Antre Bubur Lambuk
di Masjid Jamek Kampung Baru
Momen berbuka puasa, selalu ditunggu
selama ramadan. Jika kebetulan Anda
berkunjung ke Kuala Lumpur Malaysia saat bulan puasa, jangan lewatkan
mengunjungi bazar (pasar) ramadan yang tersebar di beberapa lokasi. Pasar ini
menjual aneka makanan untuk berbuka puasa dan juga persiapan untuk bersahur,
serta aneka kebutuhan lainnya, dengan harga terjangkau. Meski di beberapa
daerah di Indonesia juga memiliki pasar Ramadan seperti di pasar Bendungan
Hilir (Benhil) Jakarta, atau di kawasan Gasibu dan Tamansari Bandung, serta
Kampung Kauman di Yogyakarta, namun, suasana pasar Ramadan di Malaysia terasa
berbeda. Hal ini dikarenakan Malaysia memiliki budaya dan tradisi hasil
akulturasi dari bangsa Melayu, Siam, China, Arab, dan India.
Bazar ramadan di Malaysia biasanya
diadakan di setiap lapangan taman perumahan dan jalan umum yang khusus
dijadikan area berjualan. Jauh sebelum bulan puasa, para pedagang sudah
mengajukan izin kepada aparat setempat untuk berjualan. Karena biasanya yang ada
di sana adalah para pedagang musiman.
Pasar ramadan mulai digelar pukul 16.00-17.00 waktu Malaysia karena
waktu berbuka puasa sekitar pukul 19.00 - 19.30. Sebaiknya Anda datang lebih
awal, karena semakin sore, para pengunjung semakin banyak mendatangi bazar ini
sehingga menghadirkan suasana yang padat dan berdesakan.
Ada beberapa kawasan bazar yang besar
dan terkenal di seputar Kuala Lumpur, seperti di area masjid India, jalan Chow
Kit hingga jalan Raja Alang Kampung Baru, Taman Tun Dr Ismail (TTDI), stadium
Shah Alam, atau di Petaling Jaya. Tiap tempat mempunyai konsep dan keunikan
tersendiri. Bazar yang paling banyak dikunjungi wisatawan adalah di sepanjang
jalan Chow Kit hingga jalan Raja Alang, Kampung Baru. Untuk menuju Chow Kit
dari bandara KLIA, bisa naik kereta ke KL Sentral, kemudian dari KL Sentral
naik monorail dan turun di stasiun Chow Kit.
Di sini terdapat ratusan tenda-tenda para pedagang yang menggelar aneka makanan tradisional, seperti kue-kue basah, risol (di Malaysia disebut karipap), cempedak goreng, lontong, lemper, putu bambu, onde-onde dan masih banyak lagi. Di sini juga dijual aneka jenis kurma dan manisan buah (nanas, mangga, jambu, kiwi, asam) dengan paket murah yang dapat beli dengan harga mulai 5 ringgit hingga 15 ringgit per kemasan (1 ringgit sekitar 3600 rupiah). Ada juga minuman seperti cendol, es kelapa muda, air tebu.
Aneka lauk seperti ayam goreng berempah, murtabak (martabak),
ayam bakar madu, ikan bakar, aneka seafood dimasak langsung sehingga menggugah
selera. Di tempat ini juga dijual makanan khas Indonesia seperti gule tunjang,
ikan gurami goreng, rendang, pepes ikan dan mampu menarik banyak pembeli. Yang
istimewa di pasar ramadan Chow Kit-Raja Alang, ada penjual makanan kambing
guling yang menjadi salah satu menu favorit. Kambing guling ini biasanya dimakan
dengan salad ataupun nasi putih. Harga
satu porsinya dijual 10 ringgit atau sekitar Rp 36 ribu.
Selain di Chow Kit dan jalan Raja Alang, bazar Ramadan yang cukup panjang ada di sekitar kawasan Masjid India atau kawasan Little India Kuala Lumpur. Bazar di sini dibagi menjadi 2 area yang bisa dikunjungi. Area pertama berisi aneka makanan dan kuliner halal khas India dan Melayu. Ada nasi briyani (nasi dengan campuran daging sapi/ayam, atau sayuran, dengan bumbu rempah-rempah), nasi lemak (semacam nasi uduk), roti canai (roti ala India) hingga kare. Ada pula beberapa stan makanan siap saji. Sejak pukul 16.00 waktu Malaysia, kawasan ini sudah mulai penuh pengunjung. Banyak yang mulai berburu kuliner untuk dibawa pulang atau disantap di sekitar jalan masjid India ini.
Sementara di area yang lain,
terdapat stan-stan yang menjual aneka barang, mulai dari busana
muslim, kain sari India sajadah, sarung, hingga tasbih. Stan ini juga
berdekatan dengan beberapa toko di Little India yang menjual aneka
barang-barang kebutuhan Ramadan. Sedangkan
di masjid India sendiri juga digelar ceramah sembari menunggu waktu berbuka dan
pembagian takjil gratis. Di sekitar kawasan wisata ini juga terdapat hotel
berbintang yang ikut ambil bagian membuka stan makanan yang bisa
dikunjungi isatawan dan warga setempat. Untuk menuju ke Masjid India, Anda bisa
menggunakan bus jalur 41 atau 43 ke SSF Jalan Tunku Abdul dilanjutkan berjalan
kaki selama 6 menit.
Mengantre
Bubur Lambuk
Jika di Indonesia, kolak menjadi
menu khas selama Ramadan, Malaysia punya
bubur lambuk. Bubur lambuk adalah bubur beras berisi cincangan daging sapi dan
udang kering dengan rempah-rempah seperti bunga cengkeh, bunga lawang, jintan
putih, dan kulit kayu manis. Secara sepintas, aroma bubur lambuk seperti sup
buntut. Bubur lambuk menjadi istimewa karena saat membuatnya dilakukan secara
bergotong royong. Makanan ini biasanya disediakan di masjid-masjid, baik untuk
makanan berbuka atau dibagikan untuk dibawa pulang. Bubur ini juga dijadikan
takjil di hotel berbintang maupun resto di Malaysia seperti halnya kolak di
Indonesia.
Jika Anda ingin mencicipi bubur
lambuk yang khas dan asli, resep warisan nenek moyang, Anda harus mendatangi masjid
Jamek Kampung Baru Malaysia, sekalian ngabuburit di pasar ramadan Chow Kit dan
jalan Raja Alang. Masjid ini selalu dipenuhi pengunjung yang ingin mendapatkan
bubur lambuk. Selama ramadan, pengurus
masjid harus memasak 15 periuk bubur, di mana setiap periuknya menghasilkan 250
bungkus. Memasak bubur ini tak boleh tergesa-gesa, dan harus diaduk secara terus-menerus sekitar 30 menit hingga muncul aroma wangi.
Ketika azan salat Ashar
berkumandang, banyak pengunjung yang sudah mengantre. Bubur biasanya dibagikan
selepas salat Ashar. Dalam waktu singkat, sekitar setengah jam, atau pukul 16.
00 waktu Malaysia bubur sudah habis dibagikan. Peminat bubur lambuk ini tak
hanya penduduk Kampung Baru dan dari
kalangan muslim saja, tetapi juga non muslim dan datang dari Johor, Perlis,
Malaka, dan kota-kota lain.
Tradisi menyuguhkan bubur lambur sebagai takjil di masjid
Jamek ini ada, berkat jasa dari seorang muslim Pakistan yang menikah dengan
perempuan Melayu. Pasangan ini membuat resep bubur lambuk sebagai takjil selama ramadan yang
kemudian menjadi tradisi turun temurun. Sebelum pembuatan bubur dimulai pada 1
Ramadan, pada malam harinya dilakukan
persiapan memotong dan mencincang aneka bahan untuk membuat bubur seperti rempah-rempah,
bawang merah, bawang putih, jahe, udang kering, dan 500 kilogram daging sapi.
Keesokan paginya, disiapkan 10 tenda putih serta kompor-kompor besar untuk
memasak bubur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar