Menikmati Pantai ''Pribadi'' Teluk Hijau
dan
Bertamu ke ‘’Rumah’’ Penyu di Sukamade
Anda suka wisata petualangan? Cobalah mengunjungi
Banyuwangi, kabupaten yang terletak di ujung paling timur pulau Jawa. Kabupaten
berjuluk ‘’The Sunrise of Java’’ ini memiliki banyak objek wisata alam yang menantang.
Selain Kawah Ijen yang bisa Anda capai dengan berjalan kaki kurang lebih 3 jam
dari pos pendakian Paltuding, Banyuwangi juga terkenal dengan wisata pantainya
yang indah. Pantai Plengkung atau G-Land misalnya. Pesisir yang bentuknya
melengkung panjang ini merupakan salah satu tempat berselancar terbaik di
dunia. Namun, jika Anda tak ingin ‘’menunggang’’ ombak, Anda bisa menikmati
keindahan Teluk Hijau (Green Bay) dan mengamati penyu bertelur di pantai Sukamade.
Keduanya berada di kawasan konservasi Taman Nasional Meru Betiri (TNMB).
Pantai Sukamade sendiri berjarak sekitar 100 kilometer
dari pusat kota Banyuwangi. Anda
membutuhkan waktu kurang lebih 5 jam untuk bisa sampai ke sana. Namun tenang, lamanya
waktu perjalanan menuju Sukamade akan terbayarkan setelah melihat ‘’surga’’
tersembunyi dan kekayaan hayati di sana. Selain itu, Anda juga akan mendapatkan
‘’bonus’’ karena bisa melihat tempat indah lainnya. Karena sebelum tiba di
Sukamade, Anda akan melewati dua pantai lain, yaitu Rajegwesi yang merupakan
pantai sekaligus dermaga para nelayan serta Teluk Hijau.
Kebanyakan wisatawan mengunjungi Meru Betiri dan pantai
Sukamade sebagai tujuan utama. Sebelum sampai di sana, wisatawan akan melewati
Teluk Hijau. Namun, biasanya para wisatawan hanya melihat Teluk Hijau dari atas
bukit saja. Padahal keindahan sebenarnya ada pada pantainya. Karena itulah,
Anda wajib mengunjungi dari dekat pantai Teluk Hijau, bukan hanya melihatnya
dari atas bukit saja.
Ada dua cara untuk bisa mencapai Teluk Hijau dari Rajegwesi.
Pertama dengan cara trekking atau
jalan kaki sejauh dua kilometer yang bisa ditempuh dengan waktu satu jam
perjalanan. Anda harus menyusuri tebing dan lembah. Perjalanan cukup menguras
tenaga, karena jalanan berbatu, kadang menanjak dan kadang menurun. Terlebih
pada saat musim hujan, jalanan cukup licin. Sebagai antisipasi untuk mengurangi
risiko kecelakaan, pengelola Teluk Hijau memasang tali tambang untuk pegangan
di sepanjang lintasan trekking.
Cara kedua untuk mencapai Teluk Hijau adalah
melalui laut dengan naik perahu jukung selama kurang lebih 15 menit. Anda bisa
menyewa perahu ini dari pantai Rajegwesi dengan harga Rp 25 ribu/orang sekali
jalan atau Rp 35 ribu untuk pulang pergi. Meski naik perahu dan tidak berjalan
kaki, namun, nyali Anda tetap diuji. Dengan perahu ini, Anda harus menyusuri pantai
Selatan yang terkenal dengan ombaknya yang cukup besar untuk mencapai Teluk
Hijau. Perahu akan terayun-ayun, dan bisa dipastikan pakaian Anda akan basah
terkena cipratan air laut yang disibak oleh perahu.
Meski ombak cukup besar, tak perlu khawatir, karena para
nelayan yang membawa perahu jukung sudah tahu bagaimana cara menaklukkan ombak.
Selain itu, perahu jukung yang
dilengkapi dengan sepasang cadik yang berfungsi sebagai pelampung ini
merupakan perahu paling aman, lincah dan mudah dikendalikan. Anda juga diwajibkan mengenakan jaket
pelampung saat naik perahu. Biasanya para wisatawan, saat pergi menuju Teluk Hijau akan
melakukan trekking dan ketika pulang
memilih naik perahu. Alasannya logis, tenaga sudah terkuras pada saat berangkat
sehingga waktu pulang tak mau lagi berjalan kaki.
Tiba di Teluk Hijau, Anda akan disuguhi keindahan
panorama air laut berwarna hijau dengan hamparan pasir putih, dan pemandangan asri karena Teluk Hijau dikepung
bukit dengan pepohonan yang menghijau.
Di sini, Anda bisa bermain air, berenang atau bermain pasir. Suasana
yang tenang dan tak terlalu ramai bahkan saat liburan sekalipun membuat Anda
bisa menikmati keindahan Teluk Hijau sepuasnya. Di ujung barat dan timur
terdapat batuan karang yang menambah keeksotisan tempat ini. Di sisi timur ada
sebuah air terjun air tawar setinggi 8 meter dengan debit yang sedang dan biasa
dipakai uuntuk membilas badan selepas berenang di pantai. Pantai ini memang masih
sangat bersih. Demi menjaga keasriannya, pengelola tempat ini memasang papan
peringatan agar wisatawan tak membuang sampah sembarangan serta mengotori tempat
ini.
Mengintip Penyu Bertelur
Puas
menikmati keindahan Teluk Hijau, baru
kemudian Anda boleh meneruskan perjalanan ke pantai Sukamade di desa Sarongan kecamatan
Pesanggaran. Karena medan yang menantang, perjalanan dari Banyuwangi menuju ke
Sukamade, sebaiknya Anda naik naik mobil 4x4
alias double gardan atau kendaraan
sejenis off road lainnya. Jalur yang
berlumpur dan bebatuan akan membuat andrenalin terpacu. Jalanan berkelok serta
menanjak bebukitan, batuan terjal dan tanah becek sengaja dibiarkan alami agar
pengunjung merasakan sensasi petualangan. Perjalanan menantang ini harus Anda
lewati hampir sepanjang 30 kilometer. Selain dari Banyuwangi, pantai Sukamade dapat dicapai dari Jember yang
berjarak sekitar 127 km.
Untuk
bisa mencapai Sukamade, Anda juga harus menyeberang empat sungai besar dan
tiga sungai kecil. Menurut penduduk, bila musim hujan tiba beberapa sungai
tersebut meluap sehingga membuat kendaraan tidak bisa lewat. Satu satunya jalan
adalah menyeberang memakai rakit. Karena medan yang sulit inilah, membuat pantai
ini tetap terjaga keasriannya karena jarang pengunjung yang datang ke Sukamade.
Pantai
Sukamade paling diminati oleh wisatawan mancanegara, karena bisa mengamati penyu
yang sedang bertelur.
Pertama masuk pantai Sukamade, Anda akan disambut oleh
kelompok macaca dan lutung yang sudah terbiasa dengan pengunjung. Anda bisa menikmati
trekking melintasi hamparan hutan
hujan tropis dataran rendah dengan akses jalan setapak. Sepanjang jalur Anda
akan menjumpai kumpulan kelelawar besar, kijang, babi hutan, biawak dan
berbagai jenis burung termasuk elang laut.
Setiba di Pondok Rafflesia, Pusat
Konservasi Penyu Sukamade, Anda akan menemukan penangkaran penyu. Para
wisatawan dapat menyaksikan proses penyu bertelur sampai penyu tersebut kembali
ke laut hingga ikut melepaskan anakan penyu yang sudah menetas. Ada 4 jenis penyu yang dapat Anda jumpai dari 6
penyu yang berada di Indonesia di sini, yaitu Penyu Hijau (Chelonia mydas),
Penyu Slengkrah (Lepidochelys olivaceae), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)
dan Penyu Belimbing (Dermochelys coriaceae).
akan tetapi penyu yang sering mendarat di pantai sukamade ini adalah Penyu Hijau.
akan tetapi penyu yang sering mendarat di pantai sukamade ini adalah Penyu Hijau.
Biasanya pengunjung tidak diperbolehkan menyalakan
lampu dan berbuat gaduh selama berada di pantai menunggu kedatangan penyu. Pengamatan
Penyu dilakukan sekitar pukul 20.00-24.00. Saat ada tanda munculnya penyu, Anda
diberi kode lampu senter dari arah lokasi. Petugas memperingatkan agar tidak
berdiri di depan lintasan jalan penyu, karena akan menyebabkan penyu ngambek. Anda diperbolehkan mengambil gambar tanpa lampu flash dan
hanya boleh diambil dari samping dengan bantuan senter. Penyorotan dari depan
wajah ibu penyu hanya akan membuatnya terganggu dan kehilangan orientasi dan
akhirnya penyu menuju air laut kembali.
Wisatawan juga dapat
turut aktif dalam usaha konservasi penyu dengan mengikuti kegiatan pelepasan
tukik (anak penyu yang baru menetas) ke laut setetah ditetaskan pada penetasan
semi alami. Biasanya, penyu
bertelur pada bulan Mei, Juni dan Juli. Namun, dari hasil pengamatan petugas Taman
Nasional Meru Betiri, hampir tiap hari ada penyu yang mendarat di Pantai
Sukamade, selama Januari-Desember.
Fasilitas yang terdapat di sekitar pantai Sukamade
antara lain pondok wisata, camping ground
yang dilengkapi dengan pendapa untuk ruang pertemuan, shelter, jalan trail
wisata, information centre,
laboratorium dan pondok kerja.
Berburu Dubang dan Rujak Soto
Saat mengunjungi Banyuwangi, pastikan Anda mencicipi
dubang (durian abang), yang daging buahnya berwarna merah. Rasanya lebih enak
dari durian berdaging putih dan kuning. Harga durian merah ini cukup mahal,
sekitar Rp 400 ribu perbuah. Hal ini bisa dimaklumi karena stok dubang cukup
langka, hanya diperoleh dari sekitar 200 pohon yang tersebar di sejumlah
kecamatan di Banyuwangi.
Warna merah dari daging buah durian diduga disebabkan oleh
perkawinan silang antar varietas dan termasuk faktor genetis. Dan, konon rasa yang
enak yang dimiliki dubang menurut pakar hortikultura, disebabkan karena letak geografis Banyuwangi. Karena pohon dubang tumbuh di
tempat yang cukup mendapatkan garam dari laut yang dihembuskan angin, serta
sulfur yang dibawa dari arah Gunung Ijen dan Gunung Raung. Garam dan sulfur memiliki nutrisi yang bagus untuk durian. Dari
62 varian dubang, dikelompokkan menjadi tiga yaitu durian merah Bocking yang
seluruh daging buah berwarna merah, durian merah Pelangi, yang dagingnya
berwarna merah kuning, dan durian Grafika, yang dagingnya berwarna merah,
kuning, putih,
Di mana Anda bisa membeli dubang ini? Anda bisa
mendatangi sejumlah gerai buah di Banyuwangi.
Selain buah dubang, ada satu makanan
khas Banyuwangi yang wajib Anda cicipi, yaitu rujak soto. Orang Banyuwangi
agaknya suka menggabungkan dua makanan sekaligus, seperti pecel rawon ataupun
buntut rawon. Makanan rujak soto sendiri berupa pecel lontong yang kemudian disiram kuah soto kuning lengkap
dengan jeroan (usus, babat), juga kikil. Cara makannya ditambah kecap manis,
emping, dan kerupuk udang. Rasanya? Perpaduan
antara bumbu kacang dan kuah soto menghasilkan sensasi rasa yang unik, gurih
dan bertekstur. Semangkuk rujak soto ini bisa Anda beli seharga Rp 10.000!
Tak sabar ingin mencicipi? Anda bisa mengunjungi Warung rujak soto Mak Usmiah yang
terletak di Desa Banjarsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Cukup mudah untuk
menemukan warung ini karena letaknya yang strategis, yaitu berada di lintasan
menuju wisata Kawah Ijen. Satu lagi adalah Pondok Rujak Soto murah meriah yang
terletak Jalan Basuki Rahmat Banyuwangi. *****