Senin, 28 Maret 2016

8 Kuliner Khas Lombok


8 Kuliner Khas Lombok Wajib Dicoba


Ayam Taliwang

Masakan ayam taliwang berasal dari nama kampung (karang) di Lombok yaitu Karang Taliwang, kecamatan Cakranegara, Mataram. Dalam penyajiannya, ayam taliwang biasanya dimasak dengan beberapa pilihan yakni digoreng, dipanggang atau dibakar. Para penjual ayam taliwang di Lombok biasanya memasak menggunakan kayu bakar dengan kualitas kelas satu seperti kayu kopi atau kayu nangka. Kayu jenis ini memberikan aroma lebih enak dan nyala api yang lebih lama. Untuk ayam taliwang yang digoreng, mereka menggunakan minyak kelapa asli dalam jumlah banyak dengan api besar. Kelezatan ayam taliwang terletak pada bumbunya yang super pedas. Dua jenis bumbu yang digunakan untuk hidangan ini adalah “pelecingan” dan “pelalah”. Pelecingan adalah bumbu yang agak pedas dibuat dari cabai merah dan cabai rawit. garam, terasi dan kemiri. Sedangkan pelalah menggunakan santan dan sedikit terasi, digoreng bersama ayam yang sudah dipotong. Bumbu ini rasanya tidak terlalu pedas. Ayam yang baru beranjak dewasa atau yang baru dipisah dengan induknya pada usia tiga atau empat bulan yang paling pas untuk dimasak. Ayam yang masih muda akan terasa lebih manis tanpa menambahkan gula ke dalam masakan, atau tanpa proses macam-macam untuk menjadikannya empuk.



·         Plecing Kangkung

Plecing kangkung terdiri dari kangkung yang direbus dan disajikan dalam keadaan dingin dan segar ditambah sambal tomat. Sambal tomatnya dibuat dari racikan cabai rawit, garam, terasi, dan tomat. Plecing kangkung dihidangkan dengan tambahan sayuran seperti tauge, kacang panjang, kacang tanah goreng ataupun urap. Kangkung yang digunakan untuk memasak plecing ini sangat khas. Tidak seperti tanaman kangkung yang biasa tumbuh di pulau Jawa, kangkung khas Lombok berupa kangkung air yang biasanya ditanam di sungai yang mengalir dengan metode tertentu sehingga menghasilkan kangkung dengan batang yang besar dan renyah. Kangkung di daerah ini memang sangat terkenal, teksturnya lembut sehingga tidak terasa alot walaupun dimakan hingga ke batangnya. Selain kangkungnya yang khas, sambal plecing yang menghadirkan rasa enak dikarenakan memakai terasi Lengkare yang rasanya lebih gurih dan manis. Plecing kangkung sendiri biasanya disajikan dengan bentuk lingkaran. Dimulai dengan lingkaran besar kemudian di atas ada lingkaran yang lebih kecil seterusnya mengerucut hingga ke atas. Tujuan penyajian seperti ini agar bahan sayur dan sambal bisa terlihat semua dari atas. Susunannya, kangkung di lingkaran paling besar, kemudian di atasnya ada tauge, kemudian kacang goreng, dan yang terakhir diletakkan sambal plecing menutupi kacang tanah. Kacang tanah goreng ini fungsinya untuk menetralisir pedas dan penyeimbang rasa antara kangkung dan tauge yang mempunyai banyak serat.



Beberuk Terung

Beberuk adalah lalapan khas Lombok,  bahan dasarnya berupa irisan terung dan kacang panjang yang disiram sambal tomat. Jenis terung yang dipakai untuk beberuk adalah terung gelatik yang mempunyai tekstur renyah dan rasa langu tetapi tidak getir atau sepet. Terung dan tomat dipotong kemudian dicampur dengan bumbu halus yang terdiri dari cabai merah keriting, cabai rawit, bawang putih, bawang merah, kencur, terasi bakar, gula pasir dan garam dengan minyak jelantah atau minyak goreng.  Beberuk ini menghasilkan rasa manis, pedas, asam dan segar.


Ares
Ares adalah sayuran khas Lombok yang bahan utamanya berasal dari pelepah atau gedebok pisang yang masih muda. Rasa hidangan yang diolah dengan santan ini cukup unik, manis dan gurih. Cara pembuatan ares dengan cara mengupas batang pisang hingga menyisakan sedikit bagian dalamnya. Pohon pisang yang dipakai adalah batang yang belum memiliki bunga. Bagian inilah yang diiris tipis diberi garam, diremas-remas dan dicuci hingga bersih sebelum akhirnya diolah. Bumbu yang digunakan mirip  untuk masakan kare yakni ketumbar, jintan, lengkuas, bawang putih, bawang merah, jahe, kemiri dan kunyit. Bumbu tersebut dimasak dengan pelepah pisang yang sudah dipotong-potong ditambah garam dan gula secukupnya. Sayur ares juga bisa ditambahkan dengan daging. Ares yang merupakan makanan tradisional Suku Sasak ini pada awalnya hanya disajikan saat acara begawe yakni acara makan-makan setelah berlangsungnya pernikahan.


Sate Bulayak
Inilah makanan khas Lombok lainnya selain ayam taliwang dan plecing kangkung. Sate ini terbuat dari daging sapi yang dilumuri dengan bumbu khas Lombok disajikan dengan  bulayak, sejenis lontong yang dibungkus dengan daun aren atau daun enau dengan bentuk memanjang seperti spiral, sehingga untuk membukanya harus dengan gerakan memutar. Dalam bahasa Sasak, “bulayak” memang berarti “lontong”.  Bagi beberapa orang, rasa bulayak jauh lebih lembut dan gurih dibanding lontong maupun ketupat. Bumbu sate terbuat dari kacang tanah yang disangrai dan ditumbuk, lalu direbus dengan santan dalam jumlah banyak. Setelah itu dicampur dengan bumbu-bumbu lain seperti bawang, ketumbar, jintan dan cabai. Sate yang sudah dilumuri bumbu kemudian dibakar di atas arang batok kelapa.  Setelah matang, sate dikucuri air jeruk nipis dan ditaruh sambal. Racikan bumbu sate bulayak yang sarat dengan cabai inilah yang membuat rasa sate tidak hanya gurih namun juga super pedas, seperti citarasa makanan khas lombok lainnya. Bagi Anda yang tidak biasa makan makanan pedas ada baiknya untuk tidak makan sambalnya terlalu banyak. Cara menghidangkan sate bulayak juga unik. Penjual biasanya tidak menyediakan garpu maupun sendok sehingga Anda harus menikmati sate ini dengan cara menusuk bulayak dengan tusuk sate kemudian menyocolkannya pada bumbu  yang sudah disediakan. Semula penjual sate bulayak hanya bisa ditemui di Kecamatan Narmada Lombok Barat, namun kini sudah merambah ke berbagai tempat, khususnya di objek-objek wisata seperti di halaman Pura Lingsar,  Taman Narmada, Taman Suranadi, Makam Loang Baloq hingga di beberapa sudut Pantai Senggigi serta di Jalan Udayana. Seporsi Sate Bulayak terdiri atas satu piring sate yang berisi 10 tusuk dan 5 hingga 6 potong bulayak dengan harga Rp. 12 ribu.



 Sate Rembiga

Selain sate bulayak, Lombok masih punya sate yang juga tak kalah enak dan khas, yakni sate rembiga. Dinamakan “rembiga” karena berasal dari nama sebuah desa Rembiga yang berada di dekat bekas bandara Selaparang. Sate yang berbahan utama sapi ini rasanya sangat lezat, perpaduan antara gurih, manis dan pedas. Bahan yang dibutuhkan untuk membuat sate Rembiga ini sangatlah sederhana dan mudah untuk dicari yaitu cabe rawit, terasi, bawang putih, garam, gula dan tentu saja daging sapi. Daging sate khas Rembiga ini dipotong kecil-kecil. Sebelum dimasak, dagingnya direndam dengan bumbu hingga 3 jam supaya meresap. Dengan komposisi yang pas dan kombinasi rasa yang seimbang, akan menghasilkan rasa sate yang enak walaupun racikan bumbunya sangat sederhana. Daging sapi walaupun membutuhkan waktu yang lama agar empuk, namun memiliki rasa yang enak jika tepat cara pengolahannya. Para penikmat Sate Rembiga mengakui bahwa daging sate ini tidak alot. Rasanya yang pedas plus kucuran jeruk nipis membuat rasa sate ini menjadi sangat gurih.
Sejarah sate rembiga ternyata sudah dimulai sejak zaman kerajaan. Adalah seorang keluarga Raja Pejanggik yang tinggal di Rembiga dan sangat ahli membuat sate. Secara turun temurun keahlian itu diajarkan ke generasi penerusnya hingga sekarang. Kini keahlian meracik sate rembiga tidak hanya masalah keahlian yang turun temurun namun sudah menjadi usaha yang mengangkat perekonomian warga Rembiga dan Mataram. Tak heran jika tidak hanya di Rembiga Anda bisa membeli sate ini. Namun seolah rasa tidak pernah bohong, sate rembiga yang dijual di Rembiga tetap menawarkan rasa yang paling enak dibandingkan dengan sate sejenis di tempat lain.Memang akan lebih afdol jika Anda menikmati Sate rembiga di warung di mana sate ini pertama dikenalkan, yaitu Warung Rembiga di Jalan Dakota Nomor 2 Rembiga Mataram yang sudah berdiri sejak 25 tahun lalu.




