Rabu, 08 Juli 2015

Bazaar Ramadan Kuala Lumpur


Antre Bubur Lambuk
di Masjid Jamek Kampung Baru

            Momen berbuka puasa, selalu ditunggu selama ramadan.  Jika kebetulan Anda berkunjung ke Kuala Lumpur Malaysia saat bulan puasa, jangan lewatkan mengunjungi bazar (pasar) ramadan yang tersebar di beberapa lokasi. Pasar ini menjual aneka makanan untuk berbuka puasa dan juga persiapan untuk bersahur, serta aneka kebutuhan lainnya, dengan harga terjangkau. Meski di beberapa daerah di Indonesia juga memiliki pasar Ramadan seperti di pasar Bendungan Hilir (Benhil) Jakarta, atau di kawasan Gasibu dan Tamansari Bandung, serta Kampung Kauman di Yogyakarta, namun, suasana pasar Ramadan di Malaysia terasa berbeda. Hal ini dikarenakan Malaysia memiliki budaya dan tradisi hasil akulturasi dari bangsa Melayu, Siam, China, Arab, dan India. 
            Bazar ramadan di Malaysia biasanya diadakan di setiap lapangan taman perumahan dan jalan umum yang khusus dijadikan area berjualan. Jauh sebelum bulan puasa, para pedagang sudah mengajukan izin kepada aparat setempat untuk berjualan. Karena biasanya yang ada di sana adalah para pedagang musiman.  Pasar ramadan mulai digelar pukul 16.00-17.00 waktu Malaysia karena waktu berbuka puasa sekitar pukul 19.00 - 19.30. Sebaiknya Anda datang lebih awal, karena semakin sore, para pengunjung semakin banyak mendatangi bazar ini sehingga menghadirkan suasana yang padat dan berdesakan.



            Ada beberapa kawasan bazar yang besar dan terkenal di seputar Kuala Lumpur, seperti di area masjid India, jalan Chow Kit hingga jalan Raja Alang Kampung Baru, Taman Tun Dr Ismail (TTDI), stadium Shah Alam, atau di Petaling Jaya. Tiap tempat mempunyai konsep dan keunikan tersendiri. Bazar yang paling banyak dikunjungi wisatawan adalah di sepanjang jalan Chow Kit hingga jalan Raja Alang, Kampung Baru. Untuk menuju Chow Kit dari bandara KLIA, bisa naik kereta ke KL Sentral, kemudian dari KL Sentral naik monorail dan turun di stasiun Chow Kit.




 Di sini terdapat ratusan tenda-tenda para pedagang yang menggelar aneka makanan tradisional, seperti kue-kue basah, risol (di Malaysia disebut karipap), cempedak goreng, lontong, lemper, putu bambu, onde-onde dan  masih banyak lagi. Di sini juga dijual aneka jenis kurma dan manisan buah (nanas, mangga, jambu, kiwi, asam) dengan paket murah yang dapat beli dengan harga mulai 5 ringgit hingga 15 ringgit per kemasan (1 ringgit sekitar 3600 rupiah). Ada juga minuman seperti cendol, es kelapa muda, air tebu.




            Aneka lauk seperti  ayam goreng berempah, murtabak (martabak), ayam bakar madu, ikan bakar, aneka seafood dimasak langsung sehingga menggugah selera. Di tempat ini juga dijual makanan khas Indonesia seperti gule tunjang, ikan gurami goreng, rendang, pepes ikan dan mampu menarik banyak pembeli. Yang istimewa di pasar ramadan Chow Kit-Raja Alang, ada penjual makanan kambing guling yang menjadi salah satu menu favorit. Kambing guling ini biasanya dimakan dengan salad ataupun  nasi putih. Harga satu porsinya dijual 10 ringgit atau sekitar Rp 36 ribu.




Selain di Chow Kit dan jalan Raja Alang, bazar Ramadan yang cukup panjang ada di sekitar kawasan Masjid India atau kawasan Little India Kuala Lumpur. Bazar di sini dibagi menjadi 2 area yang bisa dikunjungi. Area pertama berisi aneka makanan dan kuliner halal khas India dan Melayu. Ada nasi briyani (nasi dengan campuran daging sapi/ayam, atau sayuran, dengan bumbu rempah-rempah), nasi lemak (semacam nasi uduk), roti canai (roti ala India) hingga kare. Ada pula beberapa stan makanan siap saji. Sejak pukul 16.00 waktu Malaysia, kawasan ini sudah mulai penuh pengunjung. Banyak yang mulai berburu kuliner untuk dibawa pulang atau disantap di sekitar jalan masjid India ini.



            Sementara di area yang lain, terdapat stan-stan yang menjual aneka barang, mulai dari busana muslim, kain sari India sajadah, sarung, hingga tasbih. Stan ini juga berdekatan dengan beberapa toko di Little India yang menjual aneka barang-barang kebutuhan Ramadan.    Sedangkan di masjid India sendiri juga digelar ceramah sembari menunggu waktu berbuka dan pembagian takjil gratis. Di sekitar kawasan wisata ini juga terdapat hotel berbintang yang ikut ambil bagian membuka stan makanan yang bisa dikunjungi isatawan dan warga setempat. Untuk menuju ke Masjid India, Anda bisa menggunakan bus jalur 41 atau 43 ke SSF Jalan Tunku Abdul dilanjutkan berjalan kaki selama 6 menit.

Mengantre Bubur Lambuk

            Jika di Indonesia, kolak menjadi menu khas selama Ramadan,  Malaysia punya bubur lambuk. Bubur lambuk adalah bubur beras berisi cincangan daging sapi dan udang kering dengan rempah-rempah seperti bunga cengkeh, bunga lawang, jintan putih, dan kulit kayu manis. Secara sepintas, aroma bubur lambuk seperti sup buntut. Bubur lambuk menjadi istimewa karena saat membuatnya dilakukan secara bergotong royong. Makanan ini biasanya disediakan di masjid-masjid, baik untuk makanan berbuka atau dibagikan untuk dibawa pulang. Bubur ini juga dijadikan takjil di hotel berbintang maupun resto di Malaysia seperti halnya kolak di Indonesia.
            Jika Anda ingin mencicipi bubur lambuk yang khas dan asli, resep warisan nenek moyang, Anda harus mendatangi masjid Jamek Kampung Baru Malaysia, sekalian ngabuburit di pasar ramadan Chow Kit dan jalan Raja Alang. Masjid ini selalu dipenuhi pengunjung yang ingin mendapatkan bubur lambuk. Selama ramadan,  pengurus masjid harus memasak 15 periuk bubur, di mana setiap periuknya menghasilkan 250 bungkus. Memasak bubur ini tak boleh tergesa-gesa, dan harus  diaduk secara terus-menerus  sekitar 30 menit hingga muncul aroma wangi.



            Ketika azan salat Ashar berkumandang, banyak pengunjung yang sudah mengantre. Bubur biasanya dibagikan selepas salat Ashar. Dalam waktu singkat, sekitar setengah jam, atau pukul 16. 00 waktu Malaysia bubur sudah habis dibagikan. Peminat bubur lambuk ini tak hanya  penduduk Kampung Baru dan dari kalangan muslim saja, tetapi juga non muslim dan datang dari Johor, Perlis, Malaka, dan kota-kota lain.



            Tradisi menyuguhkan bubur lambur sebagai takjil di masjid Jamek ini ada, berkat jasa dari seorang muslim Pakistan yang menikah dengan perempuan Melayu. Pasangan ini membuat resep bubur  lambuk sebagai takjil selama ramadan yang kemudian menjadi tradisi turun temurun. Sebelum pembuatan bubur dimulai pada 1 Ramadan,  pada malam harinya dilakukan persiapan memotong dan mencincang aneka bahan untuk membuat bubur seperti rempah-rempah, bawang merah, bawang putih, jahe, udang kering, dan 500 kilogram daging sapi. Keesokan paginya, disiapkan 10 tenda putih serta kompor-kompor besar untuk memasak bubur. 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar