di Eropa belum ada keramik seperti ini,
tetapi di China sudah terlebih dahulu dikenal dan dilengkapi dengan kaligrafi.
Contoh lainnya piring lafadz Allah yang dibuat zaman Dinasti Song. Masih banyak
koleksi Reno Halsamer yang belum dipamerkan di museum ini. Koleksi itu berupa
perhiasan terbuat dari emas jaman Kerajaan Majapahit dan raja-raja sebelumnya,
berupa cincin, giwang, dan gelang.
Nice inpo Bu, Sayang bagrountulisanya diwarna jadi pusing bacanya,he he
BalasHapusoke...background tulisan sdh saya ganti
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusmantebb nih,,
BalasHapusSupported by:
Jam Buka Museum Angkut