Sate Tanjung

Sate tanjung bahan utamanya ikan cakalang atau ikan langoan. Jika cakalang sedang jarang dijumpai di pasaran, maka ikan langoan-lah yang dipakai. Selain cakalang dan langoan, ada ikan marlin yang biasanya dipakai sebagai bahan untuk sate tanjung.  Fillet ikan diiris kecil-kecil, dibasahi dan diberikan bumbu  yang dihaluskan terdiri dari cabai rawit, kunyit, jahe, lengkuas, kemiri, garam, dan cuka. Setelah bumbu dan daging ikan siap, tambahkan santan kelapa kental. Tiga bahan itu diaduk hingga menjadi tepung. Jika sudah, adonan dijadikan tusukan dalam sebilah bambu. Setiap tusuk berisi 5 biji. Setelah itu, dipanggang di atas bara api batok kelapa. Supaya harum, jangan lupa diberi perasan daun jeruk nipis. Sate tanjung sangat nikmat dimakan pada saat masih panas sebagai teman lontong atau nasi. Rasa gurih dari daging dan santan serta pedas dari rempah-rempah sangat terasa. Campuran rempah-rempah dan ikan yang dibakar ini membuat badan akan terasa bugar, hangat dan berkeringat. Anda bisa membeli sate ini di pinggir jalan sekitar pasar Tanjung atau sekitar Terminal Tanjung. Harga per tusuknya Rp. 500 atau jika ingin memesan satu porsi, Anda hanya perlu merogoh kocek Rp. 10 ribu. Rata-rata penjual sate tanjung ini akan mangkal sejak pukul 14.00 hingga 21.00 waktu setempat.



Nasi Balap Puyung

Secara tampilan, menu nasi balap puyung ini tidak terlalu istimewa. Hanya berisi suwiran daging ayam yang diolah bersama cabai, kacang kedelai, taburan udang kering, abon serta belut goreng. Kekuatan makanan ini ada pada rasa pedas bumbunya yang sederhana. Sedangkan bumbu ayamnya terdiri dari cabai, bawang putih dan terasi. Untuk perbandingan, jika kita memasak 10 kg ayam, komposisi cabainya sekitar 1 kg dan sedikit bawang putih serta terasi.
Di Lombok, Nasi Balap Puyung Cap Inaq Esun yang paling terkenal. Berada di Desa Puyung, Lombok Tengah, warga sekitar menyebutnya sebagai makanan cepat saji. Untuk menjangkau tempat ini Anda harus masuk gang-gang kecil yang gelap dan jauh.  Memulai usahanya sejak tahun 70-an, tak heran jika tempat makan ini menjadi tujuan wisatawan domestik dan luar negeri. Kini, rumah makan yang hanya mempunyai 2 cabang yakni di bilangan Plaza Senggigi, Lombok Barat dan Jalan Sriwijaya Mataram ini dikelola oleh Hj. Syarifa yang merupakan anak dari Inaq Esun. Rata-rata setiap harinya terjual 600 hingga 700 bungkus nasi dengan harga bervariasi dari Rp. 7 ribu hingga Rp. 10 ribu. Jika malam semakin larut, tempat makan ini semakin ramai pembeli.  Keistimewaan nasi milik Inaq Esun ini adalah karena tidak memakai bahan pengawet alias bahan-bahannya alami dan diproses dengan bumbu tradisional khas Sasak. Selain pedas, sajian nasi balap puyung ini juga gurih. Terasa saat Anda mengunyah campuran suwir ayam dan kacang kedelai goreng. Paduan pedas dan gurih inilah yang membuat pembeli ketagihan. Pada awalnya, nasi super pedas ini bernama “nasi balap”  saja. Dinamakan nasi balap karena konon makanan ini hanya disajikan di pelabuhan dan terminal saja. Karena dijual di tempat itu, maka penjajanya selalu terburu-buru melayani pembeli karena berlomba dengan laju bus dan kapal yang akan berangkat. Ada juga yang mengatakan bahwa Inaq Esun pertama menjual makanan khas ini di Pasar Kebon Roek, Mataram dengan sistem barter. Yaitu menukar masakannya dengan kebutuhan lainnya. Barulah sejak tahun 90-an diberi nama nasi balap puyung karena salah satu cucu Inaq Esun yang merupakan pembalap lokal sering memenangi perlombaan. Setiap usai perlombaan balapan dan menang, ia selalu mengajak teman-temannya untuk makan di warung kecil milik neneknya yang berada di Desa Puyung itu. Sehingga tercetuslah nama “nasi balap puyung”. Dalam perkembangannya, kini banyak sekali rumah makan di Lombok yang menggunakan titel “balap puyung”  atau “nasi puyung”.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar