Sabtu, 06 Mei 2017

Museum Jalaluddin Rumi

Datanglah Ke Konya Karena Rumi Memanggilmu



‘’Bila kau berziarah mengunjungi makamku,
Engkau akan melihat batu nisanku menari-nari ...”
(Jalaludin Rumi, Mathnavi)




SALAH satu destinasi yang wajib Anda kunjungi saat berkunjung ke Turki adalah Konya, kota yang terletak tidak jauh dari wilayah Kurdistan, dekat perbatasan Turki-Suriah-Irak. Sangat mudah mencapai Konya karena banyak bus ber-AC antarkota siap mengantar Anda dari terminal bus di Istanbul maupun Ankara. Jika melakukan perjalanan dari Istanbul ke Konya, Anda bisa menempuh perjalanan darat kurang lebih 7 jam. Sementara dari Ankara ke Konya, hanya butuh waktu 3 jam saja.
            Konya merupakan salah satu kota tertua di dunia, berada di wilayah Turki bagian Asia, tepatnya di pusat Anatolia. Kota ini sebelumnya dikenal dengan nama Ikonium. Di sini terdapat tempat tinggal sekaligus makam Jalaluddin Rumi yang hingga kini masih rutin dikunjungi oleh peziarah lokal maupun wisatawan asing. Tempat tinggal dan makam tersebut terletak dalam satu kompleks museum yang disebut Mevlâna Müzesi, atau Museum Jalaluddin Rumi. Mevlana atau Maulana merupakan julukan yang diberikan oleh murid-murid Rumi, yang berarti ‘pembimbing kami’. Jalaludin Rumi sendiri merupakan tokoh terkemuka dalam ilmu tasawuf dan kesusastraan. Kumpulan puisi Rumi yang terkenal bernama ‘’al-Matsnawi al-Maknawi’’. Ia menyampaikan bahwa pemahaman atas dunia hanya mungkin didapat lewat cinta, bukan semata-mata lewat kerja fisik.
            Sepeninggal Rumi semua barang, juga karya-karyanya disimpan di mausoleum yang telah dijadikan museum sejak tahun 1926. Bukan hanya peninggalannya saja yang dapat ditemukan di sana tapi juga makam Rumi dan keturunannya. Terdapat pula Al Qur’an kuna yang bertintakan emas. Pandangan spiritual Rumi yang bertumpu pada universalitas dan humanitas membawa datangnya jutaan peziarah dari semua latar belakang, setiap tahunnya.

55 Makam

            Mevlana Museum yang terletak di  seberang Bukit Aleaddin (Aleaddin Tepesi) memang menakjubkan. Pengunjung tak hanya akan melihat goresan sejarah Rumi dan keturunannya, namun juga akan merasakan getaran spiritualitas yang tak bisa diungkapkan melalui kata-kata. Museum ini juga disebut ‘Istana Kebun Mawar’ atau ‘Rose Garden’.  karena banyak ditanam bunga mawar aneka warna di sekelilingnya. Pada musim semi, ribuan bunga mawar yang mekar menghias seluruh area museum. Tempat ini sempat mengalami masa muram ketika Musthafa Kemal Ataturk, Bapak Westernisasi Turki, melarang kegiatan kelompok sufi di sana.













             Mevlana Museum, dulu,  pernah menjadi pondok atau sekolah untuk para darwis, yang lebih dikenal sebagai whirling dervishes.  Jalaluddin Rumi memang mengembangkan metode zikir dengan gerakan berputar yang dikenal sebagai ”Dervish Dance” atau tarian Samaa/tarian Sufi. Tarian ini sudah dikenal oleh masyarakat dunia, penarinya (para darwis) bergerak berputar-putar berlawanan dengan arah jarum jam sambil melafalkan kalimatullah dengan maksud untuk menggapai kesempurnaan dalam setiap doa dari apa yang dilafalkan dalam hati juga pikiran. Tarian ini dianggap simbolisasi ajaran Sufisme Rumi, juga ritual khas untuk tarekat Mevlevi  yang menggambarkan perpaduan kosmis secara artistik juga dramatik.




            Keindahan Mevlana Museum sudah tampak dari kejauhan. Di gerbang masuk museum, tertulis tiket 45 Lira perorang untuk turis asing memasuki area museum. Namun, saat hendak membayar tiket,  wisatawan asing tak dipungut biaya. Memasuki kawasan museum akan terlihat ciri khas bangunannya berupa sebuah kerucut dari keramik berwarna turquoise (hijau kebiruan) diapit kubah-kubah bundar. Begitu menjejakkan kaki di serambi museum, pandangan pertama akan langsung tertuju pada sebuah halaman berhias taman dan kolam yang dikelilingi pagar yang digunakan sebagai tempat berwudlu (airnya yang segar bisa diminum). Ada juga air mancur  yang dibangun oleh Yavuz Sultan Selim,  terletak di tengah-tengah halaman. Taman berhias kolam yang ada di Mevlana Museum merupakan simbol dari ‘malam penyatuan’ (Rumi menyebut kematiannya sebagai saat penyatuan diri dengan Tuhan). Di taman itu pula, tarian Sufi dipertunjukkan setiap 17 Desember untuk memperingati hari kematian Rumi.



            Museum ini terbagi ke dalam beberapa bangunan. Di sisi kanan terdapat 17 bilik darwis yang berjejer. Di bilik-bilik inilah terdapat koleksi Masnavis (buku puisi yang ditulis oleh Mevlana), Al-Quran dan sajadah bergambar. Di ujung bilik yang merupakan bangunan paling besar, terdapat diorama dan patung lilin yang dibuat menyerupai para sufi waktu itu dengan tarian sufinya. Di sini divisualisasikan Rumi sedang berdiskusi dengan sahabatnya. Konon, Rumi bisa menghabiskan waktu berhari-hari lamanya untuk berdiskusi dan dari diskusi itu menghasilkan ide-ide  karyanya.


























            Sementara itu area makam terletak di dalam bangunan utama sayap kanan.  Sebelum memasuki ruangan, para pengunjung harus menutupi telapak kaki dengan kantung plastik yang tersedia. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kebersihan di dalam kompleks makam. Persis di samping kiri sebelah pintu masuk makam terdapat sebuah kendi besar berwarna keperakan, disebut Nisan Tasi, atau April Bowl, yang konon dulunya diisi dengan air hujan yang jatuh pada bulan April dan dianggap suci. Para petani menggunakannya untuk keperluan tanah pertaniannya.





            Di dalam ruangan terdapat 55 makam dari keluarga dan pengikut Rumi. Tepat di bawah sebuah atap kerucut hijau, terdapat dua makam dari marmer biru. Itulah makam Rumi dan anaknya, Sultan Walad. Kedua makam dibuat pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman. Di depan makam Rumi, para pengunjung tampak menengadahkan tangan, berdoa bagi sang 'Maulana'. Makam bermarmer biru itu ditutupi kain yang berhiaskan ayat-ayat suci Al Quran dalam bordiran benang emas. Kain itu merupakan hadiah dari Sultan Abdulhamid II pada 1894. Semua makam tokoh-tokoh sufi ini ditutupi dengan kain yang disulam dengan benang emas, akan tetapi makam Rumi dan putranya ditandai dengan dua buah turban besar di salah satu ujungnya, sebagai simbol penguasa dunia spiritual.







            Masih terhubung dengan ruangan makam, terdapat pula Samaahane. Secara resmi, sebagai bagian dari kegiatan tasawuf, di sinilah tarian Samaa ditampilkan. Pada ruangan yang sama, disediakan pula tempat untuk para pemusik. Saat ini, sejumlah alat musik yang biasa dipakai pada tarian Samaa, dipamerkan di ruangan itu, antara lain berupa rebab dan tambur. Beberapa pakaian Rumi juga disimpan di ruangan yang sama.




            Di dalam bangunan ini,  pengunjung juga bisa melihat beberapa barang peninggalan para sultan kerajaan Ottoman (atau Utsmaniyah). Karena Raja Mehmet The Conqueror serta Raja Süleyman The Great adalah pengikut ajaran Mevlevi. Selain itu juga terdapat baju-baju yang pernah dipakai oleh Rumi, alat-alat musik seperti flute dan baglama, Al-Qur’an peninggalan kekaisaran Ottoman, dan kain-kain sajadah.  Namun, yang paling menarik perhatian adalah sebuah kotak kecil yang konon berisi potongan rambut Nabi Muhammad SAW. Entah bagaimana ceritanya Rumi atau tokoh sufi lainnya bisa bertemu Nabi Muhammad (karena minimnya informasi dalam bahasa Inggris), tetapi bisa jadi benda yang ada di dalam kotak yang selalu wangi tersebut benar-benar rambut Rasulullah. Wallahu a’lam.
            Bangunan makam Rumi juga dilengkapi masjid kecil yang dibangun Sultan Sulaiman. Di masjid yang sama terdapat pula karpet sutra, karya khas Turki yang terkenal. Salah satu karpet itu dibuat dengan kepadatan 144 titik benang setiap senti. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar