Selasa, 14 Agustus 2018

De Tjolomadoe



Reinkarnasi Pabrik Gula Colomadu


PABRIK Gula (PG) Colomadu di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah selama 20 tahun  sudah tidak difungsikan dan kondisinya terbengkalai.  Namun ‘’denyut’’ aktivitas dari pabrik gula yang berhenti produksi pada tahun 1998 ini kembali berdetak setelah direvitalisasi.  Pabrik  gula yang berada di jalan Adi Sucipto  ini,  sekarang punya nama De Tjolomadoe dan menjadi destinasi wisata sekaligus kawasan komersial.  De Tjolomadoe mulai menjadi perbincangan setelah diresmikan pada bulan Maret 2018 dan di sini diselenggarakan konser musik tingkat dunia dengan menghadirkan musikus David Foster dan Brian McKnight.


             Pabrik Gula Colomadu sendiri dibangun pada 1861 oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegaran IV (1853-1881). Tahun 1928, pabrik ini mengalami perluasan area lahan tebu dan perombakan arsitektur.  Pada masa kejayaannya, Colomadu  mampu mengekspor gula hingga ke Belanda, Singapura, dan Bandaneira. Dari hasil penjualan gula pula,  Mangkunegara IV  bisa mendirikan sekolah rakyat, membangun jalan, dan irigasi.
            Setelah merdeka, PG Colomadu  dinasionalisasi ke tangan Pemerintah Republik Indonesia pada 1946 melalui Penetapan Pemerintah No. 16 Tahun 1946 tanggal 15 Juli 1946. Namun, pabrik terus hidup dan gula tetap diproduksi di mana pengelolaannya diserahkan kepada Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia (PPRI). Pada 1981, PG Colomadu dikelola oleh Perusahaan Nasional Perkebunan (PNP), dan mulai 1996 masuk ke dalam wilayah pengelolaan PTPN IX.  PG Colomadu berhenti berproduksi pada 1 Mei 1998 karena kesulitan bahan baku, dan sejak itu bangunan terbengkalai.
            Tahun 2017,  PT PP (Persero) Tbk, PT PP Properti Tbk, PT Taman Wisata Candi Prambanan, Borobudur, dan Ratu Boko (Persero), dan PT Jasa Marga Properti membentuk joint venture dengan nama PT Sinergi Colomadu untuk melaksanakan konstruksi revitalisasi dengan mengikuti kaidah cagar budaya. Awalnya sempat kesulitan mencari blue print PG Colomadu.  Bahkan, untuk mencari foto-foto PG Colomadu, tim revitalisasi harus berburu hingga Leiden, Belanda,  dan hanya ditemukan 2-3 foto tentang pabrik ini. Namun,  itu tak menyurutkan semangat untuk membangkitkan kembali kejayaan Colomadu.
            Ground breaking dilakukan 8 April 2017.  Studi kelayakan melibatkan berbagai pakar di bidang arsitektur, sejarah, dan budaya untuk mengubah pabrik gula tersebut agar kembali berdaya. Hasilnya? Meski belum rampung semua, De Tjolomadoe sudah bisa dikunjungi sebagai salah satu destinasi wisata di Karanganyar.


Berkeliling Stasiun

            Untuk tur berkeliling De Tjolomadoe, sampai saat ini, pengunjung belum dipungut biaya. Hanya saja jika Anda akan melakukan pemotretan untuk prewedding atau hal-hal yang bersifat komersial akan dikenai biaya. Dari kejauhan, kesan megah dari De Tjolomadoe langsung terlihat.  Cerobong asap yang menjulang tinggi serta fasad pabrik yang bernuansa kolonial menunjukkan kejayaan De Tjolomadoe pada masa lalu. Tulisan besar 'Anno 1928' terpampang di salah satu sisi bangunan, penanda dari kehebatannya saat dipegang oleh Mangkunegara VII di tahun yang sama.
            Bangunan seluas 1,3 hektar di atas lahan 6,4 hektar ini terlihat kokoh, dan tetap mempertahankan kekayaan nilai historis. Memasuki ruang utama, mesin-mesin pabrik, cerobong asap, rel lori pengangkut tebu tetap bisa dilihat. Beberapa bagian dinding dibiarkan tetap mengelupas tidak diperbaiki untuk mempertahankan kesan masa lalu. Bagi pengunjung yang gemar berfoto, De Tjolomadoe dapat sepenuhnya menyalurkan hasrat Anda. Setiap sudutnya tampak begitu instagenik dan cantik untuk diabadikan lewat foto.
            Memasuki bangunan De Tjolomadoe, pengunjung akan melihat langsung bagaimana kondisi pabrik gula dengan mesin-mesin buatan Jerman yang masih bertahan. Dari pintu masuk, hal pertama yang akan Anda temui adalah ruangan lapang, pada bagian atas tertulis ‘’Stasiun Ketelan’’.  Tegel lawas berwarna hitam dan kuning tampak mendominasi ruangan ini.  Pada dinding bagian kiri ruangan, terdapat dua buah lingkaran besar dan di dalam lingkaran terdapat lubang-lubang kecil. Di atasnya bertuliskan ‘’Ketel Tekanan Rendah’’. Para pengunjung biasanya berfoto di tengah-tengah antara dua bulatan besi.  Kemudian pada sisi sebelah kanan ruangan terlihat mesin giling tebu sebagai latar . Di ‘’Stasiun Ketelan’’ juga terdapat  area food and beverage.
            Dari Stasiun Ketelan, pengunjung bisa masuk ke ruangan dalam dan Anda akan menemui ruangan bernama ‘’Stasiun Penguapan’’  yang merupakan area arcade. Di stasiun tersebut terdapat ketel dengan ukuran besar yang masih terpasang di bagian atas. Sekarang, kawasan itu dipercantik dengan keberadaan coffee shop, stan kerajinan batik, serta stan busana muslim.
            Tak jauh dari Stasiun Penguapan tedapat Stasiun Gilingan yang menjadi ruangan favorit pengunjung. Terdapat mesin berukuran besar yang pada masa itu digunakan untuk menggiling tebu.  Dari ruangan inilah terbayang bagaimana proses pengolahan batang tebu menjadi gula. Ruangan ini juga didominasi tegel klasik warna hitam kuning. Ruang ini awalnya merupakan ruang pengolahan tebu sejak diturunkan dari truk, hingga diangkut lori menuju mesin penggilingan. Tak heran jika mesin-mesin giling terpampang dominan, sementara rel lori membujur di bawahnya. Di ruangan ini pengunjung bisa melakukan swafoto dengan latar mesin-mesin raksasa. Mesin giling yang berukuran besar masih tampak gagah terpasang. Hanya saja untuk mempercantik kondisi roda giling yang bergigi itu, kini dicat kembali. Sedangkan, di bagian pinggirnya dipasang kaca pembatas.
            Di Stasiun Gilingan ini juga terdapat dua papan besar, di mana Anda bisa melihat foto-foto De Tjolomadoe sebelum dan sesudah revitalisasi.  Anda bisa melihat kondisi sebelum revitalisasi yang terbengkalai dan memprihatinkan hingga kemudian disulap kembali menjadi bangunan yang layak seperti terlihat seperti sekarang.
            Dari Stasiun Gilingan, Anda bisa memasuki Stasiun Karbonatasi. Di sini juga terdapat mesin pengolahan gula namun tak sebesar seperti yang ada di Stasiun Gilingan. Stasiun Karbonatasi difungsikan sebagai art and craft gallery. Anda bisa membeli aneka kerajinan dan batik di sini.
            Selain tiga stasiun itu,  di bangunan pabrik itu juga terdapat stasiun sarkara, dan stasiun masakan. Saat ini, dua stasiun terakhir itu telah disulap menjadi concert hall dan ruang multifungsi lengkap dengan restoran dan cafe. Apabila lapar atau haus, tersedia juga sejumlah pilihan kafe dan rumah makan di dalam De Tjolomadoe. Beberapa di antaranya adalah Tjolo Koffie dan Besali Cafe.
            Pihak pengelola memang cukup pandai membagi beberapa ruangan sesuai dengan proses pengolahan tebu menjadi gula sesuai stasiunnya. Menggunakan penanda bertuliskan besar yang digantung di langit-langit, tertulis Stasiun Gilingan, Penguapan, Karbonatasi dan Ketelan mempermudah pengunjung memahami fungsi mesin ataupun alat yang ada di sana.  Walau sudah tidak utuh dan 'hidup' sebagaimana di masa lalu, sejumlah bekas ketel uap dan mesin giling itu telah diberi sentuhan baru lewat cat. Adapun jika pengunjung masih menjumpai karat di gigi mesin, ini menjadi bukti ketangguhannya dulu.
            Selain sebagai objek wisata, De Tjolomadoe juga difungsikan sebagai tempat kegiatan MICE (meetings, incentives, conferencing, exhibitions). De Tjolomado memiliki concert hall dengan kapasitas 3.000 orang serta ruang pertemuan dan pameran berkapasitas 1.000 orang. Tak hanya venue indoor,  De Tjolomadoe juga menyisakan ruang outdoor yang luas.  Bagian depan gedung tersedia lokasi parkir, taman, dan arena pertunjukkan yang mampu menampung 6000 orang, dan ratusan kendaraan.
            Ya,  De Tjolomadoe bangkit membawa napas baru.  Dengan wajah sebagai wahana wisata kekinian, sejatinya, De Tjolomadoe cukup asyik dan representatif untuk dijadikan tempat berkumpul bersama orang-orang tercinta. Menikmati taman, berkeliling museum ataupun nongkrong makan dan minum di  kafe-kafenya yang unik. Namun, akan lebih menggigit jika para pengunjung dibuat lebih mengerti bagaimana bernilainya ke dua bangunan  ini dilihat dari sisi historisnya. Pihak pengelola bisa menyediakan tour guide yang bisa menerangkan tentang sejarah dan apa yang ada di dalam De Tjolomadoe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar