Sabtu, 04 Juli 2015

Museum Angkut Batu Malang


Keliling ‘’Dunia’’ Sambil Belajar Otomotif 
di Museum Angkut Batu Malang





            Saat mendengar kata museum, mungkin yang terlintas di benak Anda, sebuah bangunan yang berisi benda-benda kuna bersejarah, terkesan angker dan membosankan.  Namun, jika Anda berkunjung ke Museum Angkut di Kota Wisata Batu Malang Jawa Timur, maka anggapan tersebut akan terpatahkan.  
            Museum Angkut Plus Movie Star Studio  nama lengkap lokasi wisata keluarga yang berada di jalan Terusan Sultan Agung No. 2 ini terbilang masih baru,  dibuka pada bulan Mei 2014, satu grup dengan Jatim Park, Batu Secret Zoo dan Batu Night Spectacular yang juga berada di kota Batu. Museum alat transportasi pertama di Asia Tenggara ini  terbilang unik, karena memadukan sejarah dan perkembangan dunia angkutan, legenda movie star pada masanya,  dan memiliki setting berupa kota-kota dan bangunan eksotis di Batavia, Eropa, dan Amerika.
            Begitu memasuki halaman museum, dari kejauhan, Anda bisa menyaksikan bentuk gedung yang menarik. Terdapat bangunan dengan bentuk seperti pesawat luar angkasa yang menjulang di salah satu sudut. Setelah membeli tiket dan masuk ke area museum, Anda akan bisa menyaksikan berbagai alat transportasi kuna hingga modern dari berbagai negara. Tak seperti kebanyakan museum yang mungkin terkesan membosankan, Museum Angkut ini mengemas koleksi barang yang dipamerkannya dengan konsep 'pintu ajaib'.  Di sini, Anda diajak mengunjungi berbagai negara di area seluas 3,8 hektar. Tak sekadar untuk melihat-lihat, di sini Anda juga bisa melahap sejarah dan informasi dari setiap kendaraan dengan cara yang menyenangkan. Informasi sejarah kendaraan ditampilkan melalui tulisan maupun layar sentuh interaktif.




            Karena banyaknya moda transportasi yang dipamerkan di sini, dan Anda tak boleh melewatkan satupun, Anda harus mengikuti alur masuk museum dari lantai dasar yang sudah beraroma banyak alat angkutan mulai kereta kuda yang dibuat pada masa yang kental dengan budaya animisme hingga mobil balap beserta patung Michael Schumacher. Di lantai satu ini, juga memajang alat transportasi  yang kaya dengan sejarah, seperti mobil dan helikopter yang dipakai Presiden pertama RI, Ir Soekarno, mobil Land Rover bertahun 1958 yang pernah digunakan Putri Diana dan Pangeran Charles, mobil listrik Tucuxi milik mantan menteri BUMN Dahlan Iskan yang pernah mengalami kecelakaan di sebuah lereng gunung di Magetan saat baru diujicobakan, dan masih banyak lagi.







Sebelas Zona

            Dari lantai 1, Anda bisa melanjutkan penelusuran ke lantai 2. Dari sini, Anda bisa menikmati pemandangan alam kota Batu dari satu tempat yang bernama Appolo. Pada hari libur, perlu kesabaran karena banyak pengunjung sementara untuk menaiki satu spot tertinggi di sini harus antre satu persatu. Dari zona Appolo, Anda bisa menuju pameran koleksi mobil-mobil zaman dahulu. Menyusuri jalanan ini Anda dibawa ke sebuah tempat yang bernama Batavia. Ini seperti replika kota tua di Jakarta. Ada sketsel Pelabuhan Sunda Kelapa dan Stasiun Jakarta Kota. Di tempat ini pengunjung bisa berfoto dan mengambil gambar sebanyak-banyaknya karena  banyak spot unik. Di sini dipamerkan alat transportasi mulai dari kereta roda yang ditarik sapi, sepeda pengangkut kaleng, hingga mobil tua.



Dari  zona Batavia, rute selanjutnya  menuju pameran koleksi sepeda dari zaman dahulu. Hingga kemudian Anda memasuki dimensi benua Eropa sebagai negara penghasil mesin otomotif terbesar dunia. Ada sketsa ruangan Italia, Jerman, Inggris, yang dipenuhi dengan koleksi kendaraan keluaran negara tersebut lengkap dengan spot foto yang mewakili ikon masing-masing negara.


            Setelah melewati itu semua, Anda akan sampai kepada tempat yang bernama Gangster Town. Di sini, Anda kembali bisa berfoto-foto. Arena kota ini dibuat mirip seperti sebagian jalan dalam Universal Studios di Singapura. Gangster Town merupakan sket terakhir dari seluruh rangkaian yang dimiliki oleh Museum Angkut.


            Total ada 11 zona museum yang bisa Anda kunjungi di Museum Angkut. Setiap pergantian zona, ditandai dengan tulisan seperti ketika berada di bandara, sehingga seolah-olah Anda melakukan penerbangan ke tempat tersebut. Zona tersebut adalah zona edukasi, zona Batavia, zona Jerman, zona Jepang, zona Inggris, zona Las Vegas, zona Italia, zona Prancis, zona Hollywood dan zona Pasar Apung Nusantara.







            Akhir perjalanan  berkeliling museum ditutup dengan ‘’berkereta’’ ke pasar apung. Menuju zona ini, kita akan melewati lorong yang didesain seperti gerbong kereta.

Ketika kaki menginjak lorong, akan terdengar bunyi kereta berjalan, lorong akan bergoyang-goyang dan di kiri kanan jendela ditampilkan tayangan yang membuat kita seolah sedang berada di kereta. Sangat menarik! 
            Untuk menuju Museum Angkut, bisa ditempuh dengan perjalanan sekitar 50 menit dengan bermobil atau naik motor dari kota Malang. Jam buka museum mulai pukul 12.00 - 20.00 WIB. Harga tiket masuk di luar hari libur Rp 50.000,- dan weekend seharga Rp 75.000. Sementara itu harga tiket terusan Museum Angkut + Movie Star Studio + D’Topeng Kingdom, Senin – Kamis : Rp. 60.000,-Jumat – Minggu : Rp. 85.000. Bagi yang membawa kamera ada biaya tambahan seharga Rp 30.000. Di sini Anda juga tidak diperkenankan membawa bekal makanan.


 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jangan Lewatkan Pasar Apung dan Museum Topeng


Berada satu kompleks dengan Museum Angkut, Anda bisa beristirahat di Zona Pasar Apung Nusantara yang buka mulai pukul 12.00-21.00 WIB. Lokasi ini sebenarnya merupakan arena pujasera dan pusat suvenir namun disetting ala pasar apung. Di sini ada sekitar 80 stan kuliner dan souvenir yang menggambarkan wilayah Nusantara, ada pulau Jawa, Kalimantan, Lombok, Nias dan sebagainya sehingga pengunjung dapat merasakan pengalaman berleiling Nusantara. Jika Anda berkunjung ke sini pada malam hari, suasana terasa lebih romantis karena berhias lampu-lampu ditambah sejuknya udara malam hari di Kota Batu.








Usai melepas lelah dan mengisi perut, Anda boleh meneruskan petualangan ke museum topeng. Karena di kawasan  Pasar Apung Nusantara, ada satu museum lagi yang harus Anda kunjungi  D’Topeng Kingdom Museum. Museum ini didirikan atas gagasan dari Reno Halsamer, seorang kolektor dari Surabaya. Pengunjung yang masuk ke Museum D’Topeng Kingdom akan ditunjukkan berbagai benda-benda kuna dan mistik berupa ribuan topeng, ratusan keris, patung pewayangan, patung Tao-tao Toraja, patung kematian hingga Al-Quran berusia 400 tahun. Topeng­-topeng tersebut diletakkan dalam lemari kaca besar yang terpisah berdasar asal daerahnya. Ada topeng dan pusaka khas asal Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi, Kalimantan hingga Papua. Khusus topeng dari Jawa dan Bali memiliki perbedaan dengan topeng dari pulau lainnya. Topeng Jawa, misalnya, lebih bervariasi daripada topeng dari luar Jawa. Karena pewarnaan topengnya lebih beraneka ragam, sedangkan topeng dari luar Jawa masih lebih bercorak primitif. Selain itu topeng­-topeng dari Jawa dan Bali memiliki warna dan ukiran yang halus.
Dan yang paling mengesankanadalah sebuah topeng asal Jawa Tengah yang menggambarkan figur Budha dan pendeta Tionghoa. Topeng ini ditemukan di sekitar Candi Borobudur, dan merupakan satu-satunya topeng yang memiliki ciri khas tersendiri. Namun sampai sekarang belum diketahui siapa pembuat dan penciptanya. Topeng ini memiliki lima lapisan cat, begitu satu persatu catnya dibersihkan ternyata bahan cat itu dari perada.



Koleksi tertua dan sangat sakral di D’Topeng Kingdom adalah topeng kematian dari daerah Sulawesi yaitu patung Tao­-tao. Menurut kepercayaan masyarakat Toraja, patung Tao-tao diyakini sebagai patung penjaga makam. Pada masa dahulu, raja yang meninggal wajahnya akan ditutupi Topeng Kematian ini. Sebab raja dianggap titisan dewa sehingga wajahnya tidak boleh menyiratkan kesedihan.






Selain itu, terdapat keramik berbentuk piring dengan tulisan Arab yang bertuliskan surat Yasin, dan beberapa jenis kaligrafi. Keramik-keramik itu berasal dari abad XIII sampai XIX, termasuk keramik berkaligrafi Arab peninggalan Dinasti Ming. Saat itu, di Eropa belum ada keramik seperti ini, tetapi di China sudah terlebih dahulu dikenal dan dilengkapi dengan kaligrafi. Contoh lainnya piring lafadz Allah yang dibuat zaman Dinasti Song. Masih banyak koleksi Reno Halsamer yang belum dipamerkan di museum ini. Koleksi itu berupa perhiasan terbuat dari emas jaman Kerajaan Majapahit dan raja­-raja sebelumnya, berupa cincin, giwang, dan gelang.

4 komentar: