Minggu, 10 Januari 2016

Jalan-Jalan Seoul Korea Selatan


Mengeksplorasi Secret Garden Hingga Wisata Pinggir Sungai


Jika Anda sedang jalan-jalan ke Seoul, Ibukota Korea Selatan, pastikan mengunjungi kawasan yang sering muncul di drama kolosal dan video klip, yaitu istana Gyeongbokgung dan Changdeokgung, Gwanghwamun Square serta  Cheonggyecheon Stream.


UNTUK tujuan pertama, Anda bisa mengunjungi Gyeongbokgung, istana tertua dan terbesar yang dibangun pada saat pemerintahan Dinasti Joseon (1392-1910). Gyeongbokgung yang berarti ‘’istana yang diberkati oleh surga’’ ini terletak di kaki Gunung Baegak. Untuk sampai ke sini, Anda bisa naik Subway (kereta) menuju Gyeongbokgung Station (Line 3, Exit 5), atau dari Ganghwamun Station (Line 5, Exit 2), lanjutkan berjalan kaki, sekitar 400 meter.



Istana yang pernah menjadi lokasi syuting drama Saranghae, I Love You ini memiliki empat pintu masuk, dari arah timur, barat, utara dan selatan (pintu utama). Jika menilik sejarahnya, istana yang diarsiteki Jeong do jeon  ini pernah hancur pada saat invasi Jepang ke Korea tahun 1592-1598 dan dibangun kembali pada tahun 1860-an dengan 330 buah kompleks bangunan dengan 5.792 kamar. Berdiri di wilayah seluas 410.000 meter persegi, istana ini merupakan simbol keagungan kerajaan dan rakyat Korea. Setelah pembunuhan Maharani Myeongseon oleh mata-mata Jepang pada tahun 1895, Raja Gojong meninggalkan istana ini bersama anggota keluarganya dan tidak pernah kembali.


Arsitektur istana-istana di Korea dibangun selaras dengan alam, termasuk Gyeongbokgung yang dibangun seolah merupakan bagian dari gunung Baegak yang berdiri megah menjadi latar istana ini. Ada tiga lapis pintu gerbang yang harus dilalui untuk sampai ke istana tempat raja bertahta menyelenggarakan pemerintahan yang disebut Geunjeongjeong.  Masing-masing pintu gerbang dibatasi oleh lapangan batu yang sangat luas. Di sisi Geunjeongjeong ada kolam buatan yang besar. Di tengah kolam berdiri paviliun Gyeonghoeru seluas 931 meter persegi, tempat raja mengadakan jamuan. Di belakang Geunjeongjeong juga ada taman yang sangat luas. Di salah satu bagian taman ada kolam buatan lain yang di tengahnya berdiri bangunan serupa kuil yang disebut Hyangwonjeong. Itu adalah tempat raja bersantai untuk membaca, merenung, juga berkencan dengan ratu dan selir-selirnya. Di seberang pintu masuk utara, Anda bisa melihat Blue House, kantor presiden Korea.


Di kompleks Gyeongbokgung juga terdapat dua museum yaitu The National Palace Museum of Korea  dan National Folk Museum. Di National Folk Museum of Korea terdapat sekitar 2.240 artefak dan alat-alat yang digunakan oleh masyarakat Korea pada masa lalu sampai sekarang. Bangunan museum ini didesain mengikuti arsitektur bangunan kuil Buddha terkenal di Korea. Misalnya, bagian depan museum dirancang menyerupai dua buah jembatan batu di kuil Bulguk, dan bagian utama bangunan adalah pagoda kayu lima tingkat yang menyerupai Aula Palsang di kuil Beopju. Sayap bangunan di sebelah timur mengikuti desain Aula Mireuk di Kuil Geumsan dan sayap barat menyerupai Aula Gakhwang di kuil Hwaeom.
Pada sore hari, sekitar pukul 16.00 waktu setempat, di istana ini, Anda bisa menyaksikan prajurit pergantian jaga atau disebut royal guard changing ceremonies. Di depan sebuah pintu gerbang yang amat tinggi dan besar, suara gendang ditabuh satu demi satu dalam ritme yang tetap. Sejumlah lelaki jangkung berbalut hanbok (pakaian tradisional Korea) dengan seragam merah, biru, putih, sambil membawa pedang, tombak dan bendera, berbaris rapi, dipimpin seorang komandan, kemudian menyerahkan tugasnya kepada komandan pengganti. 











Jika Anda ingin mengenakan hanbok seperti para prajurit tersebut, pengelola menyediakan fasilitas gratis berupa peminjaman kostum prajurit Korea. Anda tinggal menunjukkan paspor saja. Anda bisa memilih beberapa model dan warna busana, seperti merah, atau biru. Jika istana ini sedang dipadati pengunjung, Anda harus sabar mengantre. Namun, beberapa petugas terlihat sigap memberi pelayanan dan mengganti pakaian pengunjung kemudian memberikan kesempatan sekitar 5 menit untuk berfoto dengan latar belakang istana Gyeongbok.




Jam buka istana pada bulan Maret-Oktober pukul 09.00-18.00 waktu setempat. sedangkan untuk bulan November-Februari pkl 09.00-17.00. Istana Gyeongbok tutup setiap hari Selasa. Harga tiket masuk 3.000 Won dan setengah harga untuk anak-anak usia 7-18 tahun.

Secret Garden dan Gwanghwamun

Satu kilometer dari Gyeongbokgung, terdapat  satu istana lagi, yang tak boleh Anda lewatkan, yaitu  Changdeokgung, istana megah peninggalan pemerintahan Raja Taejo yang paling terawat hingga kini.  Istana ini lebih lama ditempati. Saat Dinasti Joseon berakhir pada tahun 1910, istana Changdeok dijadikan aset pemerintah dan dibuka untuk umum.  Bersama Benteng Hwaseong, istana Changdeok dilestarikan sebagai Situs Warisan Dunia Unesco pada tahun 1997. Sebagai tempat peristirahatan raja-raja pada tahun 1405, tak heran jika tempat ini didesain dengan begitu indah dan detail. Istana ini terdiri dari 3 bagian utama, yakni area publik, tempat tinggal keluarga raja dan taman belakang yang luas. 
Changdeokgung yang berarti ‘’istana kebajikan gemilang’’ mulai dianggap sebagai tempat yang penting setelah berkuasanya raja ke sembilan Dinasti Joseon, yakni Raja Seongjong. Namun bukan berarti istana ini tanpa melewati cerita yang dramatik karena pada 1592, Changdeokgung terbakar dan keluarga kerajaan memilih meninggalkan istana selama invasi Jepang di Korea. Beruntung, oleh Pangeran Gwanghaegun pada tahun 1611, istana ini dibangun kembali.





Keistimewaan istana ini ada pada penggabungan elemen-elemen arsitektur era tiga kerajaan yakni Kerajaan Goguryeo, Baekje dan Silla yang selaras dengan alam. Elemen pertama yang akan Anda lihat adalah gerbang Donhwa yang merupakan gerbang utama Istana Changdeok yang berarti “gerbang transformasi kebenaran”. Anda juga akan melihat balai Huijeong. Ruangan ini digunakan sebagai tempat berdiskusi raja dengan para menteri.
Bagian istana yang terakhir namun justru yang sering mengundang decak kagum adalah taman belakang atau yang disebut Huwon, sering disebut juga dengan Geumwon (forbidden garden) dan Biwon (secret garden). Taman ini memiliki luas 74 are dan terdiri atas bentang alam berbentuk dataran bergelombang dengan 35 bangunan besar dan kecil, 7 buah kolam buatan serta hutan lebat yang dilengkapi dengan aliran mata air. Dari semua komposisi ini, hanya 1 persen yang dibuat oleh manusia. Itulah mengapa saat Unesco memasukkan istana ini ke dalam situs warisan dunia, mereka menuliskan bahwa taman ini adalah contoh pengecualian arsitektur dan rancangan istana dari timur jauh yang berpadu secara harmonis dengan pemandangan sekelilingnya.  Taman ini ditumbuhi pohon raksasa yang berumur lebih dari 300 tahun. Waktu yang paling istimewa untuk menikmati Huwon adalah pada saat musim gugur di mana dedaunan berubah menjadi warna warni. Di dalam istana, terdapat pula pohon Juniper China yang telah berusia 750 tahun, dan merupakan salah satu pohon tertua di Korea.




Setelah puas berkeliling di dua istana, Anda bisa mengunjungi Gwanghwamun Square, yang  tak jauh dari istana Gyeongbok. Gwanghwamun pertama kali dibangun pada tahun 1395, tetapi hancur karena serangan Jepang pada tahun 1592 dan terbengkalai hingga lebih dari 250 tahun. Pada tahun 1867, gerbang ini pun dibangun kembali pada masa pemerintahan Raja Gojong. Gerbang ini pun berkali-kali mengalami rekonstruksi hingga akhirnya menjadi gerbang megah seperti yang bisa kita saksikan saat ini dan  pada 1 Agustus 2009, resmi dijadikan objek wisata.  Lokasi ini sering muncul dalam berbagai drama, bahkan klip musik juga sering dilakukan di sini. Pada waktu-waktu tertentu juga sering diadakan berbagai festival.








Di Gwanghwamun Square, Anda bisa menemui Patung Admiral Yi Sun-Shin, seorang laksamana yang sangat terkenal jasanya dalam sejarah Korea. Ia meraih kemenangan dalam perang Imjin pada masa Dinasti Joseon melawan Jepang. Tak heran patungnya kini bertakhta di lokasi landmark kota Seoul. Anda juga bisa menjumpai patung Raja Sejong, raja keempat pada masa Dinasti Joseon dan salah satu dari dua raja yang mendapat gelar “The Great”. Ia memerintah pada tahun 1418 hingga 1450. Raja Sejong mencatat banyak prestasi besar semasa kepemimpinannya. Salah satu yang paling utama adalah ia menciptakan aksara Korea yang bernama Hangul. Sebelumnya, masyarakat kelas atas masa itu menggunakan aksara China (Hanja) untuk menulis.




Selain dua patung ‘’pembesar’’ Korea pada masa lalu, Anda bisa mengeksplorasi museum bawah tanah “King Sejong Story” dengan pintu masuknya di bawah patung “King Sejong”. Selain itu terdapat deretan air mancur yang terdapat di bawah patung “Admiral Yi Sun-sin”.

Wisata Pinggir Sungai

Menjelang malam, Anda bisa melanjutkan jalan-jalan ke kawasan Cheonggyecheon Stream atau sungai Cheonggye yang merupakan bagian penting dari sejarah kota Seoul. Cheonggyecheon adalah sebuah aliran sungai kecil sepanjang hampir 11 kilometer di pusat kota Seoul. Pada tahun 1950-an pasca Perang Korea, daerah bantaran Sungai Cheonggye merupakan kawasan permukiman kumuh seperti Ciliwung di Jakarta. Dan pada dekade berikutnya (1960-an-1970-an) menjadi saksi keberhasilan industrialisasi dan modernisasi Korea Selatan.


Sebelumnya, kali ini ditutupi oleh jalan tol, namun kemudian direstorasi, aliran airnya dikembalikan seperti sediakala. Upaya restorasi sungai Cheonggye sempat menghebohkan publik dunia. Proyek  besar ini dimulai dari tahun 2003 sampai tahun 2005 oleh mantan walikota yang menjadi presiden Korea Selatan (2008–2013 ), Lee Myung-bak, dan menghabiskan dana hingga 900 US Dollar
Kini Cheonggye menjelma menjadi tempat rekreasi pedestrian yang super cantik. Sungai itu menjadi indah dengan sentuhan desain arsitektur kelas dunia. Tepian sungai ditata rapi hingga nyaman untuk pejalan kaki. Pada malam hari, cahaya berpendaran di kawasan ini sehingga menambah kesan mewah. Cheonggyecheon Stream pun menjelma menjadi kawasan wisata yang romantis. Banyak pasangan yang melamar atau menyatakan cintanya di sini. Sekitar bulan November ditempat ini diadakan festival lampion yang dikenal dengan Seoul Lantern Festival. Oh iya, Anda bisa sepuasnya menikmati kawasan pedestrian cantik ini tanpa dipungut biaya.




Di tempat ini, Anda juga bisa menemui jembatan Narae, mewakili keindahan kupu-kupu terbang, dan jembatan Gwanggayo, menjadi simbol harmoni masa lalu dan masa depan, yang merupakan dua di antara 20 jembatan indah lainnya yang berfungsi sebagai alat untuk menyeberangi sungai ini. Dinding jembatan dilapisi marmer dan ukiran, dan palseokdam juga menghiasi sungai Cheonggye.




Di sini, Anda juga bisa masuk ke Plaza Cheonggye, area seluas 2.500 meter persegi,  yang berlokasi di hilir sungai Cheonggye. Tempat ini dibuat berdasarkan desain tradisional bojagi (kain pembungkus warna-warni), memperlihatkan keindahan kerajinan batu tradisional.  Plaza Cheonggye tidak pernah tidur sehingga para pengunjung dapat menikmati penampakan indah cahaya dan air setiap malam.   Di plaza ini juga terdapat maket atau model Cheonggyecheon yang membuat pengunjung dapat melihat pemandangan dari sudut pandang seperti burung saat sungai Cheonggye belum dirapikan. Di dalam plaza, terdapat plakat yang memperlihatkan 22 jembatan yang ada di sepanjang sungai, begitu pula dengan sejumlah air mancur yang menambah indah area ini. Setelah menyelesaikan pembangunan Plaza Cheonggye, pemerintah kota Seoul mendesain area itu menjadi zona bebas kendaraan selama liburan, sehingga menjadi tempat yang nyaman bagi pejalan kaki.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar